Prediksi 2016, Arsenal Paling Siap Menjadi Juara (Prediksi Juara Premier League 2015/2016)
Laga sesudah libur tahun baru menandai tiga rentetan laga padat yang berlangsung di Liga Inggris saat kompetisi sepakbola di Eropa justru tengah berlibur.
Laga sehari sesudah Natal yang sering disebut Boxing
Day mengawali rentetan laga nan padat bagi klub di Liga Inggris.
Beberapa hari sesudahnya atau sebelum pergantian
tahun, pesepakbola di Liga Inggris masih bertarung di saat rekan-rekan
pesepakbola di negara Eropa lain sudah menikmati liburan Natal dan Tahun Baru.
Belum cukup sampai disitu, Liga Inggris meneruskan
kembali roda kompetisi hanya beberapa sesaat setelah Tahun Baru.
Praktis sejak 26 Desember 2015 sampai 3 Januari 2016,
klub-klub Liga Inggris melakoni 3 laga beruntun dalam waktu 9 hari alias
bertanding tanpa henti setiap 3 hari!
Anomali ini menjadi ujian konsistensi bagi klub yang
tengah berada dalam posisi bagus di klasemen sekaligus menjadi cara terbaik
menguji seberapa siap sebuah klub untuk terus konsisten berada di papan atas
klasemen.
Inilah pertanyaan yang diajukan pada Leicester City,
kejutan terbesar Liga Inggris musim ini.
Anak asuh Claudio Ranieri baru akan sah dipandang
sebagai kandidat juara Liga Inggris jika bisa melalui fase laga padat usai
Natal sampai lewat pergantian tahun.
Faktanya, dalam 3 laga padat beruntun tersebut, tidak
sekalipun Leicester City meraih kemenangan.
Jamie Vardy dkk bahkan merasakan kekalahan kedua
mereka setelah takluk 0-1 di kandang Liverpool.
Saat bermain di kandang menjamu Manchester City,
Ranieri hanya sanggup membawa Leicester meraih satu poin.
Dan puncaknya saat klub berjuluk The Foxes itu hanya
sanggup mengambil satu poin dari Bournemouth yang bermain dengan 10 pemain.
Tiga laga berlalu dan Leicester hanya mampu menambah
2 poin alias kehilangan 7 poin.
Konsistensi Jamie Vardy dkk dipertanyakan dan
kepantasan mereka sebagai kandidat juara Liga Inggris mulai digugat, setidaknya
oleh mereka yang memandang bahwa pencapaian Leicester City saat ini hanyalah
sebuah kejutan.
Hasil-hasil yang tidak maksimal mengkonfirmasi bahwa kejutan
Leicester City musim ini bukanlah pengulangan sejarah saat Blackburn Rovers
dengan secara mengejutkan menjadi juara Liga Inggris musim 1994/1995.
Duo Alan Shearer dan Chris Sutton saat itu boleh
berjaya membawa Blackburn juara tetapi sepertinya tidak dengan duo Jamie Vardy
dan Riyad Mahrez di Leicester City musim ini.
Bertahan di posisi empat besar klasemen dan meraih
tiket ke Liga Champions musim depan menurut saya sudah merupakan kejutan besar
dari Leicester City.
Juara Liga Inggris?
Ketidakmampuan anak asuh Ranieri dalam meraih hasil
maksimal di tengah laga padat menunjukkan bahwa tim ini baru sebatas memberi
kejutan dan warna tersendiri dalam persaingan menuju gelar juara Liga Inggris
musim ini.
Jika sudah demikian, siapa sesungguhnya kandidat
juara Liga Inggris musim ini?
Setelah Chelsea dipastikan tidak akan bertarung dalam
perebutan gelar juara Liga Inggris musim ini dan Liverpool tampaknya masih
sebatas mengejar tiket ke Eropa bersama Juergen Klopp, adalah Arsenal,
Manchester City dan Tottenham Hotspurs yang memiliki kans untuk bertarung
memperebutkan titel juara Liga Inggris.
