Prediksi 2015, Berbekal Soliditas dan Kedalaman Skuad, Real Madrid Juara La Liga
Menempatkan Real Madrid sebagai salahsatu kandidat juara La Liga Spanyol bukanlah hal yang baru.
Bahkan akan terasa janggal jika El Real tidak menjadi
favorit juara bersama rival abadinya Barcelona.
Namun tentu butuh keberanian dan analisa yang tajam untuk
memprediksikan bahwa Los Galacticos akan menjadi juara La Liga ditengah
kedahsyatan trio latin Barcelona yang diwakili penyerang terbaik dari tiga negara sepakbola paling berprestasi di benua
Amerika Latin dalam diri Lionel Messi (Argentina), Neymar (Brazil) dan Luis
Suarez (Uruguay).
Catat pula bahwa Barcelona bukan menjadi satu-satunya
competitor dalam perburuan gelar juara La Liga.
Adalah Atletico Madrid, sang juara bertahan yang
sejauh ini masih mampu menunjukkan bahwa gelar juara La Liga yang mereka raih
musim lalu bukanlah sebuah kebetulan.
Lalu, apa yang menjadi alasan kuat keberhasilan Real
Madrid menjadi juara sesuai prediksi ini?
Saya melihat kepada factor soliditas dan kedalaman
team akan memegang kunci dalam keberhasilan Real Madrid menjadi juara La Liga
musim ini.
Apakah factor soliditas dan kedalaman team ini tidak
terdapat di Barcelona dan Atletico Madrid?
Tentu saja dua hal ini terdapat pada kedua team itu.
Lihatlah bagaimana Barcelona menunjukkan soliditas
team saat isu ketidakharmonisan Luis Enrique dan Lionel Messi mencuat.
Bersama Neymar dan Suarez, Messi membentuk trio
penyerangan dahsyat dengan melesakkan 37 gol dari total 54 gol Barca sampai
pekan ke 20 alias lebih dari setengah gol Barca.
Barcelona juga menjadi tim dengan pertahanan
tertangguh sejauh ini dengan hanya kebobolan 9 gol. Lini belakang Barca
memberikan jawaban bahwa kepergian Carles Puyol dan Victor Valdes tidak
mengurangi kekokohan lini pertahanan mereka.
Soliditas sejauh ini teruji…..namun Barcelona punya
masalah dengan kedalaman skuad.
Ketajaman lini serang Barca menunjukkan bahwa Los
Blancos sangat bergantung pada trio penyerang mereka.
Khusus untuk Messi dan Neymar, keduanya bahkan
terlihat sangat dominan dalam urusan mencetak gol bagi Barca, saking
dominannya, kehadiran Luis Suarez seperti tidak “ngaruh”.
Kekalahan Barcelona di awal tahun dari Real Sociedad
memunculkan tesis bahwa ketidakhadiran Messi dan Neymar dalam starter awal
mempengaruhi hasil tim (dalam laga tersebut Messi dan Neymar tidak tampil
menjadi starter).
Dengan kondisi tersebut, kekuatan Barca jelas merujuk
pada kehebatan duo Messi dan Neymar (sambil menunggu Suarez kembali tajam
seperti di Liverpool).
Coba lihat, dalam deretan 12 pencetak gol terbanyak
sampai pekan ke 20 La Liga, Barcelona hanya memiliki Messi dan Neymar dalam
deretan 10 besar top skor dan sisanya terdapat nama Pedro dan Ivan Rakitic yang
masing-masing menyumbang 4 dan 3 gol.
Luis Suarez, sebagai bagian dari trio Amerika Latin
bahkan baru mencatatkan dua gol sejauh ini.
Kondisi ini memperlihatkan bahwa sejatinya Barcelona
boleh saja tajam di lini depan tetapi tidak memiliki kedalaman skuad sebagaimana
yang pernah mereka miliki di era Guardiola.
Coba cek lagi deretan penyerang yang dimiliki Barca
selain trio Messi, Neymar dan Suarez….hanya ada seorang Pedro.
Bagaimana jika Messi atau Neymar cedera dan
berhalangan untuk tampil?
Lini tengah mereka boleh saja sudah berhasil
mengatasi makin menuanya Xavi dengan kehadiran Ivan Rakitic namun tetap belum
bisa mengimbangi kedahsyatan duet Xaviesta saat Xavi masih berada di puncak
permainannya.
Kalaulah ada lini yang bisa dibanggakan maka itu
adalah lini belakang.
Sejauh ini Barca adalah team dengan lini pertahanan
terkuat dengan baru kemasukan 9 gol dalam 20 laga.
Suatu anomali karena selama ini kekuatan utama
Barcelona adalah pada lini penyerangan tajam dan lini tengah yang pandai
mengontrol permainan.
Dengan kondisi seperti ini maka rasanya sulit bagi
Barcelona meraih gelar juara.
Artinya Barcelona menyimpan bom waktu berupa kualitas
kedalaman skuad mereka.
Bagaimana dengan Atletico Madrid?
Soal soliditas team Atletico adalah jagonya.
