Jose Mourinho, The Special One Yang Memang "Spesial"
Jelang pemutaran perdana film Star Wars-Force Awaken, dunia dilanda demam film ikonik tersebut.
Penggemar film sudah tidak sabar menantikan
penayangan film yang sudah ditunggu lama itu.
Demam Star Wars menjadikan film tersebut sebagai
trending topik di dunia maya.
Adalah sosok Jose Mourinho dan pemecatannya yang
kemudian berhasil menggeser status Star Wars sebagai trending topik di dunia
maya.
Ya, pemecatan Jose Mourinho dari kursi Manager
Chelsea pada Kamis 17 Desember 2015 menarik lebih banyak atensi dunia maya.
Fakta ini mengkonfirmasi bagaimana “spesialnya” sosok
pria Portugal ini.
Pergantian Manager di tubuh Chelsea sesungguhnya
bukan hal yang aneh.
Dalam 10 tahun terakhir manajemen Chelsea sudah
melakukan pergantian pelatih sebanyak 8 kali, termasuk dengan kedatangan
kembali Jose Mourinho ke Stamford Bridge pada awal musim 2013/2014.
Dan menurut saya tidak ada pergantian Manager di
Chelsea yang mengalahkan “hebohnya” kepergian Jose Mourinho.
Saya ingat saat Jose Mourinho mengakhiri periode
pertamanya di Chelsea pada musim 2007/2008, Tabloid BOLA sampai memuat
headlines berjudul “The Special Gone”.
Kini, kehebohan yang tidak kalah ramainya bahkan kali
ini terasa lebih ramai terjadi lagi saat pria Portugal ini harus melupakan
keinginannya bertahan lama di Chelsea
karena manajemen Chelsea memutuskan kontrak yang sebenarnya baru saja
diperpanjang.
Mengapa Jose Mourinho dipandang spesial, bahkan oleh
penggemar sepakbola yang bukan merupakan fans Chelsea?
Jose Mourinho adalah wujud lain dari karakter
Muhammad Ali tetapi di panggung yang berbeda.
Muhammad Ali, petinju legendaris Amerika Serikat
dikenal bukan hanya karena prestasi dan kehebatannya dalam bertinju.
Ali juga pandai “menjual” setiap momen pertarungannya
sehingga lebih menarik perhatian.
Lihatlah persamaan Mourinho dan Ali saat memberi
julukan bagi diri mereka sendiri.
“I am The Greatest” kata Ali, “I am special” kata
Mourinho.
Karakter dan kharisma…..ya, ini yang dimiliki Jose
Mourinho.
Roberto Di Matteo boleh saja memenangkan gelar Liga
Champions 2011/2012, tetapi nama Mourinho lebih dirindukan fans Chelsea.
Carlo Ancelotti memang berhasil memenangkan double
winner juara Premier League dan FA Cup di musim perdananya, tetapi pembawaannya
yang cenderung kalem tidak mampu menancapkan antusiasme yang besar dalam diri
pendukung Chelsea.
Jangan tanyakan bagaimana halnya dengan sosok manager
sekelas, Luis Feliper Scolari dan Andre Villaz Boas yang tidak mampu
menyelesaikan satu musim penuh di Stamford Bridge.
Guus Hiddink? Gelar FA Cup dalam waktu empat bulan
menangani Chelsea tentu tidak bisa dibandingkan dengan 3 gelar Premier League,
1 trofi juara FA Cup dan 3 trofi juara Piala Liga Inggris yang dipersembahkan
Mourinho untuk The Blues.
Manajemen Chelsea secara fair pun menyatakan dalam
ucapan perpisahan mereka bahwa pencapaian Morinho dalam dua kesempatan
menangani Chelsea menjadikan The Special One sebagai Manager terbaik Chelsea
dalam sejarah 110 tahun klub asal London itu.
Jasa-jasa Mourinho tidak bisa dipandang enteng.
Claudio Ranieri boleh saja dipandang sebagai sosok
yang membangun pondasi skuad inti Chelsea, tetapi Mourinho lah yang kemudian
membangun dinding, atap dan menghiasinya dengan deretan gelar juara.
Di tangan Mourinho pula Chelsea menjelma menjadi tim
papan atas Liga Inggris dan disegani dalam setiap musim kompetisi Liga
Champions.
Bersama Mourinho, Chelsea menyeruak masuk dalam
persaingan Arsenal dan Manchester United kala itu.
Sosok Jose Mourinho sendiri mampu hadir diantara
perseteruan Arsene Wenger dan Sir Alex Ferguson.
