Konsistensi Dan Pertahanan Tangguh Jadi Kunci Scudetto Juventus

Hasil gambar untuk juventus scudetto 2016
Liga Italia gagal memunculkan juara baru dalam lima musim terakhir.
Ya, kepastian itu diperoleh usai Juventus merengkuh gelar Scudetto kelima secara beruntun.
Kekalahan 0-1 Napoli atas AS Roma memastikan tim asuhan Massimiliano Allegri tidak terkejar lagi di puncak klasemen dengan keunggulan 12 poin dan tersisa tiga laga.
Sisa tiga laga untuk menuntaskan Scudetto juga menjadi gambaran bahwa Serie A Italia musim ini berjalan sengit dan ketat.
Juventus mendapati upaya mereka mengejar raihan lima Scudetto beruntun tidaklah mudah.
Juventus bahkan harus menunggu jelang akhir tahun 2015 untuk bisa merasakan berada di papan atas klasemen.
Performa buruk anak asuh Allegri di awal musim yang hanya mampu meraih 3 kemenangan dalam 10 laga awal sempat memunculkan prediksi bahwa musim inilah saatnya pemegang trofi Scudetto beralih tangan.
Dalam 10 laga awal itu Juventus bahkan sudah kalah empat kali dan berada di posisi 12 klasemen.
Juventus perlahan-lahan mulai hilang dari pembicaraan calon juara Liga Italia.
Adalah Inter Milan yang justru tampil efektif sekaligus sangat menjanjikan untuk tampil sebagai pemegang trofi Scudetto yang baru.
Sampai jelang paruh musim, tim asuhan Roberto Mancini sudah meraih 12 kemenangan dalam 18 laga.
Dahsyatnya, Mauro Icardi dkk mencatatkan 9 kemenangan dengan skor tipis 1-0.
Inter Milan seperti tahu cara terbaik untuk meraih poin penuh dalam setiap laga.
Titik balik perebutan Scudetto terjadi saat pergantian tahun.
Inter Milan mendadak sulit mendapatkan poin penuh disaat Juventus semakin menemukan konsistensi.
Dalam 10 laga awal di tahun 2016, Inter Milan hanya mampu menang 3 kali dan sisanya kalah 4 kali dan imbang 3 kali.
Inter terjun bebas sementara Juventus terus merangkak naik.
Bayangkan, sejak akhir Oktober 2015 Juventus tidak terkalahkan dalam 25 laga dengan 24 laga sukses dimenangkan Buffon dkk.
Konsistensi inilah yang menjadi kunci kesuksesan Juventus mengunci Scudetto untuk kelimakalinya.
“Juventus meraih serentetan hasil bagus tanpa kehilangan poin untuk waktu yang lama” Legenda Napoli, Diego Maradona mengamini konsistensi Juventus sebagai kunci Scudetto musim ini.
Napoli sendiri yang tadinya terus menempel Juventus tidak mampu meniru konsistensi ala Si Nyonya Tua.

Napoli sesungguhnya punya modal bagus untuk terus berburu Scudetto dengan Juventus sampai laga terakhir musim ini.
Napoli memiliki ketajaman lini depan yang lebih baik daripada Juventus.
Sampai pekan ke 35 Napoli menjadi tim tertajam kedua dengan 72 gol dan hanya kalah dari AS Roma yang sudah mencetak 74 gol.
Soal lini serang tajam ini pula yang menjadi salahsatu kunci keberadaan Napoli di papan atas klasemen.
Penyerang Napoli, Gonzalo Higuain menjadi kandidat utama top skor Serie A musim ini setelah catatan golnya sudah menyentuh angka 30 gol sampai pekan ke 35.
Bandingkan dengan catatan gol dua pemain tertajam Juventus, Paulo Dybala  dengan 16 gol dan Mario Mandzukic dengan 10 gol yang artinya kontribusi gol dua penyerang ini bahkan tidak lebih banyak daripada gol seorang Higuain.
  Hasil gambar untuk juventus paulo dybala
Namun faktanya keunggulan pada lini penyerangan itu tidak banyak membantu Napoli untuk mengejar dan menyalip Juventus dalam perebutan Scudetto.
Napoli boleh sangat tajam di depan namun Serie A adalah soal pertahanan.
Siapa yang memiliki pertahanan terbaik punya peluang lebih besar untuk meraih Scudetto.
Juventus sudah menunjukkannya selama lima musim beruntun.
Perhatikan 3 besar klasemen akhir Liga Italia di empat musim terakhir berikut ini :

Musim 2011/2012
Posisi 1, Juventus, mencetak 68 gol dan kebobolan 20 gol
Posisi 2, AC Milan, mencetak 74 gol dan kebobolan 33 gol
Posisi 3, Udinese, mencetak 52 dan kebobolan 35 gol
Kesimpulan : Tim juara adalah tim yang kebobolan paling sedikit.

