Jangan Terburu-Buru Menjagokan Leicester City Juara Liga Inggris
Apakah masih ada yang meragukan kepantasan Leicester
City untuk menjuarai Liga Inggris musim ini?
Jamie Vardy dkk secara meyakinkan melewati dua laga
berat secara beruntun.
Liverpool dan Machester City adalah dua klub elit
yang dihadapi Leicester pada awal Februari.
Pertemuan terakhir Leicester dengan dua klub ini pun
terbilang ketat bahkan berakhir dengan tidak mengenakkan bagi anak asuh Claudio
Ranieri tersebut.
Liverpool adalah satu dari dua klub yang sejauh ini mampu
mengalahkan Leicester selain Arsenal di musim ini.
Bertandang ke Anfield pada 26 Desember 2015 dalam
laga boxing day, Leicester takluk 0-1.
Pun demikian halnya dengan Machester City.
Salahsatu kandidat juara ini tidak mampu dikalahkan
Leicester pada laga akhir tahun 30 Desember 2015 meski laga dilangsungkan di kandang The Foxes.
Dua hasil tidak meyakinkan melawan Liverpool dan City
pada periode padat pergantian tahun lalu menjadi alasan Leicester digeser
Arsenal dari posisi puncak klasemen dan gagal menjadi juara paruh musim.
Nah, dengan kondisi pertemuan terakhir seperti itu,
wajar jika kemudian laga melawan Liverpool dan City pada awal Februari ini menjadi
sangat krusial bagi Leicester.
Fakta kemudian tersaji ketika Jamie Vardy dkk melalui
dua laga berat itu dengan sukses.
Diawali pada 2 Februari 2016 saat Liverpool yang
bertandang ke kandang Leicester ditaklukkan dengan skor telak 2-0.
Pelatih timnas Inggris, Roy Hodgson menyaksikan
langsung ketajaman Jamie Vardy mencetak dua gol kemenangan.
Salahsatu golnya bahkan bisa dikategorikan sebagai
gol terbaik Liga Inggris musim ini.
Sebuah gol spektakuler saat Vardy menerima umpan
panjang dari belakang dan tanpa membiarkan bola menyentuh tanah langsung
dihajar dengan sepakan keras dari luar kotak penalti yang membuat bola melengkung indah masuk ke gawang Simon
Mignolet.
Saking spektakulernya, Juergen Klopp bahkan mengakui
dirinya hampir saja ikut merayakan gol tersebut.
Lepas dari Liverpool, The Foxes langsung dihadapkan
dengan laga berat lainnya melawan Manchester City pada 6 Februari 2016 atau
hanya berselang empat hari.
Makin berat karena laga dilangsungkan di Etihad
Stadium kandang City.
Alih-alih mendapatkan hasil tidak maksimal, Leicester
bahkan dianggap mengirim sinyal kuat kepantasan mereka menjadi juara usai menaklukkan
Sergio Aguero dkk dengan skor telak 3-1.
Mengalahkan tim sekuat Manchester City di kandangnya
dalam sebuah laga yang sarat tekanan karena status keduanya sebagai penghuni
papan atas klasemen tentu menjadi catatan khusus bagi Leicester.
Leicester kini nyaman berada di puncak klasemen
dengan poin 53 dan berselisih 5 angka dari Spurs dan Arsenal di posisi dua dan
tiga.
Dengan Liga Inggris sudah masuk ke bulan Februari,
pekan-pekan terakhir di liga sepakbola paling popular ini sudah didepan mata.
Apakah Jamie Vardy dkk mampu mengulangi sensasi yang
ditorehkan Blackburn Rovers saat menjuarai Liga Inggris musim 1994/1995?
Kemenangan meyakinkan Leicester atas Liverpool dan
Manchester City dalam dua laga krusial beruntun dianggap semakin menguatkan
sinyal kepantasan Leicester menjadi juara Liga Inggris musim ini.
Tetapi benarkah dua kemenangan special itu menjadi
garansi Leicester ke tangga juara?
Mengalahkan Liverpool saat ini sesungguhnya bukan
lagi sesuatu yang istimewa.
Penampilan The Reds bersama Juergen Klopp bisa
dikatakan belum meyakinkan.
Meski berhasil melaju ke final Piala Liga Inggris
usai bersusah payah menempuh babak adu penalty saat menyingkirkan Stoke City,
Liverpool bersama Klopp tidak terlalu menggembirakan jika berlaga di Liga
Inggris.
Setelah ditahan tim calon degradasi Sunderland 2-2
pada 6 Februari 2016, praktis Liverpool baru sekali merasakan kemenangan dalam
6 laga terakhirnya di Liga Inggris.
Terasa menyepelekan kemenangan Leicester atas
Liverpool?
Tidak juga.
