Alasan Kuat Kegagalan Brazil di Piala Dunia 2014 (sebuah prediksi)

Hasil gambar untuk luiz felipe scolari
Kalau ada yang memprediksikan Brazil tidak akan menjadi juara di kandangnya sendiri dalam gelaran Piala Dunia 2014 tentulah prediksi tersebut harus didasari pada analisa yang sangat kuat.
Kekuatan Brazil saat memasuki piala dunia 2014 boleh dikatakan bukanlah skuad terbaik yang pernah dimiliki Brazil tetapi tetap saja termasuk yang menjanjikan serta ditambah faktor dukungan supporter tuan rumah yang menjadi pemain ke 12.
Meski demikian, saya mempunyai prediksi bahwa sejauh apapun Brazil melangkah, walaupun sampai ke semifinal atau final, Brazil tidak akan menjadi juara.

Alasan utama saya adalah keberadaan Luiz Felippe Scolari.
Lho..bukankan Scolari adalah pelatih terakhir yang membawa Brazil meraih piala dunia 2002 dan sudah terbukti menaklukkan tim kuat Spanyol dalam perjalanan meraih piala konfederasi 2013?
Justru disitulah poinnya.
Sepanjang sejarah piala dunia, belum pernah tercatat ada pelatih yang mampu dua kali meraih piala dunia!!
Bahkan Brazil seharusnya belajar kembali terhadap catatan sejarah mereka dan menyadari bahwa mereka sudah gagal pada dua kali kesempatan mempercayakan tim kepada pelatih yang pernah sukses mengantarkan mereka mengangkat trofi piala dunia.
Mari kita membuka kembali catatan sejarah.

Adalah Mario Zagallo yang pertama kali merasakan kegagalan mengulang prestasi bagi timnas Brazil.
Brazil tampaknya sangat terpukau dengan jogo bonito yang diperagakan tim Mario Zagallo pada gelaran piala dunia 1970.
Tim ini bahkan digelari sebagai salah satu tim sepakbola terbaik yang pernah hadir di muka bumi.
Tidak salah memang karena tim ini meraih piala dunia 1970 saat itu.
Maka ketika CBF, PSSI nya Brazil menunjuk kembali Zagallo untuk menangani Ronaldo cs di piala dunia 1998,tidak banyak yang menyuarakan protes meski memang ada segelintir suara kritis yang mempertanyakan kemampuan Zagallo yang dianggap sudah tua.
Sejarah kemudian mencatat, Brazil melangkah gagah sampai final. Gambaran trofi piala dunia kedua muncul di hadapan Zagallo.
Naas tidak bisa diduga, jelang final dimulai, bintang utama mereka saat itu Ronaldo mengalami cedera "aneh" yang berpotensi membuatnya tidak fit.
Kita semua tahu bahwa Ronaldo akhirnya tetap dipaksakan turun ke lapangan.
Alhasil, dihadapan jutaan pasang mata dunia dan di bawah dukungan penuh teror dari publik tuan rumah Prancis, Ronaldo tampil tanpa daya dan Brazil dibantai oleh Prancis yang dimotori oleh Zinedine Zidane..skor telak pun tercatat 3-0.
Kesempatan kedua bagi Zagallo gagal.

Brazil tampaknya masih belum mau menyerah untuk bernostalgia terhadap kesuksesan masa lalu.
Kali ini, Carlos Alberto Parreira yang mendapatkan kesempatan kedua tersebut.
Berbekal kesuksesan meraih trofi piala dunia 1994, skuad yang dibawa Parreira ke piala dunia 2006 di Jerman adalah salah satu materi terbaik yang pernah dimiliki Brazil.
Brazil membawa Ronaldo, Ronaldinho, Kaka dan Adriano..empat aset sepakbola Brazil di pentas dunia saat itu yang saking fantastisnya, empat pemain ini mendapat julukan "fantastic four" merujuk pada tokoh empat superhero dalam satu tim.
Tampak menjanjikan dengan terus melaju sampai fase perempat final, Brazil sekali lagi kandas ditangan Prancis yang masih dimotori Zinedine Zidane.
Sekali lagi, Brazil gagal bernostalgia dengan kesuksesan pelatih lama.