Hebatnya lagi, dua musim beruntun Mourinho mengalahkan
dua manager senior itu dalam perburuan gelar Liga Inggris.
Karakter Mourinho melekat seperti merk yang melekat
di seragam Chelsea, bahkan ketika Mourinho menjauh sejenak dari Chelsea untuk
bertualang di Inter Milan dan Real Madrid.
“Publik Inggris mencintainya, fans senang melihatnya
di pinggir lapangan dan mereka menyukai karakternya” David Beckham mengamini
bahwa kepergian Mourinho dari Chelsea juga memberi pengaruh pada gengsi Liga
Inggris.
Keberadaan Mourinho di sebuah Liga dipandang sebagai
bumbu yang akan meningkatkan ekspose media terhadap liga tersebut.
Serie A Italia merasakan betul bagaimana gengsi
sebagai salahsatu kompetisi domestic utama di Eropa terjaga dengan keberadaan
Jose Mourinho disana.
Tingkat pemberitaan dan otomatis ekspose yang
berujung pada “pemasaran” Serie A terjaga meski tidak banyak bintang sepakbola
nomor satu yang bermain di tanah Italia.
Pun ketika Mourinho hadir di tanah Spanyol pada musim
2010/2011 untuk “menantang” Pep Guardiola yang sedang ganas-ganasnya bersama
Barcelona.
Pemberitaan La Liga yang selama ini monoton karena
hanya mengekspose persaingan CR7 dan Messi menjadi lebih berwarna dengan
pemberitaan seputar sepak terjang The Special One bersama Real Madrid, terutama
terkait pertarungannya dengan Pep Guardiola.
Pantaslah kiranya ketika Sir Alex Ferguson memutuskan
resign pada akhir musim 2012/2013 dan Mourinho memutuskan kembali ke Premier
League, publik sepakbola Inggris dan
media disana serta merta menemukan jawaban terkait pertanyaan mengenai siapa
sosok yang akan menjadi buruan utama headline media-media di sana………Jose
Mourinho jawabannya.
Hal yang kemudian secara senada diungkapkan mantan
pemain Liverpool, Jamie Carragher yang menyarakan agar Chelsea sebaiknya tidak
memecat Mourinho karena akan sulit untuk menemukan pengganti yang tepat bagi
pria Portugal itu.
“mereka telah memecat Manager terbaik dalam sejarah
mereka” demikian komentar Thierry Henry, legenda Arsenal mengenai pemecatan
Mourinho.
Chelsea boleh jadi memang tidak mampu mengikuti jejak
kesabaran manajemen Manchester United yang menunggu sampai 4 tahun agar Sir
Alex Ferguson mempersembahkan gelar juara perdananya.
Kesabaran yang kemudian berbuah manis dengan deretan
gelar sepanjang 20 tahun lebih karir Sir Alex di Old Trafford.
Bila alasan keterpurukan Chelsea saat ini yang sudah
mendekati zona degradasi mendorong Manajemen Chelsea mengakhiri hubungan
kerjasama, maka sesungguhnya kisah serupa terjadi musim lalu pada Borussia
Dortmund.
Musim lalu, saat Dortmund masih ditangani Juergen
Klopp, performa mereka jungkir balik dari penantang gelar juara Bundesliga
Jerman menjadi petarung untuk keluar dari juarang degradasi.
Apakah manajemen Dortmund “menyerah” pada kemampuan
Klopp? TIDAK…Mereka terus mempercayakan team kepada Klopp.
Pergantian tahun kemudian menjadi titik balik
Dortmund yang perlahan menemukan performa mereka sampai kemudian berhasil
menjauh dari zona degradasi.
Klopp bahkan membawa Dortmund menjuarai DFB Pokal.
“saya percaya Mourinho bisa membalikkan situasi. Ini
bukan sekali saja terjadi pada klub besar dan ini terjadi pada Dortmund musim
lalu” Slaven Bilic menyampaikan betapa manajemen Chelsea seharusnya memberikan
kesempatan lebih besar kepada Mourinho sebagaimana Dortmund tetap mempercayai
Klopp saat klub Jerman itu terancam degradasi jelang pergantian tahun musim
lalu….sama persis dengan kondisi Chelsea saat ini.
Mourinho juga sudah membuktikan kemampuannya
membalikkan situasi dengan membawa Chelsea lolos dari fase grup Liga Champions sebagai
juara grup.
Padahal Chelsea sempat diragukan tampil baik setelah
serangkaian hasil buruk di Liga Inggris.
Keputusan sudah dibuat Manajemen Chelsea dan harus
diakui mereka telah melepas sosok Manager yang spesial.
Komentar
Posting Komentar