Musim 2012/2013
Posisi 1, Juventus, mencetak 71 gol dan kebobolan 24 gol
Posisi 2, Napoli, mencetak 73 gol dan kebobolan 36 gol
Posisi 3, AC Milan, mencetak 67 dan kebobolan 39 gol
Kesimpulan : Tim juara adalah tim yang kebobolan paling sedikit.

Musim 2013/2014
Posisi 1, Juventus, mencetak 80 gol dan kebobolan 23 gol
Posisi 2, AS Roma, mencetak 72 gol dan kebobolan 25 gol
Posisi 3, Napoli, mencetak 77 dan kebobolan 39 gol
Kesimpulan : Tim juara adalah tim yang mencetak gol paling banyak dan kebobolan paling sedikit.

Musim 2014/2015
Posisi 1, Juventus, mencetak 72 gol dan kebobolan 24 gol
Posisi 2, AS Roma, mencetak 54 gol dan kebobolan 31 gol
Posisi 3, Napoli, mencetak 71 dan kebobolan 38 gol
Kesimpulan : Tim juara adalah tim yang mencetak gol paling banyak dan kebobolan paling sedikit.

Ketemu benang merahnya?
Ya, sejak Juventus menguasai Liga Italia dalam empat musim beruntun, tim juara selalu bertatus sebagai tim dengan pertahanan terkuat.
Pada musim 2011/2012 dan 2012/2013, tim dengan lini penyerangan tajam seperti AC Milan dan Napoli tidak menjamin gelar Scudetto selama tidak memiliki pertahanan yang tangguh.
Sebagai negara yang terkenal dengan strategi pertahanan Cattenaccionya, rumus pertahanan yang tangguh sepertinya masih menjadi rumus gelar Scudetto.
Dan rumus itu kembali dibuktikan Juventus musim ini.
Hasil gambar untuk juventus buffon
Meski bukan tim tertajam sampai pekan ke 35 (Juventus baru mencetak 67 gol berbanding 72 gol Napoli dan 74 gol AS Roma), Si Nyonya Tua adalah tim dengan pertahanan terkuat di Liga Italia musim ini.
Juventus baru kebobolan 18 gol sampai pekan ke 35.
Bandingkan dengan Napoli yang sudah kebobolan 30 gol sampai pekan yang sama.
Lini pertahanan yang kokoh masih menjadi rumus Scudetto….setidaknya untuk Juventus.

Cito Ferrara, mantan bek timnas Italia yang pernah memperkuat Napoli dan Juventus menggambarkan kekuatan kedua team saat diwawancarai La Gazetta dello Sport.
“Napoli memilki serangan yang sangat menakutkan. Mereka sangat ofensif” demikian gambaran Ferrara terhadap Napoli.
“Juventus punya mental juara” Ferrara mendeskripsikan Juventus.
“Pemain terbaik kedua musim ini adalah Buffon, yang pertama ada Higuain” Ferrara membandingkan dua pemain kunci dalam kedua team.
Dua perbandingan Ferrara secara jelas menyiratkan kekuatan Napoli adalah pada ketajaman lini serang sedangkan kekuatan Juventus terletak pada mental juara dan pertahanan tangguh.
Well, pada akhirnya Buffon sebagai representasi mental juara dan pertahanan tangguh Juventus melakukan penyelamatan penalty krusial saat Juventus menundukkan Fiorentina.
Di laga krusial lain, Higuain sebagai representasi ketajaman lini serang Napoli tidak mampu berbuat banyak saat Napoli dikalahkan AS Roma.
Pertahanan terbaik masih menjadi kunci sukses Juventus memenangkan Scudetto.
Selamat Juventini.

Komentar