Keterlaluan Jika Argentina Gagal Juara Copa America 2016
Apa kabar Copa America Centenario?
Perhelatan sepakbola terbesar di benua Amerika itu bersaing dengan Piala Eropa Prancis dalam memperebutkan perhatian penggemar sepakbola dunia.
Jika Piala Eropa masih berada pada fase grup maka Copa
America sudah memasuki babak-babak menegangkan karena telah berada pada fase
gugur perempat final.
Menariknya, jika melihat komposisi negara di fase perempat
final yang berisikan Amerika Serikat, Ekuador, Argentina, Venezuela, Peru,
Kolombia, Meksiko dan Cile, jelaslah bahwa turnamen ini sudah memakan korban
dua raksasa sepakbola Brazil dan Uruguay.
Tersingkirnya Brazil dari grup yang meloloskan Peru
dan Ekuador terbilang mengejutkan.
Lupakan gol kontroversial yang menyingkirkan Brazil
karena meski tidak diperkuat mega bintang mereka Neymar, tim ini masih punya
sejumlah pemain bintang yang membuat Brazil sangat pantas untuk mentas di fase
gugur.
Tim Samba masih memiliki Roberto Firmino, Willian,
Casemiro dan Coutinho yang secara kualitas tidak kalah dengan pemain-pemain
bintang dari negara yang bakal beraksi di perempat final.
Pun dengan kegagalan Uruguay melaju ke perempat
final.
Juara Copa America 2011 ini bahkan bermaterikan Luis
Suarez dan Edinson Cavani, dua bomber top di kompetisi Eropa.
Alhasil “kehilangan” Uruguay di fase gugur selain
mengejutkan juga sedikit mengurangi gengsi turnamen namun pada sisi lain
menunjukkan betapa ketat turnamen yang berlangsung di Amerika Serikat itu.
Ketatnya Copa America makin tak terbantahkan jika
menambah runner up Copa America 2011 Paraguay dan perempat finalis Piala Dunia
2014 Kosta Rika yang ikut-ikutan tersingkir di fase grup.
Praktis, tinggal tersisa beberapa “negara kuat” saja
saat turnamen memasuki fase perempat final.
Amerika Serikat dan Meksiko jelas termasuk dalam
kategori negara kuat tersebut.
Keduanya adalah penguasa konfederasi CONCACAF jika
melihat pemenang Piala Emas (turnamen yang mempertemukan negara-negara di
konfederasi tersebut).
Sejak 2002, hanya Amerika Serikat dan Meksiko yang
mengisi daftar juara Piala Emas.
Keberadaan kedua negara tersebut jadi tantangan
tersendiri bagi wakil-wakil CONMEBOL yang menyisakan Ekuador, Venezuela, Peru,
Kolombia, Cile dan Argentina, meski sebenarnya jika mau objektif hanya Kolombia,
Cile dan Argentina yang bisa diharapkan mencegah Amerika Serikat dan Meksiko
mengangkat trofi juara pada turnamen yang sejatinya menjadi agenda turnamen CONMEBOL
itu.
Jika kita kerucutkan lagi diantara Kolombia, Cile dan
Argentina, tidak butuh kecerdasan tingkat tinggi untuk menyimpulkan bahwa
Argentina mempunyai peluang terbesar untuk menjadi juara.
Yah, keterlaluan jika kali ini Argentina gagal
menjuarai Copa America.
Ketiadaan Brazil dan Uruguay di fase gugur meningkatkan
peluang Argentina untuk memenangkan trofi juara internasional mereka yang
pertama sejak 1993.
Sejak tahun 2004 atau tahun debut Lionel Messi di
timnas Argentina, adalah Brazil dan Uruguay yang beberapa kali mengganjal
ambisi Messi memenangkan trofi juara bersama timnas senior Argentina.
Brazil memulainya pada Copa America 2004 saat tim
Samba mengalahkan Argentina pada partai final lewat drama adu penalty.
Tiga tahun kemudian pada Copa America 2007, Brazil
lagi-lagi menjadi ganjalan Argentina setelah menaklukkan Argentina 3-0 di
partai puncak.
Dua gelaran beruntun dipaksa menjadi runner up oleh
Brazil, pada Copa America 2011 di kandang sendiri, gantian Uruguay menjadi
ganjalan Messi dkk.
Dihadapan pendukungnya sendiri, Argentina
disingkirkan Diego Forlan dkk pada fase perempat final lewat drama adu penalty.
Jadi wajar kiranya jika kini Argentina jadi negara
yang paling tertawa lepas dengan tersingkirnya Brazil dan Uruguay di fase grup.
Dua negara yang kerap jadi batu sandungan sudah
keluar dari turnamen.
Lho, bukannya masih ada Cile yang mengalahkan
Argentina di final Copa America tahun lalu?
