Prediksi Final Liga Champions 2015, Allegri dan Karakter Juventus Jadi Kunci Juara Si Nyonya Tua
Laga final Liga Champions musim 2014/2015 yang akan berlangsung di Berlin pada 6 Juni 2015 atau 7 Juni 2015 dinihari waktu Indonesia merupakan pertarungan dua “kubu sepakbola” yang memiliki pendukungnya masing-masing, saling berseberangan dan dalam satu dekade terakhir saling mencuri panggung kesuksesan dalam sejarah sepakbola.
Dua kubu tersebut adalah kubu sepakbola menyerang dan sepakbolabertahan.
Tidak sulit untuk menunjuk bahwa sepakbola menyerang dalam
final nanti diwakili oleh Barcelona yang mengusung permainan tiki taka ala Enrique
yang konon berevolusi lebih fleksibel dan mematikan dengan senjata utama berupa trio
penyerang Latin tertajam saat ini, Messi Neymar dan Suarez.
Dikatakan lebih fleksibel karena
Barcelona kini tidak hanya mengedepankan permainan umpan satu dua khas tiki taka
Guardiola yang sangatfenomenal.
Dibawah polesan
Enrique, tiki taka kini tidak “mengharamkan”
umpan lambung atau umpan jauh langsung kelini pertahanan lawan, sesuatu yang
bisa jadi sangat jarang terlihat di era tiki taka Guardiola.
Barcelona era
Enrique bahkan tidak malu untuk memenangkan pertandingan dengan mencetak gol hasil dari serangan balik.
Hasilnya sejauh ini sangat memuaskan…..tiki
taka Guardiola yang diperagakan Muenchen bahkan ditaklukkan dalam fase semifinal
Liga Champions.
Dua gelar domestik
La Liga dan Copa Del Rey sudah berhasil diraih, trio lini penyerangan Barca sudah mencetak
total 120 gol musim ini dan kini sedang menuju puncak prestasi dengan merebut trofi Liga
Champions yang akan berbuah predikat treble winner.
Di ajang Liga
Champions sendiri, trio penyerang ini mencetak 25 dari total 28 gol yang
dihasilkan Barcelona….wow...sungguh tidak terbantahkan bahwa trio
ini adalah kepingan paling penting dalam skema tiki taka ala Enrique.
Singkat kata,
dengan performa tiki taka ala Enrique yang semakin “panas” plus keberadaan trio
Messi Neymar Suarez yang semakin menakutkan, Barcelona sangat diunggulkan untuk menjadi juara Liga
Champions 2015.
Lalu bagaimana peluang pengusung sepakbola bertahan sekaligus
raja sepakbola Italia selama empat musim beruntun Juventus?
Setali tiga uang dengan fleksibilitas gaya permainan tiki
taka yang dipoles “berbeda” di tangan Enrique, Allegri pun
memasukkan fleksibilitas dalam pola permainan yang dimainkan Juventus selama hampir semusim dirinya memegang
Si NyonyaTua.
Datang sebagai pelatih
yang “tidak diharapkan” Juventini, nama Allegri
saat ini bisa jadi lebih populer daripada pelatih sebelumnya Antonio Conte yang
berjasa membawa Juventus hattrick juara Liga Italia tetapi selalu gagal berprestasi
di kompetisiEropa.
Sebagai pencinta pola permainan
yang mengusung 4 pemain bertahan, Allegri tidak alergi untuk tetap menggunakan pola
3-5-2 peninggalan Conte.
Fleksibilitas ini lantas menuai pujian.
Setiap lawan
Juventus dipaksa untuk menebak pola apa yang akan digunakan oleh Allegri
dalam setiap pertandingan.
Bahkan seorang
Patrice Evra pun dibuat penasaran akan pola yang akan digunakan Allegri saat final
nanti “mari kita nantikan seperti apa pola yang akan digunakannya”
demikian komentar Evra terkait kebiasaan Allegri menurunkan pola berbeda.
Dengan memainkan sejumlah pola permainan dari
4-3-1-2 sampai 3-5-2, satu benang merah yang tidak bisa lepas dari Juventus
saat ini adalah mereka merupakan tim dengan lini pertahanan terkuat sekaligus tim dengan lini penyerangan tertajam
di Italia.
Allegri
menjadikan Juventus
tim dengan pertahanan kokoh tanpa harus dicerca penggemar sepakbola.
Hal
inisangat berbeda ketika Inter Milan meraih treble dengan iringan cibiran karena pola
ultra defensive Jose Mourinho.
Dalam pertahanan kokoh
ala Inter nya Jose Mourinho, bukan pemandangan aneh melihat penyerang tajam sekelas
Samuel Etoo terkadang menjadi seorang bek sayap di tengah pertandingan.
Jangan harapkan
di Juventus nya Allegri seorang Carlos Tevez mendadak jadi bek tengah.
Allegri
membangun pertahanan tangguh lewat trio Buffon
Bonucci Chiellini tanpa mematikan kreativitas lini tengah yang dihuni Pirlo, Vidal,
Marchisio dan Pogba dalam menyokong Tevez dan Morata.
Sempurna.
Juventus
menjadi juara di liga dari sebuah negara yang terkenal dengan sepakbola Cattenacionya dan mengusung
label sebagai tim dengan pertahanan terkuat plus menjadi tim yang paling
banyak mencetak gol.
Juventus
adalah gambaran ideal sebuah tim sepakbola….kuat dalam menyerang dan kokoh dalam bertahan.
