Mantan Pemain Tengah Hebat = Arsitek Hebat, Benarkah?

Hasil gambar untuk carlo ancelotti
Sejarah sepakbola mencatat sejumlah mantan bintang lapangan hijau yang melanjutkan karirnya setelah gantung sepatu sebagai pelatih atau manager sebuah klub.
Dikatakan sebagai bintang karena sejumlah manager kenamaan memulai karir di lapangan hijau sebagai pemain sepakbola namun tidak sampai mencapai  status bintang lapangan hijau.
Contohnya adalah Sir Alex Ferguson, Fabio Capello dan Jose Mourinho.
Tidak ada yang akan mengenang mereka sebagai pemain di atas lapangan hijau ketimbang mengaguminya sosok mereka sebagai manager yang brilian di pinggir lapangan.
Pencapaian ketiganya sebagai arsitek team jauh lebih membanggakan ketimbang sepak terjangnya sebagai pemain.
Di luar Sir Alex dan Capello, terdapat sejumlah pemain bintang yang meraih sukses saat beralih profesi sebagai manager namun tidak sedikit pula pemain yang dulunya dicap sebagai bintang lapangan hijau gagal mentransfer kebintangannya sebagai pemain saat menjadi manager team.
Dari sejumlah keberhasilan dan kegagalan tersebut terdapat catatan menarik yang bisa saja menjadi petunjuk pemilik klub jika ingin menunjuk mantan pemain bintang untuk menjadi manager team.
Catatan apakah itu?
Ya, ada catatan menarik bahwa mantan pemain bintang yang berposisi sebagai gelandang atau pemain tengah saat aktif bermain cenderung lebih sukses saat menjadi manager.
Coba cermati sejumlah mantan pemain bintang yang dianggap berhasil dalam karir managerialnya.
Tercatat sejumlah nama yang sukses seperti Johan Cruyf, Frank Riijkard, Carlo Ancelotti, Antonio Conte, Diego Simeone dan yang paling fenomenal adalah Pep Guardiola.
Sebaliknya tercatat sejumlah nama yang terbilang kurang sukses dalam karir managerialnya seperti Ruud Gullit, Sami Hypia, Marco Van Basten dan Filippo Inzaghi.

Benang merah dari nama-nama diatas adalah mantan pemain yang tadinya berposisi sebagai pemain tengah mempunyai kecenderungan lebih besar untuk sukses sebagai arsitek team.

Cruyf, Riijkard, Ancelotti, Conte, Simeone dan Guardiola semasa aktif sebagai pemain adalah pemain tengah yang hebat.
Siapa yang tidak kenal dengan Cruyft yang menjadi otak permainan Total Footbal Belanda dan membawa filosofi tersebut ke Barcelona?
Milanisti sedunia tentu tidak lupa dengan kiprah Riijkard dan Carlo Ancelotti mengawal lini tengah AC Milan dimasa kejayaan The Dream Team.
Jangan lupakan peran vital Antonio Conte sebagai kapten di masa jaya Juventus atau kehebatan Diego Simeone saat mengantar Atletico Madrid menjadi juara La Liga Spanyol musim 1995/1996.
Pep Guardiola? pria ini adalah senior sekaligus mentor bagi gelandang hebat sekelas Xavi Hernandez.
Hasil gambar untuk pep guardiola
Saat beralih menjadi arsitek team mereka sukses memberikan gelar dan kejayaan bagi klub yang diasuhnya.
Cruyft bahkan meletakkan pondasi dasar permainan Barcelona yang kemudian disempurnakan oleh Guardiola.
Cruyf dan Guardiola kemudian dipandang sebagai dua pelatih tersukses yang pernah dimiliki Barcelona.
Tidak main-main karena pondasi permainan yang ditanamkan Cruyf dan dikembangkan Guardiola itu menjadi dasar kesuksesan Barcelona menguasai Spanyol, Eropa dan dunia.

Cerita Ancelotti di AC Milan cukup unik.
Don Carlo berinovasi dengan menciptakan posisi deep playmaker bagi Andrea Pirlo sekaligus merintis periode The Dream Team jilid 3 yang berbuah 2 gelar Liga Champions.
Ancelotti juga menjadi sosok kunci keberhasilan Real Madrid meraih La Decima Liga Champions tahun 2014.
Adapun Conte membangkitkan Juventus dari mimpi buruk calciopoli dan mencetak hattrick Scudetto dengan salahsatunya dicatat tanpa sekalipun kalah…wow.
Tidak kalah dahsyatnya adalah kiprah Diego Simeone sebagai Manager Atletico Madrid.
Jika sebagai pemain dirinya pernah sukses membawa Atletico menjuarai La Liga musim 1995/1996, maka sebagai Manager dirinya kembali menjadikan Atletico juara La Liga pada musim 2013/2014
Simeone juga menjadikan Atletico konsisten sebagai petarung gelar juara La Liga bersama duo Real Madrid dan Barcelona.
Hebatnya lagi, Simeone membawa Atletico bertaji di Eropa dengan menjuarai Liga Europa dan lolos ke final Liga Champions tahun 2014.
Riijkard punya cerita lain.
Melegenda di Milan, pria Belanda ini justru menemukan kesuksesan sebagai Manager di Barcelona.
Riijkard juga akan selalu dikenang sebagai pembuka jalan bagi The New Maradona Lionel Messi.
Ya, Messi mendapati debutnya di tim senior saat Riijkard membesut tim Catalan itu.
Riijkard mengantarkan Barcelona meraih trofi Liga Champions 2006.
Bisa dikatakan prestasi Riijkard boleh saja tidak secemerlang Guardiola tetapi Riijkard adalah arsitek team yang "menghadiahkan" benih bagi team penuh kesuksesan Guardiola yang menggantikannya.