Benar, Alexis Sanchez dkk memang mengandaskan
Argentina di final Copa America tahun lalu.
Tetapi jangan lupakan bahwa factor tuan rumah yang
dimiliki Cile dan fakta bahwa final itu dimenangkan lewat drama adu penalty
mengurangi keabsahan Cile sebagai tim yang lebih baik daripada Argentina.
Faktor tuan rumah dan kemenangan adu penalty itu yang
membuat level Cile sebagai calon batu sandungan bagi Messi dkk tidak sebesar
potensi kegagalan yang mungkin ditimbulkan duo Brazil Uruguay.
Pertemuan terakhir Argentina dan Cile di fase grup Copa
America terkini yang dimenangkan Argentina 2-1 sudah cukup menggambarkan
kekuatan Messi dkk memang lebih baik daripada juara bertahan Copa America itu.
Lalu bagaimana dengan Kolombia?
Well, sulit untuk menampik bahwa sejak tampil
mengesankan pada Piala Dunia 2014 dengan berhasil melaju sampai perempat final,
anak asuh Jose Pekerman cenderung stagnan alias tidak berkembang.
Pada gelaran Copa America 2015 setahun setelah Piala
Dunia 2014, Kolombia gagal meneruskan performa positif mereka dan mentok di
fase perempat final.
Tahukah anda siapa tim yang mengandaskan mereka di
perempat final? Argentina.
Yah, Argentina sendiri punya rekor bagus jika bertemu
Kolombia di Copa America.
Dalam 13 kali duel, Argentina memenangkan 7 laga dan
hanya 4 laga berakhir imbang.
Rekor ini sudah cukup memperlihatkan bahwa Kolombia
kecil kemungkinan jadi batu sandungan bagi Argentina.
Lalu bagaimana dengan potensi sandungan yang datang
dari Amerika Serikat dan Meksiko?
Jika dibandingkan prestasi kedua negara tamu ini
dalam gelaran Copa America, Meksiko sesungguhnya yang berpotensi paling besar
menghadirkan kejutan.
Meski berstatus undangan, Meksiko kerap mampu menembus
sampai babak semifinal walau pada akhirnya selalu gagal mentas ke partai
puncak.
Hebatnya, Meksiko selalu mampu bangkit dari kegagalan
di semifinal dan memenangi partai perebutan posisi ketiga pada tiga kesempatan
yang mereka dapatkan di tahun 1997, 1999 dan 2007.
Tapi apakah potensi kejutan Meksiko bersama Javier
Chicharito Hernandez mampu menjegal
Argentina?
Sejarah pertemuan Meksiko dengan Argentina dengan gamblang
memperlihatkan bahwa Meksiko bukan negara perkasa dihadapan Argentina.
Praktis hanya dua kali Meksiko meraih kemenangan
dalam sejarah pertemuan dengan Argentina.
Bagaimana dengan tuan rumah Amerika Serikat?
Prestasi terbaik tim Paman Sam itu hanyalah lolos ke
semifinal Copa America 1995.
Dengan tambahan kekalahan pada laga awal Copa America
2016 dari Kolombia (tim yang secara teknis juga berada di bawah Argentina),
maka jelas sudah potensi Clint Dempsey dkk menjegal Messi dkk kecil sekali.
Besarnya potensi Argentina untuk memenangkan Copa
America sekaligus jadi trofi juara
pertama Messi di timnas senior sejak awal sudah terlihat pada susunan skuad
yang hadir di Amerika Serikat.
Argentina bisa dibilang menjadi tim paling lengkap
dan siap bertarung di turnamen ini.
Jika Brazil dengan percaya dirinya tidak membawa
Neymar, Thiago Silva dan Marcelo serta Uruguay gagal memaksimalkan Luis Suarez
karena kendala cedera, maka Argentina dengan suka cita meraih poin sempurna di
fase grup bersama Lionel Messi, Sergio Aguero dan Gonzalo Higuain.
Messi bahkan sempat-sempatnya bikin hattrick meski
turun sebagai pemain pengganti saat Argentina melumat Panama 5-0.
Argentina benar-benar berada pada kondisi terbaik
untuk memenangi trofi juara pertama mereka sejak 1993.
Lionel Messi yang sedang on fire dalam upaya menuntaskan
gelar perdana bersama timnas senior Argentina, kehadiran bintang-bintang utama
tim Tango seperti Higuain dan Aguero serta level kualitas tim tersisa di
perempat final yang berada di bawah level Argentina membuat peluang Argentina
untuk menjadi juara Copa America sangatlah besar.
Yah, keterlaluan jika Argentina gagal menjadi juara.
Tulisan ini juga dimuat pada Harian Top Skor Edisi Sabtu 18 Juni 2016
Komentar
Posting Komentar