Di ajang Liga
Champions sendiri Juventus adalah tim dengan pertahanan paling
sedikit kebobolan dari keempat semifinalis yang berisikan Real Madrid, Bayer
Muenchen, Barcelona dan Juventus sendiri.
Jadi sah rasanya jika kita memandang
final Liga Champions di Berlin nanti adalah pertarungan sepakbola menyerang dan sepakbola bertahan.
Jika Barcelona
memilki Enrique yang memoles tiki taka menjadi lebih variatif maka Juventus
memiliki Allegri yang menawarkan fleksibilitas dalam permainan Juventus
dan berujung pada pertahanan kokoh tanpa meninggalkan ketajaman lini penyerangan.
Siapa yang
akan menang dan meraih treble? Saya memilih JUVENTUS.
Alasannya?
Yang
pertama dan utama adalah keberadaan sosok Allegri.
Allegri
adalah alasan utama Juventus saat ini berpeluang menjadi tim kedua Italia yang meraih
treble.
Dengan materi pemain
yang tidak berubah banyak alias sebagian besar dihuni oleh skuad Conte, Allegri
mampumelangkah lebih jauh daripada Conte di Liga Champions.
Dari
sini saja sudah terlihat kapabilitas Allegri untuk menangani tim bermaterikan bagus seperti
Juventus.
Allegri
juga mempunyai pengalaman pernah membawa tim asuhannya menaklukkan dua raksasa sepakbola Spanyol.
Saat menukangi
AC Milan, Allegri pernahmembawa I Rossoneri menaklukkan Barcelona 2-0 dalam leg
pertama 16 besar Liga Champions musim 2012/2013 (meski kemudian pada pertemuan leg
kedua di Camp Nou gantian AC Milan takluk).
Yang
teranyar adalah saat Allegri bersama Juventus menaklukkan Real Madrid 2-1 dalam
leg pertama semifinal Liga Champions musim ini.
Artinya
Allegri punya potensi untuk mengulangi hal serupa saat meladeni tiki taka Barcelona di
final nanti.
Jika Allegri
punya memori bagus menaklukkan klub raksasa Spanyol, tidak demikian dengan Enrique.
Sempat menangani
AS Roma pada musim 2011/2012, Enrique terbilang gagal menaklukkan sepakbola Italia
dengan hanya mampu membawa AS Roma finish di peringkat 7
dan gagal lolos ke kompetisi Eropa.
Di
musim tersebut, Allegri bersama AC Milan dua kali mengalahkan AS Roma yang
ditangani Enrique dengan skor 3-2 dan 2-1.
Artinya dari sisi sejarah pertemuan keduanya,
racikan strategi Allegri terbukti masih lebih jitu ketimbang Enrique.
Alasan kedua adalah karakter
Juventus sebagai tim yang mengusung pertahanan kokoh.
Dalam 10
tahun terakhir, perdebatan antara sepakbola menyerang dan sepakbola bertahan mengemuka.
Sepakbola bertahan dianggap membosankan dan mematikan permainan sepakbola itu sendiri.
Namun pendukung sepakbola bertahan berdalih bahwa pada akhirnya dalam sebuah pertandingan,
skor akhir yang menjadi tujuan sebuah pertandingan.
Lalu apa hubungannya dengan alasan
Juventus akan menjadi juara Liga Champions nanti?
Coba cermati tiga laga
final Liga Champions dalam 10 tahun terakhir yang dimenangi Barcelona.
Pada 2006
Barcelona menaklukkan Arsenal, 2009 dan 2011 Barca menaklukkan Manchester
United.
Apa kesamaan dari ketiga
final yang berhasil dimenangi Barcelona itu?
Yak....Barcelona
mengalahkan tim yang memiliki identitas sama yaitu memainkan sepakbola menyerang.
Perhatikan saat
Barcelona disingkirkan Inter Milan pada semifinal Liga Champions 2010
dan saat ditaklukkan Chelsea juga di semifinal Liga Champions
2012…..kedua tim itu mengusung pertahanan kokoh beraromakan Italia.
Jose
Mourinho bersama klub Italia dan Chelsea bersama pelatih dari Italia, Roberto Di
Matteo.
Bukan suatu kebetulan
pula jika Inter Milan dan Chelsea
menjadi juara dengan menaklukkan tim dengan karakter permainan menyerang seperti Bayer
Muenchen di final.
Singkat kata,
karakter klub seperti Juventus yang mempunyai pertahanan kuat adalah tipikal klub yang
sulit ditaklukkan Barcelona….Real Sociedad sudah membuktikannya saat menaklukkan
Barcelona di awal tahun 2015.
Tambahkan
pula catatan bahwa Juventus
tidak hanya fasih bertahan tetapi juga fasih menyerang….Real Madrid
merasakan sendiri sulitnya membongkar pertahanan Juventus dan bagaimana Juventus
sanggup mengejar ketertinggalan gol saat berlaga di kandang Real Madrid.
Faktor
Allegri dan karakter Juventus sebagai sebuah tim menjadi kunci Si NyonyaTua mengangkat trofi juara Liga
Champions di Berlin.
Dua alasan
yang saling melengkapi untuk mengantarkan Juventus meraih predikat treble winner.
Buffon dan
Pirlo akan merasakan kembali indahnya menjadi juara di kota Berlin,
persis saat keduanya menjadi juara PialaDunia 2006.
Komentar
Posting Komentar