Jangan Lupa, Target Pembinaan Sepakbola Usia Muda Adalah Membina Bukan Mengejar Prestasi
Apa
yang menjadi sebagian besar aktivitas anda pada saat berada di kisaran usia 17,
18 dan 19 tahun? Pada rentang umur tersebut, seseorang umumnya sedang menginjak
bangku pendidikan tingkat SMU kelas 2, 3 atau baru masuk ke Perguruan Tinggi.
Sebagian besar aktivitas biasanya dihabiskan untuk belajar mempersiapkan
kelulusan SMU, latihan soal-soal ujian masuk universitas favorit atau malah
sedang disibukkan dengan tetek bengek kegiatan penyambutan mahasiswa baru alias
ospek.
Pernahkah
anda membayangkan bagaimana menjadi seorang Egy Maulana Vikri? Pada rentang
umur sekian, bersama teman-temannya di timnas U19, mereka justru sedang
memanggul harapan dari seluruh rakyat Indonesia akan prestasi sepakbola. Disaat
sebagian kita berkutat dengan pelajaran di sekolah sambil sesekali memikirkan
strategi PDKT ke lawan jenis, mereka justru berkutat dengan jadwal latihan dan
mengupas strategi permainan melawan tim negara lain.Ada perbedaan disini dan untuk itulah akan lebih bijak jika kita tidak serta merta melontarkan cacian dan hujatan jika timnas kelompok junior seperti timnas U19 gagal memenuhi target prestasi. Dilain sisi, ketika mereka mampu meraih kemenangan sebaiknya jangan pula terlalu disanjung-sanjung bak rombongan Avenger berhasil mengusir Alien.
Prestasi seharusnya tidak menjadi buruan utama sepakbola di usia muda. Anak-anak muda pada kelompok timnas U19 sebaiknya cukup ditargetkan untuk mampu berkembang sebagai individu dan tim. Sebagai individu mereka mampu terus meningkatkan kualitas skillnya dan sebagai tim mereka semakin terorganisir bermain dalam sebuah tim.
Bayangkan jika pemain-pemain yang skill individunya terus membaik bermain bersama disaat mereka mampu mengorganisir diri dalam sebuah tim. Hasilnya tentu akan luar biasa namun tolong ingat baik-baik bahwa ukuran keberhasilan semua itu tidak harus dimaknai dengan prestasi sebagai juara.
Prestasi di usia muda tidak selalu berkorelasi dengan sukses sebuah negara dalam urusan sepakbola. Jika acuan sukses itu adalah pada keberhasilan sebuah negara di turnamen – turnamen besar antar negara seperti Piala Dunia, Piala Eropa, Piala Afrika, Copa America dan sebagainya maka sudah banyak contoh ketika tim junior sebuah negara berjaya tetapi tidak lantas berbanding lurus dengan kejayaan tim seniornya.
Perhatikan data-data terkait Piala Dunia U-20 yang sering dikatakan sebagai Piala Dunia Junior dan korelasinya dengan prestasi sebuah negara di turnamen besar. Soccerway (15/11/2017) mencatat tim seperti Ghana dan Serbia pernah menorehkan catatan manis di ajang tersebut. Anak-anak muda dari Ghana dan Serbia tercatat pernah meraih trofi Piala Dunia Junior pada tahun 2009 (Ghana) dan 2015 (Serbia). Bukan sebuah kebetulan jika pada kesempatan juara tersebut keduanya menundukkan Brazil, negara yang seperti tidak kekurangan talenta-talenta muda hebat.
Sekarang silahkan anda perhatikan bagaimana kiprah timnas senior Ghana dan Serbia setelah keberhasilan anak-anak muda mereka menjadi juara Piala Dunia Junior itu. Soccerway (15/11/2017) memperlihatkan pada 5 perhelatan Piala Afrika sejak 2010 sampai 2017, tidak sekalipun Ghana meraih trofi juara sebagai tim terbaik Afrika. Pencapaian terbaik mereka hanya sebagai runner up tahun 2010 dan 2015.
Dalam ajang Piala Dunia yang lebih tinggi levelnya, generasi juara Piala Dunia Junior memang membawa Ghana lolos sampai perempat final di Piala Dunia 2010, tetapi setelahnya mereka terus menurun. Dimulai dari mentok pada fase grup Piala Dunia 2014 dan sekarang malah tidak lolos ke Rusia 2018.
Bagaimana dengan Serbia? Soccerway (15/11/2017) mencatat sebuah anomali ketika tim junior Serbia menjadi Juara Piala Dunia Junior tahun 2015, tim senior mereka malah tidak lolos ke Piala Eropa 2016. Buah manis dari bakat-bakat muda Serbia baru terasa dengan keberhasilan mereka lolos ke Piala Dunia 2018 tahun depan.
Jika
sorotan kita alihkan pada tim elit dunia seperti Argentina, hasilnya akan sama
saja. Tidak ada korelasi langsung antara prestasi tim junior mereka dengan
kesuksesan tim senior. Soccerway (15/11/2017) mencatat tiga gelar juara terakhir
Argentina pada ajang Piala Dunia U-20 terjadi pada tahun 2001, 2005 dan 2007.
Ironisnya, pada ajang Piala Dunia Senior tahun 2002, 2006 dan 2010, Argentina
mentok pada fase grup (2002) dan perempat final (2006, 2010). Argentina bahkan
sudah tidak pernah lagi menjadi juara di ajang Copa America sejak tahun 1993.
Data
ini bisa jadi petunjuk bahwa prestasi di level junior jangan menjadi rumus
pasti untuk kesuksesan di level senior sehingga tidak bijak rasanya membebani
anak-anak muda dengan tuntutan prestasi. Apa yang harus mereka kejar di usia
muda adalah perkembangan skill dan kematangan emosi dalam bermain. Jika sudah
demikian maka tim-tim di level junior dapat menjadi sumber produksi
pemain-pemain hebat untuk berkiprah maksimal bersama tim senior.
Jangan
lupa bahwa istilah populernya adalah pembinaan usia muda maka targetnya harus
pembinaan bukan menuntut prestasi. Generasi Egy dkk seharusnya lebih banyak
berkutat dalam pembinaan bukan pada prestasi. Perkenalkan mereka dengan
kurikulum sepakbola modern. Jika perlu datangkan pelatih berkualitas dari
negara sepakbola berprestasi. Pada saatnya nanti ketika berkiprah di tim senior
barulah tuntutan prestasi itu muncul. Agar adil maka sebelumnya PSSI wajib
memberikan pembinaan terbaik saat mereka
masih junior.
Tulisan ini juga dimuat di UC News We Media
Sumber foto : sidomi.com
Komentar
Posting Komentar