Barcelona dan Mitos Tuah Fase Semifinal Liga Champions
Kemenangan Real Madrid atas Atletico Madrid dalam laga final Liga Champions musim 2013/2014 yang lalu selain mencatatkan sejarah La Decima bagi El Real juga memutus satu rangkaian catatan mitos bahwa klub yang berhasil menyingkirkan Barcelona di fase gugur dalam perjalanan menuju laga final akan menjadi juara.
Mitos
Barcelona selesai sudah saat Atletico Madrid yang menyingkirkan Barcelona di
fase perempat final gagal menjadi juara….demikian yang disimpulkan oleh banyak
orang.
Namun jika
kita telaah lebih teliti maka sesungguhnya mitos Barcelona ini belum
benar-benar berakhir, bahkan mitos ini seakan-akan menemukan pola yang semakin
jelas.
Pola yang
saya maksud adalah, klub yang menaklukkan Barcelona mempunyai peluang besar
untuk menjadi juara Liga Champions dengan syarat klub tersebut menyingkirkan
Barcelona di FASE SEMIFINAL…itu kuncinya.
Benarkan
demikian?...benar sekali.
Jika anda
termasuk penggemar hal-hal yang berbau mitos dalam sepakbola tentu menyadari
bahwa sejak musim 2007/2008, klub yang menjadi juara Liga Champions “wajib”
menaklukkan Barcelona di fase semifinal.
Urutannya
sebagai berikut :
2007/2008 =
Juara Manchester United (mengalahkan Barcelona di fase semifinal)
2008/2009 =
Juara Barcelona
2009/2010 =
Juara Inter Milan (mengalahkan Barcelona di fase semifinal)
2010/2011 =
Juara Barcelona
2011/2012 =
Juara Chelsea (mengalahkan Barcelona di fase semifinal)
2012/2013 =
Juara Bayern Muenchen (mengalahkan Barcelona di semifinal)
2013/2014 =
Juara Real Madrid (mengalahkan Bayern Muenchen di semifinal)
Lawan Real
Madrid di final, Atletido Madrid mengalahkan Barcelona di fase perempat final
atau untuk pertama kalinya Barcelona kandas BUKAN di fase semifinal.
Atletico
Madrid menjadi klub pertama yang merasakan kegagalan menjadi juara Liga
Champions setelah mengandaskan Barcelona di fase gugur dan catatan ini
menegaskan fase semifinal dan Barcelona sebagai “syarat mutlak” untuk memenuhi
mitos Barcelona.
Meski
terkesan jauh dari pertimbangan teknis untuk kemudian “mewajibkan” Barcelona
dan fase semifinal sebagai syarat menjadi juara Liga Champions, keberadaan mitos
dalam dunia sepakbola cukup sering mewarnai catatan sejarah di sepakbola eropa.
Tahukah anda
mengapa Benfica selalu gagal menjadi juara di kejuaraan Eropa sejak tahun 1962?
Adalah Bela
Guttmann, pelatih terakhir yang memberi gelar juara di kejuaraan Eropa bagi
Benfica yang “mengutuk” Benfica tidak akan menjadi juara di kejuaraan Eropa
selama 100 tahun akibat permintaan kenaikan gajinya ditolak oleh manajemen
meski sudah berhasil memberi gelar juara.
Dan mitos
100 tahun itu terbukti dengan catatan sejarah yang buruk bagi Benfica sampai
saat ini.
Perhatikanlah
bahwa sejak tahun 1962, Benfica sudah 7 kali mentas di laga final kejuaraan
Eropa dan selalu gagal juara!!!
Masih kurang
yakin?
Jikalau anda
seorang Milanisti pasti paham benar mengapa AC Milan selalu ngotot menggunakan
seragam putih mereka saat melakoni laga final di kejuaraan Eropa.
Maglia
Fortunata…demikian kubu Milan menyebutnya.
Faktanya
dari 7 gelar juara Liga Champions yang diraih AC Milan, 6 diantaranya mereka
raih saat berkostum putih di laga final.
Begitulah,
selalu ada sisi unik dari sejarah sepakbola khususnya di Eropa.
Boleh
percaya atau tidak tetapi fakta sejarah menjadi saksi bahwa terkadang hal-hal
non teknis bisa memberikan pengaruh dalam menentukan hasil akhir sebuah
kejuaraan.
Dengan
Barcelona sejauh ini masih berada di Liga Champions maka peluang mitos
Barcelona dan fase semifinal terjadi lagi masih terbuka lebar.
Faktanya sejak
2008, jika Barcelona melewati fase semifinal dan berlaga di final maka peluang
menjadi juaranya sangat besar.
Disisi lain,
klub yang mengandaskan Barcelona di semifinal selalu mampu melanjutkan
performanya untuk menjadi juara.
Mana yang
akan terjadi? Ataukah akan muncul satu pola pengulangan yang baru? Disinilah
salah satu alasan mengapa Liga Champions selalu menarik untuk diikuti.