Mengapa Barcelona Juara La Liga Spanyol? Analisa Prediksi Keliru Liga Spanyol

Hasil gambar untuk lionel messi barcelona
Ini adalah ulasan atau analisa atas kekeliruan prediksi saya pada awal tahun 2015 yang menjagokan Real Madrid sebagai juara La Liga Spanyol.
Bagaimana mungkin Real Madrid yang begitu perkasa menjelang tutup tahun 2014 dengan rentetan 22 kemenangan beruntun bisa mendadak “terjun bebas” mengalami kemunduran performa saat kompetisi memasuki paruh kedua di tahun 2015?
Sebuah kondisi yang kemudian dimanfaatkan dengan baik oleh Barcelona untuk bangkit dari ketertinggalan mereka dan membalikkan situasi.

Pada awal tahun 2015 saya menjagokan Real Madrid sebagai calon kuat juara La Liga Spanyol karena pertimbangan kedalaman skuad yang dimiliki Real Madrid.
Masih bermodalkan trio BBC (Bale Benzema Cristiano Ronado), Real Madrid sesungguhnya menjalani setengah kompetisi dengan sangat gemilang.
Tampil sangat beringas dengan 22 kemenangan beruntun plus ketajaman Cristiano Ronaldo yang mengantarkannya sebagai pemain terbaik dunia 2014, Real Madrid seperti tidak terpengaruh dengan kehadiran trio penyerang latin yang ada di Barcelona.
Messi Neymar dan Suarez tidak sepenuhnya bisa menunjukkan ketajaman mereka sebagai penyerang latin tertajam saat ini karena factor Suarez yang tidak bisa langsung turun dalam kompetisi akibat insiden gigitan di Piala Dunia 2014.
Alhasil Messi dan Neymar untuk beberapa waktu menjadi duo penyerang yang diandalkan Barca…yap..duo penyerang..BUKAN trio penyerang seperti yang digadang-gadang di awal kehadiran Suarez.
Maka tidak heran jika kemudian, Barcelona seperti tidak sanggup mengimbangi kelengkapan amunisi trio BBC yang lebih sering tampil lengkap….meski sebenarnya jika ditilik lebih jauh pada dominannya perolehan gol CR7, sesungguhnya sedang terjadi penurunan pada performa trio ini.

Kembali pada kedalaman skuad.
Real Madrid boleh jadi memiliki kedalaman skuad yang lebih baik daripada Barcelona tetapi Los Galacticos tidak memiliki “kualitas” yang cukup untuk terus berlari kencang dalam perebutan juara La Liga.
Kekalahan Real Madrid dalam laga ujicoba akhir tahun 2014 dari AC Milan, tim yang sedang mengalami salahsatu performa terburuk mereka di Liga Italia menjadi awal mula petaka bagi Iker Casillas dkk.
Ada yang beranggapan bahwa laga ujicoba di Dubai itu semestinya menjadi waktu bagi pemain-pemain Real Madrid untuk refreshing setelah melalui setengah kompetisi yang gemilang….semacam menjaga kondisi psikis yang tengah memuncak.
Kenyataannya, kekalahan dari Milan tersebut seakan-akan membayangi perjalanan Real Madrid setelah pergantian tahun.
Real Madrid seperti kehabisan kualitas untuk terus kompetitif dalam persaingan di La Liga.

Dimulai dari kekalahan mengejutkan atas  Valencia yang memutus rentetan 22 kemenangan beruntun dan beberapa hari kemudian secara menyakitkan di hadapan puluhan ribu Madridista di Santiago Bernabeu disingkirkan oleh seteru sekota mereka Atletico Madrid dalam ajang Copa Del Rey.
Awal tahun 2015 menjadi awal mula keterpurukan Los Galacticos.
Bagaimana tidak, mereka nyaris saja tersingkir oleh Schalke di ajang Liga Champions jika saja Schalke mampu mencetak gol sekali lagi di leg kedua Babak 16 Besar yang digelar di kandang Madrid.
Puncaknya saat Barcelona mengalahkan Real Madrid dalam El Classico kedua di musim 2014/2015 dan mengambil alih tahta pemuncak klasemen.
Dan sejak saat itu, El Real tidak pernah sanggup kembali ke posisi puncak.
Lalu dimanakah kekuatan kedalaman skuad El Real?

Madridista patut menyesali ketiadaan Luka Modric yang sempat membentuk trio menakutkan di lini tengah bersama Kroos dan Isco/James.
Kehilangan Luka Modric ternyata tidak sanggup ditangani dengan baik oleh Assier Illaramendi dan Isco/James (James bahkan sempat absen untuk beberapa waktu yang lama).
Jangan tanyakan hal ini ke Alvaro Medran yang masih “hijau” atau Lucas Silva yang masih “baru” di ranah Liga Spanyol untuk diberi beban mengawal lini tengah klub sebesar Real Madrid.
Problem di lini tengah berlanjut dengan “kemandekan” gol CR7 dan parahnya diikuti pula oleh Bale dan Benzema.
Bisa apa pelapis yang baru sembuh dari cedera seperti Jesse Rodriguez?
Chicharito boleh jadi sempat beberapa kali menjadi penyelamat, tetapi menit bermainnya menjadi kendala terbesarnya dalam memberikan kontribusi kepada El Real.
Lengkap sudah permasalahan Real Madrid.

Sebaliknya pada pergantian tahun Barcelona justru tengah bersuka cita dengan “kelahiran kembali” Luis Suarez.
Dimulai dengan sumbangsih assist yang lebih menonjol, perlahan tapi pasti Suarez menjadi bagian tidak terpisahkan dari trio latin Messi Neymar Suarez.
Kehadirannya seperti datang di waktu yang tepat.
Bale menurun dan terus mendapat kritik dari Madridista, Benzema ditepikan cedera, CR7 seperti kesulitan menemukan kembali ketajamannya…..disisi lain Messi Neymar dan Suarez semakin mengganas sebagai trio penyerang Barcelona.
Jadilah Barcelona menguasai La Liga dengan magis trio latin mereka.
Kekuatiran bahwa kedalaman skuad Barcelona yang tidak sebaik Madrid terhapuskan dengan minimnya cedera yang menimpa kekuatan utama mereka.
Mulai dari trio Messi Neymar Suarez sampai trio Iniesta Rakitic dan Busquet lebih sering tampil lengkap bersama.

Sederhananya, Real Madrid boleh saja punya kedalaman skuad tetapi menjadi tidak berarti ketika kualitas yang ada di skuad tersebut tidak mampu berkontribusi banyak bagi team.
Sebaliknya Barcelona menuai untung dari kelengkapan trio penyerang dan gelandang mereka yang minim cedera. Bahkan lini pertahanan mereka ikut-ikutan tampil konsisten (diluar cederanya Vermaelen) sebagai bagian dari kunci keberhasilan mereka meraih juara La Liga Spanyol.
Selamat Barcelona.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketika Fergie Time MU Menjadi Guardiola Time Di Tangan Man City