Motivasi Luar Biasa Mengantarkan Persib Menjadi Juara Liga Indonesia

Hasil gambar untuk bandung si jalak harupat
Bagaimana rasanya menjadi juara setelah menunggu sekitar 19 tahun? Tanyakan kepada pemain Persib, pengurus Persib, warga Jawa Barat dan Bobotoh bagaimana manisnya kenikmatan menjadi juara Liga Indonesia setelah terakhir kali menjadi juara pada musim 1994/1995.
Yap…setelah menunggu begitu lama akhirnya penantian akan gelar juara itu tuntas saat Ahmad Jufriyanto melesakkan dengan mulus eksekusi penalti saat drama adu penalti tersaji dalam final Liga Indonesia melawan Persipura.
Persib Bandung menjadi juara Liga Indonesia….dan memang pantas menyandang gelar juara tersebut.

Selain meraih gelar juara dengan mengalahkan sang juara bertahan Persipura dan menaklukkan salahsatu kandidat juara Arema Cronus, Persib memang layak mengangkat trofi juara karena menjadi satu-satunya tim yang tampil konsisten sejak musim bergulir.
Minimnya perubahan pada skuad musim ini berdampak makin kuatnya ikatan kebersamaan didalam tim sebagai modal mengarungi musim baru.
Tren positif yang ditampilkan Maung Bandung tampak bergerak maju dan meningkat menuju puncaknya di laga final.

Dimulai dari penampilan menjanjikan di fase grup wilayah Barat.
Persib mampu tampil sebagai runner up dalam grup yang berisikan sejumlah tim mapan di Indonesia seperti Persija yang ditangani pelatih bertangan dingin Benny Dollo, Arema Cronus yang dihuni sejumlah pemain langganan timnas dan Sriwijaya FC sebagai salahsatu tim papan atas di Indonesia selama beberapa musim terakhir.
Jangan lupakan pula bahwa Persija, Arema dan Sriwijaya FC tercatat kedalam buku sejarah Liga Indonesia sebagai tim yang pernah merasakan gelar juara Liga Indonesia, artinya ketiga tim ini punya catatan sejarah yang menjadi modal psikologis.
Ditambah dengan kehadiran sejumlah kuda hitam seperti Pelita Bandung Raya dan Semen Padang maka lengkaplah tantangan berat Persib di fase grup……yang kemudian berhasil dilalui dengan baik.
Status runner up wilayah adalah imbalan yang setimpal atas penampilan Maung Bandung.
Penampilan impresif mereka berbuah status sebagai tim tertajam di grup Barat dengan 42 gol...lebih tajam dari Arema Cronus yang menjadi juara grup.
Persib mulai menjadi pembicaraan sebagai calon juara.

Pembicaraan Persib sebagai calon juara semakin menguat saat anak-anak asuh Djajang Nurjaman menampilkan peningkatan level permainan di fase 8 besar.
Tidak main-main karena permainan trengginas itu ditampilkan dalam grup maut yang berisikan favorit juara Persebaya dan dua kuda hitam yang menjanjikan dalam diri Mitra Kukar dan Pelita Bandung Raya.
Tren penampilan yang positif di fase grup regular terus berlanjut.
Persib tampil makin apik dan menjadi satu-satunya tim yang lolos ke semifinal sebelum laga terakhir digelar.
Keberadaan favorit juara Persebaya tampaknya tidak menjadi hambatan bagi Persib.
Dua kuda hitam seperti Mitra Kukar dan Pelita Bandung Raya pun tidak menjadi penghambat laju Persib.
Status sebagai juara grup di fase 8 besar menjustifikasi level  Persib sebagai tim yang paling siap untuk menjadi juara.
Paling siap??
Benar….fase 8 besar menjadi momen terbaik untuk melihat siapa tim yang paling siap menjadi juara.
Perhatikan sejumlah tim yang tampak menjanjikan di fase grup mendadak berada pada level medioker di fase 8 besar.
Yang paling kentara adalah penampilan medioker dari Persebaya Surabaya.
Berangkat ke fase 8 besar dengan status juara grup Timur dan bermodalkan reputasi sebagai tim tertajam di fase grup dengan 47 gol, Persebaya adalah favorit juara dari Jawa Timur bersama Arema Cronus.
Parahnya...bermodalkan materi pemain mentereng dan ditangani salahsatu pelatih terbaik di Indonesia Rahmad Darmawan, Persebaya tidak pernah meraih satu kemenangan pun di fase 8 besar!!

