PSSI, Berikanlah Andil Kesuksesan Bukan Andil Kegagalan.

Hasil gambar untuk indonesia vs malaysia aff cup
Desember 2010.
Timnas Indonesia yang berlaga di AFF Cup 2010 tampil memukau dan membangkitkan kembali antusiasme penggemar sepakbola tanah air seperti saat piala Asia 2007, bahkan kali ini lebih terasa antusiasmenya.
Euforia melanda dimana-mana, bahkan orang-orang yang tadinya hanya mengikuti berita sepakbola tanah air sambil lalu mendadak rela memberikan waktu lebih untuk mengikuti sepak terjang tim sepakbola yang membanggakan ini.
Christian Gonzales dan Irfan Bachdim mendadak jadi selebritis baru. Keduanya dipuja bak bintang sepakbola dunia, pemandangan yang jarang terlihat bahkan ketika Kurniawan Dwi Julianto masih menjadi headline berita olahraga nasional.
Kemenangan 5-1 atas Malaysia di laga awal, keberhasilan menyingkirkan Thailand dari fase grup serta kehebatan el loco Gonzales mengantarkan Indonesia menekuk kuda hitam Filipina di semifinal menumbuhkan harapan besar bahwa sebentar lagi Indonesia akan merasakan sensasi menjadi juara.
Yah..euforia juara itu sudah terasa apalagi lawan di final nanti adalah Malaysia yang notabene sudah pernah ditaklukkan di laga awal fase grup.
Pesta sudah disiapkan, leg kedua di GBK dan menjadi juara setelah menaklukkan Malaysia akan terasa sangat indah.

Kemudian, perjalanan menjadi juara itu mulai "diganggu".
Dimulai dari jamuan makan siang di rumah salah satu ketua partai politik yang kebetulan bernaung di partai yang sama dengan ketua PSSI saat itu, Nurdin Halid.
Keistimewaan bak juara terus berlanjut, timnas berangkat ke Malaysia dengan pesawat khusus dari sang ketua partai plus embel-embel "liputan khusus" dari salah satu stasiun TV milik keluarga ketua partai tersebut.
Itu belum menghitung sejumlah ekspose berlebihan media terhadap pemain, keluarga pemain bahkan sampai orang yang menjadi tetangga pemain!!
PSSI seperti tidak mampu melindungi tim dari sirkus media...atau mungkin justru memanfaatkannya.
Hingga tiba saat pertandingan leg pertama....
Kecemasan menjadi-jadi saat timnas hebat itu ditaklukkan 3-0 oleh Malaysia.
Gambaran perlakuan istimewa yang berlebihan mulai dijadikan kambing hitam.
Kepedihan makin lengkap kala timnas tidak mampu mengejar defisit gol dan harus menahan malu menyaksikan pesta Malaysia di stadion Gelora Bung Karno.

Terlepas dari membaiknya permainan Malaysia sejak ditaklukkan Indonesia dan gangguan laser saat leg pertama di Malaysia, publik seolah sepakat bahwa ekspose berlebihan dari media dan ketidakmampuan PSSI "melindungi" tim disinyalir menjadi alasan antiklimaks penampilan tim asuhan Alfred Riedl itu.
Timnas dikondisikan seakan-akan sudah menjadi juara sehingga masyarakat memuja mereka seperti sudah menjadi juara...padahal belum.
Media dalam hal ini ikut andil tetapi rasanya tidak akan menjadi berlebihan jika sejak awal PSSI memberlakukan aturan ketat terhadap hubungan antara tim dan media.

