Europa League, Jalan Terbaik MU Meraih Tiket Liga Champions

Dalam sebuah tayangan siaran langsung Program Football Insight di Berita Satu TV pada 21 Maret 2017, sebagai Analis Sepakbola saya diminta mengulas jalan terbaik bagi Manchester United (MU) menuju kompetisi Liga Champions musim depan.
Pertanyaan itu muncul karena MU akhirnya berhasil melepaskan diri dari posisi 6 klasemen yang lama dihuninya.
Butuh sekitar 184 hari dan catatan 18 laga tak terkalahkan di Liga Inggris untuk MU naik ke anak tangga posisi 5 klasemen.
Dengan sisa laga yang lebih banyak daripada Liverpool di peringkat 4 dan hitungan matematis selisih poin dengan The Reds yang masih sangat mungkin dikejar, MU dihadapkan pada dua pilihan jalan menuju kompetisi Liga Champions musim depan.
Kemana jalur MU menuju Liga Champions musim depan?
Lewat posisi 4 besar Liga Inggris atau lewat titel juara Europa League dimana anak asuh Mourinho sudah menginjakkan kaki di fase perempat final?
Setelah mustahil untuk mengejar Chelsea di puncak klasemen, target terbaik bagi Mourinho di musim perdananya memang menurun dari mengejar titel juara Liga Inggris menjadi lolos ke Liga Champions.
Soal titel juara toh sudah didapatkan kala Ibrahimovic dkk mengangkat trofi juara League Cup (lupakan trofi juara “amal” Community Shield di awal musim).
Lolos ke Liga Champions musim depan akan menjadi persembahan minimalis bagi pelatih sekaliber Jose Mourinho yang sudah dibekali pemain elit sekelas Paul Pogba dan Zlatan Ibrahimovic.
Meski tampak tidak sebanding dengan catatan pemecahan rekor transfer termahal di dunia kala mengembalikan Paul Pogba ke Old Trafford, tiket ke Liga Champions musim depan dapat menutupi kegundahan fans MU yang gagal melihat tim kesayangannya menjadi juara Liga Inggris.

Kembali pada pertanyaan awal, posisi 4 besar Liga Inggris ataukah titel juara Europa League yang sebaiknya menjadi fokus MU mengejar tiket Liga Champions?
Mourinho secara spesifik sudah menyebutkan pilihan jalur yang akan ditempuh.
“Memenangkan titel juara Europa League akan terasa manis. Kami akan mendapatkan tiket ke Liga Champions, sebuah trofi juara dan kesempatan bertanding di Piala Super Eropa” terang Mourinho.
Pilihan Mourinho tepat karena faktanya memang kejayaan di Europa League memberikan “bonus” lebih banyak ketimbang hanya sekedar meraih posisi 4 besar Liga Inggris.
Coba perhatikan jika MU minimal meraih posisi 4 di klasemen Liga Inggris di akhir musim.
MU akan melakoni Liga Champions dari babak kualifikasi yang artinya harus berlaga lebih awal sebelum kompetisi Liga Inggris resmi bergulir.
Kondisi ini akan memaksa Mourinho mempercepat durasi persiapan pramusim dan tentu akan memberikan pengaruh pada optimalisasi tim jelang musim baru Liga Inggris.
Posisi 4 besar Liga Inggris juga tidak memberikan trofi juara yang bisa dibanggakan.
Sudah begitu, meraih posisi 4 besar pun bukan hal yang mudah untuk dilakoni Ibrahimovic dkk.
Tim pesaing MU menuju 4 besar semuanya sudah tidak memiliki agenda kompetisi di Eropa.
Man City, Arsenal serta Tottenham Hotspurs sudah tersingkir dari Liga Champions dan Europa League yang memastikan ketiganya bersama Chelsea dan Liverpool dapat fokus ke Liga Inggris.
Kondisi lapang ini tidak didapati MU yang masih harus menjalani serangkaian laga di Liga Inggris dan Europa League.
Bahkan jika MU terus melaju sampai final Europa League Mei nanti, MU dipastikan akan menjalani jadwal padat sejak April sampai Mei 2017 alias double Boxing Day!!
Dikatakan double Boxing Day karena masa kompetisi padat Liga Inggris saja umumnya terjadi di akhir Desember sampai jelang akhir Januari saat Natal dan pergantian tahun alias hanya sekitar sebulan.
Dengan potensi MU terus bertarung sampai final Europa League maka Ibrahimovic dkk seperti melakoni Boxing Day selama 2 bulan beruntun!!
Benarlah jika Mourinho cenderung lebih mendahulukan kompetisi Europa League.
“Jika kami sudah menginjakkan kaki di fase perempat final maka kompetisi Europa League layak menjadi prioritas kami” demikian ujar Mourinho kala ditanyakan fokus MU antara Europa League atau Liga Inggris.
Pertanyaan diatas diajukan kala MU baru akan menjalani fase 16 besar Europa League.
Dengan MU sudah berada di perempat final tentu kemana fokus Mourinho dan anak asuhnya sudah terbaca.