Minim pemain dengan label bintang besar dan semangat
untuk menunjukkan eksistensi diri ditengah hegemoni Real Madrid dan Barcelona
adalah senjata motivasi yang ampuh untuk menjaga performa Atletico sejauh ini.
Kepergian Thibaut Courtouis dan Diego Costa sejauh
ini dapat ditutup dengan kehadiran Miguel Angel Moya dan Antoine Griezmann.
Khusus untuk Griezmann, ketajamannya sejauh ini
dengan melesakkan 10 gol menunjukkan bahwa dialah sosok penyerang yang pantas
menggantikan sosok Diego Costa. Sedikit ironi karena Mario Mandzukic yang
digadang-gadang sebagai pengganti Diego Costa sejauh ini baru mencetak 8 gol.
Soliditas team masih terjaga….apalagi Diego Simeone
memang dikenal pandai memotivasi pemain-pemainnya.
Keberhasilan Atletico menahan Real Madrid 2-2 di
Santiago Bernabeu dan menyingkirkan El Real dari ajang Copa Del Rey adalah
salah satu buah motivasi yang dilecutkan Simeone kepada Griezmann cs.
Tambahkan pula dengan “mulai tajamnya” Torres sejak
ditangani Simeone.
Di lini tengah, tidak banyak perubahan yang terjadi
sekaligus menjaga soliditas tetap terjaga……tetapi juga membeberkan kelemahan
Atletico dari sisi kedalaman skuad.
Komposisi skuad mereka tidak banyak mengalami
perubahan. Masih ada Arda Turan, Gabi dan Koke disana.
Minim pemain pelapis yang berkualitas dan inilah
titik lemah yang saya prediksikan menjadi salahsatu factor kegagalan Atletico
mempertahankan gelar La Liga mereka.
Bukankah “ketiadaan” Diego Costa yang hanya bermain
beberapa menit dalam final Liga Champions musim lalu berbuah kegagalan menjadi
juara Liga Champions?
Jangan lupakan bahwa Atletico Madrid seharusnya bisa
menjadi juara La Liga musim lalu lebih cepat jika mereka tidak terkendala
cedera beberapa pemain khususnya Diego Costa sehingga Barcelona berhasil
memaksakan laga penentuan di akhir musim.
Soliditas boleh jadi tidak menjadi kendala bagi
Barcelona dan Atletico Madrid, tetapi kedalaman skuad tampaknya mutlak menjadi
keunggulan dari El Real.
Mari kita membuka kembali catatan saat Los Galacticos
mencetak rentetan 22 kemenangan beruntun sebelum catatan fantastis itu berakhir
pada awal tahun 2015 di kandang Valencia.
Dalam rentetan 22 kemenangan beruntun itu, Real
Madrid meraihnya dengan catatan skuad yang tidak selalu lengkap.
El Real sempat tidak memiliki Luka Modric, Gareth
Bale dan James Rodrigues dalam skuad mereka namun kondisi tersebut tidak
mengurangi kualitas kehebatan sang juara Liga Champions tersebut.
Kekalahan di awal tahun dari Valencia dan disusul
tersingkirnya Iker Casillas cs dari ajang Copa Del Rey bolehlah diasumsikan
karena Real Madrid “sempat kehilangan konsentrasi”.
Perhatikan sekarang saat dua hasil memalukan tersebut
“mengembalikan konsentrasi” skuad ibukota untuk bertarung kembali memperebutkan
gelar yang tersisa.
Ini seperti menapaktilas catatan 22 kemenangan
beruntun mereka yang diawali kekalahan dari Atletico Madrid.
Boleh jadi kekalahan dari Valencia dan tersingkirnya
El Real dari Copa Del Rey mendatangkan berkah tersembunyi berupa focus total ke
upaya mempertahankan gelar Liga Champions dan merebut gelar La Liga dari seteru
ibukota mereka, Atletico Madrid.
Dengan kekuatan skuad yang dalam, Real Madrid adalah
kandidat kuat untuk meraih gelar juara.
Lini depan yang tajam dihuni trio Eropa dalam diri
CR7, Benzema dan Gareth Bale serta pelapis sepadan dalam diri Jesse Rodriguez dan Chicharito.
Catatan gol trio Eropa ini bahkan lebih baik dari
catatan trio Amerika Latin di Barcelona.
Bagaimana dengan lini tengah mereka?
Ancelotti pasti sangat mensyukuri komposisi Kroos,
Modric, James Rodriguez, Isco dan Khedira dalam team asuhannya.
Tambahkan pula talenta muda yang menjanjikan pada
Alvaro Medran, Lucas Silva dan Assier Illaramendi.
Soal soliditas?
Lihat bagaimana isu ketidakharmonisan CR7 dan Gareth
Bale bisa diselesaikan secara baik-baik tanpa memperluas isu yang ada.
Termasuk bagaimana team ibukota ini “tidak panik”
saat catatan 22 kemenangan beruntun mereka terpatahkan dan disusul dengan
kegagalan di ajang Copa Del Rey.
Perlahan tapi pasti Los Galacticos kembali ke trek
kemenangan dan terus bertahan dipuncak klasemen.
Jangan heran kalau Iker cs betah berada diposisi itu
sampai akhir musim nanti dan mengangkat trofi juara La Liga.