Kepantasan Jerman Juara dan Kepantasan Argentina Kalah (analisa prediksi yang meleset)

Hasil gambar untuk jerman vs argentina piala dunia 2014
Sebelum turnamen piala dunia 2014 di Brazil dimulai saya membuat prediksi bahwa Argentina akan menjuarai piala dunia 2014.
Sampai babak final dan pertandingan memasuki babak kedua perpanjangan waktu, prediksi tersebut masih benar.
Lalu kemudian sebuah kelengahan lini belakang Argentina memberi jalan Mario Goetze mencetak gol satu-satunya di pertandingan itu dan memupus harapan penggemar timnas Argentina sekaligus menghancurkan prediksi saya.
Apa yang salah dengan Argentina? dan mengapa Jerman akhirnya bisa memutus sejarah ketidakberdayaan tim eropa di tanah amerika?
Berikut adalah sejumlah catatan dibalik kemenangan Jerman dan dibalik sebuah prediksi yang salah.

Joachim Loew sudah belajar banyak.
Yap..ini adalah alasan utama mengapa Jerman di bawah asuhannya akhirnya meraih trofi.
Pada prediksi sebelumnya saya menggarisbawahi seringnya tim asuhan Loew mengalami puncak penampilan disaat yang tidak tepat....yang paling naas adalah saat ditekuk Spanyol pada semifinal piala dunia 2010 setelah sebelumnya secara beruntun menghabisi Inggris 4-1 dan Argentina 4-0 pada fase perempat final dan semifinal.
Tampaknya setelah kemenangan bersejarah atas Brazil dengan skor telak 7-1, Jerman di bawah asuhan Loew mampu menjaga euforia dan berujung pada klimaks permainan yang terjaga.
Sesaat setelah menghajar Brazil, Loew langsung mengingatkan teamnya untuk tidak larut dalam kemenangan.
"tidak ada trofi yang diraih dalam kemenangan besar di semifinal ini" demikian Loew memberi penegasan kepada teamnya untuk tidak mengulangi kesalahan-kesalahan sebelumnya.
Tampaknya Loew dan timnas Jerman sudah bosan terus-terusan hanya tampil memikat dan memukau dengan kemenangan hebat tanpa mengangkat trofi di akhir turnamen.
Dan mentalitas ini terbukti ampuh menjaga konsentrasi tim untuk tetap tampil baik di partai puncak.

Ada peran Argentina dalam kemenangan Jerman di final piala dunia 2014.
Satu hal yang saya garisbawahi mengenai prediksi yang mengunggulkan Argentina adalah kemampuan Messi cs tampil efektif dan efisien.
Bayangkan, Messi bersama Argentina hanya mencetak delapan gol dalam perjalanan menuju final plus tidak pernah kebobolan selama fase knock out..sangat efektif!!.
Sayangnya, efektivitas itu tidak muncul dalam partai final.
Rakyat Argentina patut menyesali tiga buah peluang emas saat tinggal berhadapan kiper yang dimiliki oleh Higuain di awal babak pertama, Messi di awal babak kedua dan Palacios saat perpanjangan waktu.
Konyolnya, ketiga peluang itu mentah bukan karena kehebatan Neuer tetapi karena tendangan ketiganya yang melenceng!!
Bandingkan dengan sejumlah peluang Jerman yang membuat Romero harus menghalau tendangan Mueller, Schurlee dan terakhir tendangan Goetze yang akhirnya menjebol gawang Argentina.
Sama-sama tiga peluang matang dan semua peluang Jerman tepat sasaran ke kiper dimana salah satunya berbuah gol.
Efektivitas Argentina kalah total!!
Satu faktor yang mendukung prediksi Argentina sebagai juara gugur dengan sendirinya.

Strategi Sabella menggantikan Lavezzi dengan Kun Aguero juga terbukti tidak manjur.
Pergerakan Lavezzi pada babak pertama berkali-kali merepotkan pertahanan Jerman dan saat Aguero masuk, pergerakan serupa tidak muncul lagi.
Aguero yang biasanya agresif dan tajam, pada partai final tampak seperti pemain medioker.
Tidak ada pergerakan Aguero yang berhasil memberi ancaman bagi pertahanan Jerman.
Sabella tampaknya harus mengambil  pelajaran teramat mahal dari keputusannya ini.

Terakhir...
Kurang pas rasanya jika tidak menyinggung sang bintang Lionel Messi.
Kegagalannya mengantar Argentina meraih juara dunia memberi penegasan bahwa Maradona masih lebih baik darinya...paling tidak dari sisi prestasi di piala dunia.
Penurunan perfoma sejak turnamen memasuki fase knock out mencapai puncaknya dalam partai final.
Alhasil gelar pemain terbaik turnamen yang diterimanya mendapat komentar miring dari sejumlah pengamat.
Messi boleh jadi hebat di fase grup namun tidak sanggup konsisten tampil hebat sampai fase penentuan.
Simak komentar Gary Lineker mengenai performa Messi ini :
"Messi sudah menunjukkan performa hebat dalam turnamen tetapi tidak konsisten dengan performa hebat itu"
Gary Lineker adalah striker Inggris yang pernah merasakan langsung berduel dengan sang legenda Diego Maradona.
Pendapatnya di atas boleh jadi sebuah nasehat bagi Messi untuk belajar mempertahankan konsistensi penampilan agar saat piala dunia berlangsung empat tahun lagi di Rusia, Messi mampu tampil lebih baik.
Untuk yang satu ini, Messi jangan malu-malu belajar pada Ronaldo, bintang sepakbola Brazil yang merasakan kegetiran kalah di final piala dunia 1998 namun bangkit menjadi aktor utama keberhasilan Brazil menjuarai piala dunia 2002.

Komentar