Tersingkirnya Persebaya di fase 8 besar dan hadirnya Persipura, Arema Cronus dan Pelita Bandung Raya di semifinal mengerucutkan dua nama Persib dan Arema Cronus sebagai calon juara.
Persipura boleh jadi adalah tim tersukses di era Liga Indonesia dengan 4 gelar juara ( 3 gelar juara diraih dalam 5 musim terakhir), tapi kehilangan sosok Jacksen F Tiago mau tidak mau pasti memberikan dampak pada mentalitas tim.
Keberhasilan mereka lolos pun ditentukan pada "laga mudah" melawan Persela yang sudah kehilangan motivasi karena  tersingkir dari fase 8 besar sebagai tim terlemah yang menjadi lumbung poin.
Kalaupun langkah Persipura berlanjut ke fase final maka tim mutiara hitam patut berterimakasih karena "hanya" melawan tim kuda hitam yang mengejutkan seperti Pelita Bandung Raya di semifinal.
Bandingkan dengan " laga final kepagian" yang tersaji di semifinal saat Persib membutuhkan gol di sisa 7 menit akhir pertandingan untuk memaksakan babak perpanjangan waktu melawan Arema Cronus.
Laga kedua tim berlangsung seru dan menegangkan selama 90 menit...
Yap...hanya selama 90 menit...
Karena pada babak tambahan terlihat dengan jelas kualitas Persib diatas Arema.
Gol Atep di awal babak tambahan menjustifikasi kecerdikan Djajang Nurjaman dalam menurunkan sang supersub.
Atep yang masih segar dan "masih bisa berlari cepat" tidak mampu dihalau kaki-kaki lelah bek Arema.
Gol penutup dari Konate menunjukkan kelemahan lini tengah Arema saat Gustavo Lopez dan Ahmad Bustomi tidak lagi berada diatas lapangan.....Konate tampak "merdeka" dan dengan bebasnya mengeksploitasi rapuhnya lini tengah Singo Edan......Jangan lupakan bahwa gol Atep berawal dari pergerakan dan umpan manis Konate.

Laga final melawan Persipura menjadi ujian terakhir bagi Maung Bandung untuk menuntaskan dahaga juara selama bertahun-tahun.
Tertinggal dari gol cepat Ian Louis Kabes, Persib tidak panik.
Perlahan tapi pasti Firman Utina dkk merangsek kedepan dan "memaksakan" kartu merah Bio Pauline dan gol bunuh diri Emanuel Wanggai.
Aura juara semakin terasa saat M. Ridwan menceploskan si kulit bundar ke gawang Dede Sulaiman...2-1..Persib diatas angin.
Andaikan lawan Persib saat itu bukan Persipura mungkin ceritanya akan berbeda.
Bermain dengan 10 orang, Persipura menunjukkan kelasnya sebagai tim tersukses di era Liga Indonesia.
Saking hebatnya, sempat muncul komentar mengenai siapa sebenarnya yang bermain dengan 10 pemain saat 11 pemain Persib dikurung dan ditekan 10 pemain Persipura.
Tekanan yang berbuah gol penyeimbang...2-2..laga semakin seru.

Saya sempat berpikir Persipura akan mengulangi "epic comeback" Persib saat menaklukkan Arema di semifinal.
Persipura tampak memiliki tenaga ekstra untuk tetap bermain baik dengan jumlah pemain yang minim.
Disisi lain, pemain Persib tampak hanya mengandalkan semangat dalam setiap ayunan kaki mereka.
Yap..semangat yang hadir dari ribuan Bobotoh yang sudah berjuang sedemikian rupa untuk hadir di Palembang.
Saya yakin pemain-pemain Persib berpikir 1000 kali untuk mengakui kelelahan mereka diatas lapangan saat menatap ke ribuan bobotoh yang hadir di Jakabaring Palembang.
Cerita perjuangan bobotoh yang rela menjual barang-barang pribadi mereka dan menempuh perjalanan jauh dari Bandung ke Palembang "terlalu ringan" untuk diabaikan.
Memang motivasi meraih gelar juara ini menjadi pembeda dari kualitas kedua tim.
Bisa dikatakan bahwa Persipura "sedikit" diatas Persib untuk kualitas permainan....keberhasilan menekan Persib dengan 10 pemain adalah bukti nyatanya.
TETAPI pada akhirnya kekuatan motivasi dari seluruh punggawa Maung Bandung adalah senjata yang menghapus perbedaaan "yang sedikit" itu.
Menginjakkan kaki diatas lapangan dengan motivasi mengakhiri puasa gelar bertahun-tahun tentu lebih dahsyat efeknya bagi pemain Persib ketimbang semangat pembuktian dari pemain Persipura bahwa mereka mampu juara tanpa Jacksen F Tiago.
Mental baja pemain Persib saat adu penalti adalah puncak dari penterjemahan motivasi yang hadir di diri setiap pemain dan tim secara keseluruhan.
Secara kualitas mungkin Persipura sedikit lebih baik tetapi ingatlah bagaimana kita seringkali disuguhi akhir dramatis sebuah kejuaraan saat motivasi (dan sedikit keberuntungan) menjadi tambahan sisi kualitas teknis dan mengantarkan sebuah tim menjadi juara.
Ingat lagi saat Yunani meremukkan Portugal di final Euro 2004 dikandang Portugal untuk menjadi juara.
Lalu jangan lupakan Chelsea meraih juara liga Champion 2012 di kandang Bayern Muenchen melawan sang empunya stadion.
Persib adalah contoh terkininya.
Motivasi yang luar biasa dari Persib mendorong kualitas teknis mereka melewati kualitas sang juara bertahan, Persipura.
Selamat Persib, selamat bobotoh.