Agustus 2014.
Timnas U 19 diikusertakan dalam Hassanah Bolkiah Tournament.
Berita mengejutkan itu datang saat Evan Dimas Dkk sedang bersiap menuju Spanyol untuk berlaga di turnamen Cotif, turnamen yang sejak jauh hari dijadwalkan sebagai bagian persiapan timnas muda penuh harapan ini menyongsong Piala Asia U 19 sebagai jalan menuju Piala Dunia U 20.
Isu perebutan hak siar muncul.
Tidak heran jika isu tersebut bergulir karena hak siar turnamen Cotif dipegang oleh stasiun TV yang tidak memegang hak siar tur nusantara Evan Dimas Dkk.
Kebetulan lagi, stasiun TV yang memegang hak siar Hassanah Bolkiah Tournament adalah stasiun TV yang sama dengan yang memegang hak siar tur nusantara timnas U 19.
Jika benar dugaan tersebut, maka sekali lagi PSSI ikut andil "mengganggu" perjalanan sukses timnas.
PSSI tidak mampu melindungi timnas dari gangguan non teknis yang berpotensi mengganggu performa tim.
Hasil timnas U 19 di Hassanah Bolkiah Tournament pun sangat mengejutkan. Dari lima kali tanding di fase grup,timnas U 19 hanya mampu sekali menang, sekali seri dan tiga kali kalah.
Alhasil, keputusan menurunkan timnas U 19 di Hassanah Bolkiah Tournament dikritik karena dianggap keluar dari rencana awal.
Komentar miring bermunculan, bagaimana bisa kesempatan untuk menguji kekuatan Evan Dimas Dkk dihadapan tim junior Barcelona dan Argentina yang menjadi lawan mereka di turnamen Cotif bisa dilewatkan begitu saja untuk ajang sekelas Hassanah Bolkiah Tournament.
Terlepas bahwa lawan-lawan timnas U 19 di Brunei adalah tim yang lebih senior, rasanya Evan Dimas Dkk akan lebih bisa mendapatkan manfaat ketika bertarung melawan tim junior dari klub dan negara yang sudah mapan sepakbolanya.
Kalaupun kalah toh rasanya akan lebih bisa diterima ketimbang tampil tanpa daya pada turnamen level Asia Tenggara disaat tim ini justru dipersiapkan bertarung di level Asia bahkan ditargetkan menembus level dunia.

PSSI tampaknya belum mampu konsisten pada rencana mereka sendiri.
Jadwal persiapan yang sudah jauh hari disusun bisa berubah sedemikian rupa.
Jika dirunut kebelakang, timnas U 19 sejatinya tidak terlalu banyak mendapat sentuhan dari PSSI sampai kemudian kesuksesan Indra Sjafri dan anak asuhannya membuka mata PSSI.
Indra Sjafri dan timnas U 19 yang tadinya dipandang sebelah mata kini seakan menjadi role model pembentukan timnas level junior.
Timnas U 19 membuka mata bahwa betapa banyak anak-anak remaja yang punya kehebatan bermain sepakbola di negeri ini. Mereka hanya menunggu ditemukan PSSI dan diberikan kesempatan mengenakan kostum dengan lambang garuda di dada.

Revolusi mental seperti yang dicanangkan oleh presiden yang baru tampaknya harus menyentuh sampai ke organisasi sepakbola tertinggi di tanah air ini.
Semoga PSSI bisa menjadi pengurus sepakbola dalam arti yang sebenarnya dimana semua kemampuan dana, ilmu dan teknologi dikerahkan hanya untuk kemajuan sepakbola bangsa ini, bukan untuk kepentingan yang lain.
Dengannya kita berharap bisa merasakan semangat nasionalisme yang membara saat menyaksikan kehebatan timnas berlaga melawan negara lain.
Persis saat Evan Dimas Dkk memberi kebanggaan bagi rakyat negara ini ketika Korea Selatan tidak mampu menandingi kehebatan anak-anak muda Indonesia itu dalam laga kualifikasi penyisihan Piala Asia U 19.
Semoga kedepannya PSSI lebih banyak mencatatkan andil dalam perjalanan sukses timnas ketimbang menambah catatan miring mengenai andil PSSI dalam kegagalam timnas.
Majulah PSSI, majulah sepakbola Indonesia.

Komentar

  1. salam hangat dari kami ijin informasinya dari kami pengrajin jaket kulit

    BalasHapus
  2. salam hangat juga dari pengamatbola.blogspot.com

    BalasHapus

Posting Komentar