Merujuk pada catatan sejarah tersebut, maka cukup beralasan mengatakan bahwa kesempatan terkini yang diberikan kepada Luiz Fellipe Scolari akan berakhir pada kegagalan.
Cukup dengan merujuk pada catatan sejarah?
Tidak.
Skuad Brazil saat ini menggambarkan potensi kegagalan mereka.


Coba bandingkan saat terakhir Brazil menjadi juara piala dunia 2002 di Korea Jepang.
Saat itu Brazil memiliki trio R dalam diri Ronaldo, Rivaldo dan Ronaldinho.
Ketiganya adalah jagoan sepakbola Brazil saat itu.
Ronaldo sedang berada pada era keemasannya, Rivaldo adalah kompetitor langsung Ronaldo dalam hal ini dan Ronaldinho sedang berkembang sebagai suksesor terbaik bagi Ronaldo dan Rivaldo.
Ronaldo sendiri adalah gambaran striker Brazil haus gol setelah era Romario dianggap sudah selesai.
Jangan lupakan pula saat itu Brazil dihuni dua bek sayap kelas dunia, ada Roberto Carlos di kiri dan Cafu di kanan.

Di piala dunia 2014 ini tidak ada lagi trio R.
Publik Brazil masih melihat trio tersebut pada tiga gelandang serang dalam formasi 4-2-3-1 yaitu Neymar, Oscar dan Hulk.

Neymar boleh jadi adalah bintang sepakbola terpanas dari Brazil saat ini, tapi Neymar bukanlah sosok pesepakbola terbaik dunia sebagaimana Ronaldo saat itu, setidaknya nama Neymar masih tertutup oleh kilau Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo saat ini.
Catatan lainnya, Neymar juga baru musim ini mentas di liga eropa.
Bandingkan dengan pengalaman yang dibawa Ronaldo dari liga Italia dan Liga Spanyol setelah sempat berkostum Inter Milan dan Barcelona.
Adapun Oscar dan Hulk boleh saja termasuk kedalam deretan talenta berkelas dari Brazil yang mentas di liga-liga eropa tetapi Oscar sendiri masih belum secemerlang Rivaldo.
Jangan tanyakan pula perbandingan Ronaldinho dengan Hulk, seorang legenda di klub sebesar Barcelona dengan seorang pemain bintang di klub sekelas Porto dan Zenit...kelasnya beda.
Disisi kiri dan kanan saat ini Brazil boleh berbangga dengan keberadaan Marcelo di kiri dan Dani Alves di kanan. Keduanya adalah contoh regenerasi Brazil yang sukses untuk pemain sayap.
Meski demikian terdapat satu problem krusial pada keberadaan penyerang tengah klasik yang dihuni Fred dan dilapis Jo.
Ada yang berani mengatakan bahwa keduanya adalah gambaran striker Brazil yang haus gol seperti Ronaldo dan Romario? ...Untuk sekedar dibandingkan pun mereka belum mencapai level yang sama.
Jelas terlihat perbedaan skuad saat ini dengan skuad pada piala dunia 2002.


So, makin terlihat jelas bukan bahwa prediksi Brazil akan gagal di piala dunia 2014 cukup beralasan.
Kondisi terakhir berupa cederanya Neymar adalah satu lagi pembenaran yang bagus untuk prediksi ini.
Neymar adalah motor permainan Brazil saat ini.
Empat gol nya serta pergerakannya yang tajam di atas lapangan adalah nyaris separuh kekuatan Brazil.
Jangan heran jika cederanya Neymar ditangisi skuad dan rakyat Brazil.

Dalam kondisi seperti ini Brazil boleh berharap kejadian 1962 saat mereka menjadi juara piala dunia di Cili terulang.
Saat itu Pele yang menjadi bintang utama mereka mengalami cedera dan tidak dapat melanjutkan turnamen.
Alhasil kecemasan melanda Brazil. Muncul kekuatiran terhadap peluang juara Brazil.
Sejarah mencatat Brazil tetap melaju menjadi juara.
Tanpa Pele, Brazil masih memiliki Garrincha, Didi, Zito dan Zagallo untuk meraih trofi juara.

Nah, sekarang saat Neymar cedera, kepada siapa Brazil menggantungkan harapannya?
Brazil sendiri sudah menyatakan kehilangan besar atas cederanya Neymar.
Tampaknya prediksi Brazil gagal juara mendekati kenyataan.
Menarik untuk ditunggu.

Komentar