Lionel Messi dan Obsesi Trofi Piala Dunia

 Hasil gambar untuk lionel messi world cup
Musim 2013/2014 menjadi musim yang buruk untuk Barcelona.
Setelah era penuh kesuksesan bersama Pep Guardiola dan Tito Vilanova, Barcelona merasakan getirnya melewati musim tanpa gelar juara (trofi piala super Spanyol tidak masuk dalam trofi buruan utama).
Buruknya musim yang dilalui Barcelona juga membawa pemberitaan negatif terhadap bintang utama mereka Lionel Messi.
Yah, musim ini berlalu tanpa sepak terjang mengagumkan dari sang Messiah.
Raihan total 41 gol nya diseluruh ajang musim ini masih kalah dengan pencapaian gol nya selama tiga musim sebelumnya yang rata-rata mencatatkan angka 50 sampai 70 gol...wow.
Total 41 gol tersebut sejatinya bukanlah sebuah catatan buruk karena jumlah tersebut  dicapainya dalam kondisi tidak bermain full selama satu musim karena gangguan cedera.
Namun penurunan performa Messi terjadi bersamaan dengan menurunnya prestasi Barcelona dan melejitnya performa pesaing utama Messi, Cristiano Ronaldo.
Bukti kongkritnya sudah tercatat dalam buku sejarah, Barcelona melalui musim ini tanpa gelar dan dalam persaingan individu dengan Cristiano Ronaldo, pesaingnya itu menjadi top skor Liga Spanyol dan sebelumnya juga mengalahkan Messi dalam anugrah pemain terbaik dunia versi FIFA Ballon D'or 2013.
Pertanyaannya, mengapa Messi mengalami penurunan performa?

Selain karena cedera dan konon masalah pajak penghasilan serta keinginan menegosiasikan ulang kontrak + gaji yang dihadapinya, obsesi Lionel Messi terhadap trofi piala dunia menjadi alasan penurunan performa Messi.
Yap, benar sekali. Lionel Messi SANGAT terobsesi dengan trofi piala dunia.

Lionel Messi adalah titisan Maradona.
Maradona sendiri pun mengakuinya.
Tetapi tidak demikian dengan sebagian penggemar sepakbola di seluruh dunia (paling tidak belum semuanya mengakui hal itu).
Meski pencapaian pribadi dan performanya di klub jauh lebih mengesankan ketimbang Maradona, Lionel Messi akan selalu dibanding-bandingkan bahkan cenderung dianggap belum sehebat Maradona jika belum mampu  membawa Argentina memenangi piala dunia.

Maradona boleh jadi tidak pernah mengangkat trofi liga champions tetapi seorang Maradona mengantar tim sekelas Napoli menjuarai UEFA Cup.
Messi bersama Barcelona menjuarai liga champions bersama "para juara" sekelas Xavi Hernandez, Andres Iniesta, David Villa dan Gerard Pique.
Namun UEFA Cup Maradona terasa lebih berkesan karena Maradona meraihnya bersama Napoli, team yang tidak mempunyai sejarah kuat di Eropa dan minim pemain bintang.
Messi boleh saja mengantar Barcelona juara Liga Spanyol bersama salah satu tim terhebat dalam sejarah sepakbola, tetapi Maradona memimpin tim "medioker" Napoli merebut juara Liga Italia alias scudetto disaat AC Milan masih diperkuat trio Belanda dan Inter Milan mengandalkan trio Jerman.
Catat pula bahwa saat Napoli berjaya bersama Maradona, Liga Italia masih menjadi salah satu liga terbaik di dunia yang menjadi tempat para bintang bola dunia mengadu kemampuan.
Last but not least...Maradona "nyaris" seorang diri memimpin Argentina meraih juara piala dunia 1986 di Meksiko.
Messi? semifinal pun belum pernah dilakoninya bersama Argentina di ajang piala dunia.

Maka menjadi sangat wajar jika muncul pemikiran bahwa penurunan performa Messi musim ini erat kaitannya dengan obsesi pribadi Messi untuk tampil habis-habisan di piala dunia Brazil dan meraih kejayaan disana.
Messi tampaknya "merelakan" musim ini berlalu tanpa gelar team dan individu demi satu gelar yang belum pernah diraihnya sekaligus gelar yang menjadi pembeda antara dirinya dan Maradona.
Messi mungkin menyadari bahwa penampilan cemerlangnya bersama klub menjelang piala dunia selalu berujung pada anti klimaks performa di piala dunia.

Ingatlah saat pertama kali Messi tampil di piala dunia 2006 Jerman.
Menjelang piala dunia tersebut, Messi bersama Barcelona baru saja menuntaskan perlawanan Arsenal untuk meraih trofi liga champions.
Hasilnya, Messi tidak sanggup mengantar Argentina melangkah ke Semifinal karena ditaklukkan Jerman via adu penalti.
Okelah saat itu Messi belum menjadi pilihan utama di Argentina dan pada laga melawan Jerman itu Messi bahkan sama sekali tidak diturunkan.
Namun cerita kegagalan Messi setelah "habis-habisan" sukses di klub dan gagal di timnas berlanjut saat piala dunia 2010 di Afrika Selatan.
      Hasil gambar untuk lionel messi piala dunia
Messi bersama Barcelona boleh jadi tidak memenangi Liga Champions 2010, tetapi pada musim tersebut Barcelona meraih gelar Liga Spanyol setelah bersaing ketat dengan seteru abadinya Real Madrid.
Tambahkan pula Messi ikut mengantarkan Barcelona menjadi juara piala dunia antar klub di akhir tahun 2009 dan meraih penghargaan pemain terbaik dunia FIFA 2009.
Alhasil, Messi yang digadang-gadang meraih kesuksesan karena faktor Maradona di kursi pelatih Argentina malah keok.
Melakoni pertandingan dari awal sampai babak perempat final, Messi tidak sekalipun mampu mengoyak jala lawan.
Catatan ini memperpanjang rekor buruknya yang baru mampu membuat satu gol di ajang sebesar Piala Dunia...sungguh ironi untuk pemain terbaik dunia bukan?

Maka tidak heran jika musim ini menjadi "pemanasan" Messi untuk menuntaskan dahaganya akan gelar piala dunia.
Dengan kondisi fisik yang fit dan belum terkuras dalam laga klub, Lionel Messi boleh jadi sedang menapak tilas perjalanan sukses Ronaldo bersama Brazil di piala dunia 2002 di Korea Selatan - Jepang.
Ronaldo saat itu nyaris setengah musim bergelut dengan cedera namun sembuh menjelang piala dunia dan dalam kondisi yang lebih bugar dan mental yang masih segar Ronaldo mengantar Brazil merebut trofi piala dunia.
Sejauh ini "strategi" simpan tenaga Messi terbukti tepat jika melihat bagaimana striker andalan Kolombia Falcao terancam tidak bisa maksimal di piala dunia karena besutan cedera.
Contoh terbaru adalah cedera yang menimpa Diego Costa yang sedang on fire bersama Atletico Madrid terancam tidak fit saat laga piala dunia dimulai.

Jika memang benar bahwa Messi memang menyimpan tenaga untuk ajang piala dunia maka bersiap-siaplah melihat kembali aksi "Maradona" dalam wujud titisannya yang bernomor punggung 10 lengkap dengan ban kapten, persis dengan Maradona di tahun 1986.
Endingnya tahu kan? Pemain Argentina bernomor punggung 10 dengan ban kapten itu mengangkat trofi piala dunia.

Komentar