Wajah Baru Inggris Yang Menjanjikan Di Piala Eropa 2016
“Tidak ada tim yang ingin berhadapan dengan kami”
seru Joe Hart setelah Inggris memastikan lolos ke babak 16 besar Piala Eropa 2016.
Inggris memang gagal menjadi juara grup B setelah
ditahan imbang 0-0 oleh Slovakia sementara Wales menaklukkan Rusia 3-0.
Meski demikian, penampilan Inggris dalam 3 laga fase
grup sudah menyiratkan potensi Inggris untuk berbicara banyak pada fase gugur.
Inggris kini tampil sangat berbeda dibandingkan
dengan penampilan terakhir mereka di Piala Eropa 2012 dan Piala Dunia 2014.
Roy Hodgson mendengarkan sejumlah pendapat yang beredar
dalam mempersiapkan tim Inggris yang akan berlaga di Prancis.
Sejumlah pendapat itu tidak hanya didengarkan tetapi
juga benar-benar dijalankan Hodgson saat Inggris mulai menjalani turnamen.
Pendapat yang paling santer terdengar adalah
keinginan public sepakbola Inggris melihat timnas Inggris didominasi
wajah-wajah baru.
Sejak beberapa tahun terakhir Inggris memang
produktif menghasilkan wajah-wajah baru yang dipandang layak bermain untuk
timnas.
Pada Piala Eropa 2012, tidak ada nama Raheem
Sterling, Adam Lallana, Jack Wilkshere, Daniel Sturridge, Ross Barkley, Jordan
Henderson dan Chris Smailing dalam susunan skuad Inggris.
Namun dua tahun kemudian pada Piala Dunia 2014 mereka
tercatat menjadi skuad The Three Lions yang berangkat ke Brazil, meski kemudian
belum mendapat banyak peran diatas lapangan hijau.
Kini diusia emas yang rata-rata berkisar 22 – 28 tahun,
mereka menjadi bagian penting skuad Inggris di Piala Eropa 2016.
Tambahkan pula dengan wajah-wajah baru timnas Inggris
seperti Harry Kane, Dele Alli, Eric Dier, Kyle Walker, Dany Rose, Marcus
Rashford dan Jamie Vardy; Inggris benar-benar sudah meninggalkan generasi
Steven Gerrad dan Frank Lampard.
Dalam tubuh skuad Inggris praktis hanya ada nama Joe
Hart, Wayne Rooney, Gary Cahill dan James Milner yang bisa dikategorikan pemain
senior dan berpengalaman.
Komposisi starter awal Inggris dalam 3 laga fase grup
menegaskan bahwa Hodgson memang mencerna dengan baik keinginan public sepakbola
Inggris yang ingin menyaksikan timnas dengan wajah baru.
Dalam dua laga awal, starter awal Inggris dihuni
wajah-wajah baru seperti Harry Kane, Dele Alli, Kyle Walker, Dany Rose yang melakukan
debut turnamen bersama The Three Lions.
Sisanya dihuni oleh alumnus skuad Piala Dunia 2014
dalam diri Chris Smailing, Raheem Sterling, Joe Hart, Adam Lallana, Gary Cahill
dan Wayne Rooney.
Jika dikerucutkan lagi maka hanya Wayne Rooney, Gary
Cahill dan Joe Hart alumnus Piala Eropa 2012 yang bermain sebagai starter awal.
Inggris benar-benar memulai era baru di Piala Eropa
2016.
Wajah baru timnas Inggris menampilkan permainan yang
memukau.
Meski hanya mencatatkan dua hasil imbang, sekali
menang dengan catatan memasukkan 3 gol
dan kemasukan 2 gol, Inggris era baru ini sungguh berbeda dengan Inggris polesan
Hodgson sebelumnya.
Pada Piala Eropa 2012, Inggris kerap memainkan pola
4-4-1-1 dengan pendekatan permainan yang cenderung menunggu lawan sambil
menanti celah untuk menyerang balik.
Kali ini Inggris mengandalkan pola 4-3-3 yang lebih
agresif.
Raheem Sterling yang memilki kecepatan dipercayakan
menyisir sisi kiri pertahanan lawan sementara disisi sayap kanan menjadi tugas
Adam Lallana.
Keduanya mengapit Hary Kane, wajah baru timnas
Inggris yang berangkat ke Prancis dengan status sebagai top skor Liga Inggris.
Dibangku cadangan ada sosok pelapis sekelas Jamie
Vardy yang menjadi rising star dalam keberhasilan Leicester City menjuarai Liga
Inggris.
Keduanya, Kane dan Vardy adalah wajah baru di lini
depan Inggris bersama debutan lain yang berusia lebih muda, Marcus Rashford.
Setali tiga uang dengan lini depan, lini tengah The
Three Lions juga dihuni tiga gelandang “baru”.
Dikatakan “baru” karena tidak ada lagi nama Steven
Gerrard dan Frank Lampard yang selama bertahun-tahun menghuni posisi itu.
