Sampdoria, Tim Kuda Hitam Seria A Italia Musim Ini?



Sebelum tulisan ini jadi bahan debat kusir dan diskusi liar yang berujung gontok-gontokan adu pendapat, kita sepakati terlebih dahulu definisi tim kuda hitam yang dimaksud disini. Julukan tim kuda hitam diberikan kepada klub yang secara tidak terduga menorehkan performa positif musim ini. Indikasinya bukan sekedar membuat kejutan pada satu dua laga dengan menahan imbang bahkan mengalahkan tim kuat tetapi rujukannya pada konsistensi performa yang membawa klub tersebut awet berada di posisi papan atas klasemen.

Inilah klub yang sebelumnya tidak pernah diprediksikan bisa bertarung diantara jajaran klub elit namun secara mengejutkan mampu eksis di papan atas klasemen Liga Italia, Klub berstatus tim kuda hitam ini mungkin tidak sampai bertarung untuk mengejar gelar juara tetapi kinerjanya musim ini dapat berbuah tiket ke kompetisi Eropa musim depan, baik Liga Champions atau Liga Europa. Tanpa berpanjang lebar lagi, inilah tim kuda hitam Serie A Italia musim ini, berikan tepuk tangan meriah untuk Sampdoria.

Klub yang sedang bertengger di posisi 6 klasemen ini bersaing ketat dengan Atalanta untuk mendapatkan status tim kuda hitam musim ini. Lalu mengapa pilihannya jatuh pada Sampdoria? Jawabannya karena klub yang tim primaveranya pernah jadi tempat persinggahan Kurniawan Dwi Yulianto itu memiliki lonjakan posisi di klasemen yang cukup drastis dibandingkan musim lalu.

Transfermarkt (28/12/2017) mencatat musim lalu Sampdoria finish di posisi 11 klasemen sementara Atalanta berakhir di posisi 4. Kinerja positif Sampdoria semakin tergambarkan jika melihat di musim sebelumnya pada musim 2015/2016, peraih Scudetto musim 1990/1991 itu mengakhiri kompetisi di posisi 15. Dengan kini Sampdoria berada di posisi 6 dan Atalanta di posisi 7 maka pilihan Sampdoria sebagai tim kuda hitam sudah terlihat jelas bukan?

Rekam jejak laga Sampdoria dan Atalanta yang dicatat Who Scored (28/12/2017) saat melawan tim kuat Serie A juga mencerminkan tim mana yang lebih baik. Saat melawan Inter Milan, Sampdoria kalah tipis 2-3 sedangkan Atalanta kalah telak 0-2. Kemudian saat bertemu Napoli, Sampdoria nyaris menahan seri Marek Hamsik dkk untuk kemudian kalah tipis 2-3, sebaliknya Atalanta justru dipermak 1-3 dikandang Napoli. Hebatnya lagi, Sampdoria mampu mengalahkan Juventus 3-2 sedangkan Atalanta hanya sanggup menahan imbang 2-2 Higuain dkk.

Bukti paling sahih jelas ketika keduanya bertemu pada 15 Oktober 2017 dimana Sampdoria menekuk Atalanta dengan skor meyakinkan 3-1. Satu hal yang pasti, Sampdoria dan Atalanta sama menang 2-0 atas tim elit AC Milan. Eh maaf, AC Milan musim ini tidak termasuk tim kuat yah, mohon maaf atas kesalahan redaksional ini hehehehe. Milanisti jangan baper yah.

Sampai mana perjalanan Sampdoria musim ini? Dalam lima laga terakhir tim asuhan Marco Giampaolo ini miskin kemenangan dengan menelan 4 kekalahan dan hanya 1 seri. Ini menjadi PR yang harus dikerjakan Duvan Zapata dkk. Bermain dengan formasi 4-3-1-2 sepanjang musim sudah berhasil membawa Sampdoria nongkrong di posisi 6 klasemen. Hasil 4 kekalahan dan 1 seri dalam lima laga terakhir tidak seharusnya membuat Marco Giampaolo melakukan perubahan taktik secara radikal.


Merujuk pada catatan Who Scored (28/12/2017), beberapa kelemahan yang harus diperbaiki Sampdoria adalah kemampuan bertahan dari serangan balik lawan, mengurangi kesalahan individu yang berujung gol bagi lawan dan yang tidak kalah penting adalah belajar mempertahankan keunggulan di tengah laga.

Jika hal-hal ini bisa diperbaiki maka Sampdoria mungkin bisa berbicara lebih banyak dari sekedar merebut tiket ke Liga Europa musim depan. Kompetisi Liga Champions bukan suatu hal yang mustahil meski mereka berjarak 11 poin dari posisi 4 klasemen yang dihuni AS Roma. Serie A Italia masih menyisakan 21 laga untuk Sampdoria mengejar lolos ke Liga Champions meski lolos ke Liga Europa sudah merupakan sebuah keberhasilan bagi mereka.

Tulisan ini juga dimuat di UC News We Media
Sumber foto : ilsecoloxix.it, primocanale.it

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketika Fergie Time MU Menjadi Guardiola Time Di Tangan Man City