Cerita sukses sejumlah mantan pemain bintang tidak terjadi pada Ruud Gullit, Sami Hypia, Marco Van Basten, Ciro Ferrara dan Filippo Inzaghi.
Mereka boleh saja berstatus pemain bintang saat aktif bermain tapi lain soal saat menjadi arsitek team.
Ruud Gullit  memang mampu mengantar Chelsea meraih trofi FA Cup 1997, namun secara keseluruhan prestasinya sebagai Manager tidak secemerlang seperti saat masih aktif bermain. Van Basten pun setali tiga uang dengan Gullit.
Sama-sama mendunia di AC Milan dan berada dalam arahan mentor yang sama (Arrigo Sacchi), Basten hanya sanggup mengantar Belanda lolos ke perempat final Piala Eropa 2008.
Peruntungannya tidak berubah ketika dirinya menangani Ajax dan Heerenveen.
Bek legendaris Liverpool Sami Hypia sama saja.
Kegemilangan bersama Liverpool yang berujung pada trofi Liga Champions 2005 tidak berlanjut saat dirinya menjadi arsitek Bayer Leverkusen.
Sempat membawa Leverkusen tampil mempesona di awal musim Bundesliga 2013-2014, penampilan team itu selanjutnya malah melempem dan berujung pada pemecatan Hypia.
Inzaghi memiliki cerita serupa dengan Hypia saat menangani AC Milan, klub dimana dirinya dikenal sebagai striker legendaris yang sukses mempersembahkan 1 Scudetto dan 2 gelar Liga Champions.
Tampil menjanjikan di pekan-pekan awal, Super Pippo gagal membawa Milan mengakhiri musim 2014/2015 di zona Liga Champions.
Kisah sedih lain datang saat Ciro Ferrara, mantan bek tangguh Juventus tidak sanggup mengembalikan kejayaan Juventus saat dipercayai sebagai arsitek Juventus musim 2009/2010.
Ironisnya, saat arsitek team dipercayakan kepada mantan gelandang Juventus Antonio Conte, Juventus langsung berjaya kembali.

Catatan keberhasilan Ancelotti, Riijkard, Conte, Cruyf dan Simeone sebagai arsitek team menunjukkan bahwa posisi saat aktif bermain sebagai gelandang memberi banyak pengalaman teknis yang tidak dimiliki pemain di barisan penyerang atau bek.
Hasil gambar untuk diego simeone
Seorang gelandang atau pemain tengah otomatis selalu menjadi pusat permainan dan mau tak mau harus bisa membaca situasi permainan.
Singkat kata, pemain di posisi ini mengetahui bagaimana team memulai penyerangan dan bagaimana team menyusun pertahanan.
Pengalaman ini memberikan pemahaman taktis yang lebih baik dibandingkan pemain di posisi lain.
Ini juga menjadi modal awal yang bagus saat si pemain nantinya menjadi peramu taktik team.
Pengalaman ini tidak banyak dialami seorang penyerang yang lebih banyak berkutat di depan gawang atau seorang bek yang berkonsentrasi penuh pada pertahanan di depan gawang.
Fakta ini sesungguhnya tidak bisa dijadikan patokan karena pada kenyataannya terdapat sejumlah manager kenamaan yang tadinya bermain bukan sebagai gelandang atau pemain tengah.
Kenny Daglish, penyerang legendaris Liverpool adalah salah satu contohnya.
Daglish sukses membawa Liverpool dan Blackburn juara Liga Inggris.
Roberto Mancini juga bisa dimasukkan dalam kategori mantan penyerang yang cukup sukses dalam karir kepelatihannya.
Manchester City memutus puasa juara Liga Inggris saat ditangani Mancini.
Di barisan pemain bertahan terdapat satu nama legendaris yaitu Franz Beckenbauer yang meraih kejayaan di Piala Dunia sebagai pemain dan pelatih.
Laurent Blanc yang tadinya berposisi sebagai bek saat bermain juga bisa dikategorikan sukses sebagai Manager dengan keberhasilannya mengantarkan PSG menjuarai Liga Prancis.

Namun jika melihat kecenderungan dalam 10 tahun terakhir, rata-rata manager yang sukses adalah mereka yang tadinya berstatus pemain bintang dan bermain di posisi gelandang.
Diego Simeone, Pep Guardiola dan Antonio Conte adalah manager yang terbilang sukses dalam satu dekade ini dan mereka berposisi sebagai pemain tengah saat aktif bermain.
Menjadi menarik saat ini menunggu kiprah Zinedine Zidane sebagai arsitek Real Madrid.
Sanggupkah maestro lapangan tengah asal Prancis itu menandingi kesuksesan Luis Enrique yang membawa Barcelona meraih treble La Liga, Copa Del Rey dan Liga Champions di musim pertamanya.
Oh ya, jangan lupakan bahwa Enrique juga berposisi sebagai pemain tengah saat masih aktif bermain.

Komentar