Faktanya memang jalur Europa League terlihat lebih menjanjikan happy ending bagi semua fans MU.
Selain potensi mendapatkan trofi juara dan partisipasi di Piala Super Eropa, kelolosan ke Liga Champions musim depan lewat kompetisi kelas dua Eropa ini tampak lebih mudah dilakoni.
Usai gugurnya AS Roma, praktis hanya Lyon, Ajax dan Schalke saja tim tersisa yang menyimpan potensi menghadang ambisi MU meraih trofi juara.
Lupakan tim tanpa sejarah prestasi yang kuat di Eropa seperti Celta Vigo, Genk, Besiktas dan Anderlecht.
Keberuntungan bagi MU, Ajax dan Schalke dipertemukan pada fase perempat final sehingga salahsatunya dipastikan akan gugur.
MU tentu berharap Ajax lah yang akan tersingkir.
Selain memiliki nama besar sebagai klub raksasa Belanda yang pernah memenangkan Liga Champions, Ajax juga punya rekor head to head dengan MU yang  pantas dikuatirkan.
MU sudah 4 kali bertemu Ajax dengan hasil 2 kemenangan dan 2 kali kalah.
Pertemuan terakhir MU dengan Ajax pada tahun 2012 berakhir dengan kekalahan 1-2 MU.
Bandingkan dengan head to head MU melawan Schalke.
MU sudah 2 kali bertemu klub Jerman itu dan keduanya dimenangi MU dimana pada pertemuan terakhir tahun 2011, MU membantai Schalke 4-1.
Bagaimana dengan Anderlecht yang menjadi lawan MU di perempat final?
Dalam rekor 6 pertemuan dengan klub Belgia itu, MU memenangi 4 laga dan hanya kalah 2 kali.
Pertemuan terakhir MU dengan Anderlecht pada tahun 2000 berakhir dengan kekalahan 1-2 MU, nah lho.
Tenang saja, selain sudah berlalu hampir 17 tahun yang lalu dan komposisi pemain bintang MU yang membedakan kualitas kedua tim, MU memiliki seorang Ibrahimovic yang pernah mencetak 4 gol ke gawang Anderlecht kala PSG membantai mereka 5-0 tahun 2014.
Inilah memori terdekat yang bisa dijadikan modal psikologis bagi MU untuk melewati Anderlecht.

Satu pesaing tersisa yang berpotensi menghadang MU adalah Lyon.
Tidak ada catatan pertemuan resmi keduanya sehingga masih sulit meraba siapa yang memiliki peluang lebih besar meraih kemenangan jika keduanya bertemu nanti.
Namun jika merujuk pada kualitas skuad MU dan bagaimana Lyon saat ini berada di bawah level PSG dan AS Monaco, rasanya tidak berlebihan untuk menfavoritkan MU jika harus bersua wakil Ligue 1 Prancis itu.
Dengan potensi “bonus” yang lebih menggiurkan jika lolos Liga Champions musim depan lewat jalur juara Europa League dan kemungkinan jalan kesana lebih mudah, pilihan sikap Mourinho untuk fokus ke kompetisi kelas dua Eropa ini bisa sangat dimaklumi.
Toh, The Special One juga pernah merasakan juara bersama Porto Portugal di ajang ini.

Pas bukan?

Komentar