Lho, bagaimana dengan Manchester United (MU)?
Bukankan tim asuhan Van Gaal ini memulai tahun 2016
dengan kemenangan 2-1 atas Swansea dan sejauh ini masih menempel ketat empat
tim penghuni papan atas?
Benar, tetapi MU sudah terlalu identik dengan
performa naik turun musim ini.
Sempat tampil sebagai pemuncak klasemen pada akhir
September meski mempertontonkan permainan yang tidak memukau, MU mendapati
bahwa mereka memang belum tampil sesuai kualitas yang sesungguhnya saat tidak
mampu menang dalam 8 laga beruntun!
Kegagalan lolos dari fase grup Liga Champiosn di grup
yang sebenarnya terbilang mudah merupakan bagian dari catatan buruk saat Rooney
dkk kalah beruntun dalam 4 laga!
Jadi kalau kemudian MU terlihat seperti akan bangkit,
rasa-rasanya kebangkitan itu hanya untuk memastikan MU tetap dapat berlaga di
Liga Champions musim depan, bukan untuk mengangkat trofi gelar juara Liga
Inggris di akhir musim.
Kembali kepada Arsenal, Manchester City dan Tottenham
Hotspurs.
Dari tiga tim ini, Arsenal menjadi tim yang tampak
paling meyakinkan untuk menjadi juara Liga Inggris.
Manchester City boleh saja merupakan tim dengan lini
penyerangan terbaik saat ini dengan capaian 39 gol dalam 20 laga yang sudah
dilakoni, tetapi kegagalan City mempertahankan gelar juara Liga Inggris musim
lalu sebenarnya sudah mengajarkan bahwa tajam di depan saja tidak cukup jika
lini pertahanan keropos.
City musim lalu menjadi tim tertajam dengan 83 gol tetapi
yang menjadi juara adalah Chelsea, tim dengan pertahanan terbaik yang hanya
kebobolan 32 gol berbanding 38 gol yang
bersarang di gawang Joe Hart.
Musim ini masalah serupa masih terjadi di kubu City.
Kedatangan Nicolas Otamendi dari Valencia ternyata
belum mampu menambal lubang di pertahanan City.
Adalah sang kapten Vincent Company yang masih menjadi
aktor utama City di jantung pertahanan.
Sialnya, Kompany cukup sering bergelut dengan cedera
musim ini dan memberi pengaruh buruk pada performa anak asuh Pellegrini.
Faktanya, hanya sekali saja kala bertandang ke
Leicester City, The Citizen mampu menjaga gawang mereka tidak kebobolan saat
Kompany tidak bermain….sisanya? saat
Kompany tidak bermain mereka selalu kebobolan!
Bukan modal yang bagus untuk bertarung di jalur
juara.
Jika City bermasalah dengan pertahanan mereka, tidak
demikian dengan Spurs.
Pochettino berhasil membawa Spurs menempati posisi
empat besar dengan modal tim dengan pertahanan terbaik setelah melakoni 19
laga.
Spurs bakal mengcopy
paste rumus juara Chelsea musim lalu? Nanti dulu.
Tanpa hingar bingar kejutan Leicester City musim ini,
sebenarnya keberadaan Spurs di posisi empat besar klasemen saat ini merupakan
sebuah kejutan.
Dari tim yang setiap musim hanya bertarung mengejar
tiket Liga Champions kemudian “naik level” mengejar gelar juara, Spurs pantas
disebut membuat kejutan bagi tim papan atas lainnya.
Sejak pekan kedelapan, tren Spurs terus menanjak naik
dari peringkat 8 dan kini berada di posisi empat besar klasemen.
Meski demikian, catatan Spurs dalam lima musim
terakhir saat mencapai posisi empat besar klasemen di pergantian tahun
menunjukkan bahwa klub ini bukan petarung gelar juara sesungguhnya.
Pada musim 2009/2010 dan 2011/2012, Spurs berada di
posisi empat besar dan tidak pernah mampu menaikkan pencapaian mereka sampai ke
tangga juara.