Tetapi jika Sunderland saja mampu menahan Liverpool
di Anfield, tentu bukan hal yang mengejutkan jika Leicester City mampu
menaklukkan The Reds dihadapan fans The Foxes.
Jangan lupakan pula bagaimana klub petarung degradasi
lain seperti Newcastle United mampu mengalahkan Liverpool 2-0.
Bahkan sebelumnya klub sekelas Watford bisa-bisanya menang
telak 3-0 atas Liverpool.
Jadi rasanya terlalu dini mengkaitkan kemenangan
Leicester atas Liverpool sebagai dasar kepantasan mereka sebagai kandidat
terdepan juara Liga Inggris musim ini.
Lalu bagaimana dengan kemenangan meyakinkan 3-1 atas
Manchester City di Etihad Stadium?
Simak komentar Pellegrini usai City dihajar Leicester
dihadapan pendukung The Citizen.
“ akan mudah untuk mengatakan Ya (penunjukan Pep
mempengaruhi pemain) tetapi itu tidaklah benar”
Pellegrini menolak bahwa penunjukan Pep Guardiola
mempengaruhi performa pemain.
Faktanya pada laga pertama usai penunjukkan Pep
Guardiola, Manchester City takluk dikandang sendiri dalam laga krusial melawan
Leicester City.
City yang sudah berada di final Piala Liga Inggris,
masih bertarung untuk titel juara Liga Inggris, masih bertahan di FA Cup dan
sudah masuk ke fase gugur Liga Champions sepertinya tidak tahu bagaimana
menjaga motivasi pemain yang tengah berjuang.
Pengumuman penunjukan Pep Guardiola sebagai pengganti
Pellegrini musim depan disampaikan hanya beberapa hari jelang laga melawan
krusial melawan Leicester City.
Tidak heran jika kekalahan telak dikandang sendiri dari
Leicester dipandang sebagai akibat pengumuman penunjukan Pep sebagai pengganti
Pellegrini.
Bisakah anda membayangkan perasaan Yaya Toure yang
selama ditangani Pellegrini menjadi andalan di lini tengah akan bertemu kembali
dengan Pep Guardiola sosok yang membuangnya dari Barcelona?
Ya, Pep Guardiola dulu lebih memilih Sergio Busquet
ketimbang Yaya Toure.
Wajar jika jenderal lapangan tengah City itu
memikirkan opsi yang tersedia baginya jika Pep mulai melatih City musim depan.
Singkat kata, penunjukan Pep sudah mempengaruhi
performa salahsatu dinamo lini tengah City yang kerap tampil sebagai pemain
kunci.
Arsene Wenger sendiri mengiyakan kemungkinan
penunjukan Pep mempengaruhi performa pemain-pemain City.
“Yang pasti, efeknya tidak akan netral”
Jadi, kemenangan krusial Leicester atas Manchester
City di Etihad Stadium bisa saja dikaitkan sebagai sinyal kuat kepantasan Jamie
Vardy dkk sebagai juara Liga Inggris musim ini.
Tetapi sesungguhnya ada sinyal lain yang lebih kuat yaitu
sinyal bahwa penunjukan Pep berpotensi mempengaruhi perfoma pemain-pemain City.
Leicester City mungkin saja mendapati hasil yang
berbeda jika laga melawan City di Etihad Stadium tidak diiringi berita
penunjukan Pep sebagai pengganti Pellegrini.
Dalam laga yang dimenangi Leicester itu pun, City
sesungguhnya mendominasi permainan dengan penguasaan bola sebesar 66 persen.
Tembakan yang dihasilkan anak asuh Pellegrini bahkan
lebih banyak daripada anak asuh Ranieri.
Keunggulan statistik ini tampaknya menjadi tidak
berarti kala persoalan non teknis seputar pergantian pelatih musim depan berada
di pikiran pemain-pemain City.
Well, Leicester
saat ini memang menduduki puncak klasemen dengan keungggulan 5 poin dan Liga
Inggris sebentar lagi memasuki pekan-pekan terakhir.
Tetapi segala sesuatu masih sangat mungkin terjadi.
Jangan lupakan bahwa sejak Manchester City merebut titel
juara Liga Inggris musim 2011/2012 secara dramatis bersama Roberto Mancini, liga
sepakbola paling popular ini kerap dimenangkan secara dramatis dan mengejutkan.
Kejadian Steven Gerrard terpeleset saat Liverpool
ditaklukkan Chelsea dan kemudian disalip Manchester City dipekan-pekan terakhir
musim 2013/2014 tentu masih hangat dalam ingatan kita bukan?
Tulisan ini juga dimuat di situs topskor.co.id (Harian Olahraga TopSkor) pada Selasa 9 Februari 2016.
Tulisan ini juga dimuat di situs topskor.co.id (Harian Olahraga TopSkor) pada Selasa 9 Februari 2016.
Komentar
Posting Komentar