Dalam dua musim itu, Spurs hanya mampu bertahan di
posisi empat besar klasemen tanpa mampu meraih gelar juara……dan sepertinya hal
yang sama akan terjadi di akhir musim nanti.
Kedalaman skuad Spurs harus diakui tidak sebaik tim
papan atas lainnya dan ini yang selalu menjadi permasalahan klasik tim-tim
kejutan saat dihadapkan pada jadwal padat dan lawan-lawan tim papan atas dengan
kedalaman skuad yang lebih baik.
Well, dengan
City dan Spurs memiliki kendala untuk menjadi juara maka pantas kiranya jika
prediksi siapa juara Liga Inggris diakhir musim 2015/2016 jatuh kepada Arsenal.
Arsenal menjadi tim paling siap bahkan “sudah
disiapkan” sejak dua musim lalu.
Selama dua musim Arsene Wenger membawa Arsenal
menjuarai FA Cup sebagai pemanasan untuk menjadi juara yang sesungguhnya di
kancah Liga Inggris.
Musim ini, proyek juara itu ditandai dengan kehadiran
kiper senior Chelsea, Petr Cech.
Keberhasilan Cech mencapai rekor clean sheet di Liga
Inggris saat berada di bawah mistar gawang The Gunners mengkonfirmasi kebenaran
ucapan John Terry bahwa Cech adalah kiper yang mampu mengamankan poin krusial
dalam perburuan gelar juara.
Pantas kiranya jika Mourinho sampai meminta agar
Abramovich tidak menjual Cech ke klub kompetitor di Liga Inggris.
Mourinho sadar dampak sebesar apa yang bisa diberikan
Cech bagi perburuan gelar juara.
Cech menjadi pelengkap kepingan puzzle yang
dibutuhkan Arsenal untuk menjadi juara sebagaimana mereka dulu memiliki sosok
David Seaman di bawah mistar gawang saat menjadi penguasa Liga Inggris.
Kombinasi Cech dan Per Mertesacker di depannya
mengingatkan kita pada kombinasi Seaman dan Tony Adams di jantung pertahanan
Arsenal dulu.
Tanda-tanda Arsenal bakal melaju melebihi pencapaian
juara FA Cup dalam dua musim terakhir sudah mulai tampak saat Arsene Wenger
meruntuhkan tembok psikologis tidak pernah menang melawan Chelsea-nya Mourinho
dalam kemenangan Arsenal atas Chelsea di ajang Community Shield.
Kelemahan Arsenal disektor penyerang tengah juga
teratasi saat Olivier Giroud mulai menunjukkan kelasnya sebagai salahsatu
penyerang tengah terbaik yang dimiliki Prancis saat ini, persis seperti era
Thierry Henry dulu.
Giroud juga melengkapi French Connection yang menjadi kunci kejayaan Wenger bersama
Arsenal dulu.
Jika Henry membentuk koneksi Prancis bersama Robert
Pires dan Patrick Vieira maka Giroud membentuknya bersama Coquelin dan Koscielny.
Replikasi “tim sukses” Wenger di Arsenal makin
lengkap dengan kehadiran Alexis Sanchez dan Chamberlain di sector penyerangan
sayap yang mereplikasi performa Pires dan Ljunberg dulu.
Tidak ketinggalan, performa Mesut Oezil yang menjadi
raja assist Arsenal musim ini menjawab satu rumus keberhasilan menjadi juara
Liga Inggris musim lalu yaitu memiliki raja assist di dalam tim.
Chelsea punya Fabregas musim lalu dan kini Arsenal
punya Oezil.
Dengan kematangan performa di setiap lini plus mental
juara yang sudah terbentuk sejak dua musim lalu dalam bentuk raihan trofi juara
FA Cup, pantas kiranya jika Arsenal naik level musim ini dengan mengangkat
trofi juara Liga Inggris di akhir musim.
Komentar
Posting Komentar