Dua nama itu berganti dengan nama baru, Dele Alli dan
Eric Dier.
Satu nama lain adalah nama lama tapi sedang berbulan
madu dengan posisi barunya, Wayne Rooney.
Ya, inilah salahsatu pendapat yang juga didengarkan
Hodgson kala menyusun strategi tempur Inggris di Piala Eropa 2016.
Keberhasilan Rooney memerankan peran sebagai
gelandang di klub saat timnas Inggris memiliki duo Kane dan Vardy yang sedang
on fire memunculkan pandangan bahwa posisi terbaik Rooney dalam skuad Inggris adalah
sebagai gelandang.
Penurunan performa Rooney di Manchester United (MU) sebagai
penyerang tengah berimbas pada mencuatnya nama Marcus Rashford dan Anthony
Martial sebagai juru gedor baru The Red Devils.
Alhasil Rooney mau tak mau melakoni peran sebagai
seorang gelandang tengah, peran yang dulu kerap menjadi bahan perseteruannya
dengan Sir Alex Ferguson, manager legendaris MU yang pertama kali memainkannya
secara rutin di posisi gelandang.
Keputusan yang kemudian memunculkan perseteruan “bapak
dan anak” jelang Ferguson memutuskan pensiun
diakhir musim 2012/2013.
Kini, dengan kemunculan sejumlah nama yang lebih
menjanjikan di lini depan The Three Lions, Rooney tampaknya harus
berterimakasih pada Sir Alex karena sejak dini “menyiapkannya” menjadi seorang
gelandang.
“Saya menikmati peran memberi umpam sama seperti peran untuk
mencetak gol, saya juga menikmati keterlibatan dalam permainan dari posisi yang
lebih kedalam “ Sang kapten Inggris itu kini tampak sangat menikmati peran
barunya bermain sebagai gelandang.
Rooney bahkan terlihat seperti seorang pemain yang
sudah lama bermain di posisi itu.
Kerjasamanya dengan Alli dan Dier membuat Inggris
selalu mendominasi permainan dalam 3 laga fase grup.
Komposisi baru juga muncul pada kuartet pemain
belakang Inggris.
Tidak ada lagi nama Ashley Cole atau Leighton Baines
di sisi kiri pertahanan Inggris.
Adalah Dany Rose yang kini menghuni pos tersebut
bersama Kyle Walker di sisi kanan mengganti nama Glen Johnson.
Perubahan juga terlihat pada duet sentral di lini
pertahanan yang biasanya selalu menghadirkan nama John Terry.
Kini ada Chris Smailing dan Gary Cahill berdiri di
depan Joe Hart, kiper timnas Inggris sejak Piala Eropa 2012.
Inggris kini terlihat lebih fresh dan menjanjikan.
Jika semangat Hary Kane dkk sebagai simbol wajah baru
di timnas Inggris bisa dipadukan dengan pengalaman Rooney dkk sebagai simbol
pemain senior The Three Lions maka Inggris bisa melangkah lebih jauh di Piala Eropa
2016 ini.
"Skuad ini memiliki potensi untuk menjadi yang
terbaik selama saya bermain bagi timnas” Rooney yang sudah malang melintang 13
tahun berseragam timnas Inggris mengakui
potensi wajah baru timnas Inggris.
Kapan lagi Inggris memiliki optimisme yang besar pada
skuad yang mereka miliki?
Skuad Piala Dunia 2006 sering dipandang sebagai skuad
terbaik Inggris karena berisikan bek terbaik John Terry dan Rio Ferdinand,
gelandang terbaik dalam diri Beckham, Lampard dan Gerrard serta penyerang
terbaik bernama Michael Owen dan Wayne Rooney.
Masalahnya skuad itu tidak dalam kondisi prima karena
Rooney berangkat ke turnamen dengan membawa sisa cedera dan Owen mulai
mengalami penurunan perfoma.
Adapun lini tengah Inggris masih belum mampu
menemukan formula untuk menyandingkan Lampard dan Gerrard diatas lapangan yang
sama.
Kini, tidak ada masalah seperti itu.
Harry Kane dan Jamie Vardy adalah dua bomber tersubur
Inggris di Liga Inggris musim lalu dan keduanya dalam berangkat ke turnamen
dalam kondisi tanpa cedera.
Rooney sedang on fire dengan peran barunya sebagai
gelandang bersama duo yang membawa Tottenham Hotspurs bersaing di tangga juara
Liga Inggris, Eric Dier dan Dele Alli.
Adapun Smailing sedang memantapkan status sebagai
salahsatu bek terbaik di Liga Inggris saat ini bersama Gary Cahill, bek senior
terbaik Inggris setelah era John Terry.
Apapun hasil Inggris dalam Piala Eropa nanti, fans The
Three Lions boleh berharap banyak dengan tim ini seperti yang dikatakan Rooney “Masa
depan untuk Timnas Inggris sangat cerah.” tutup sang kapten.
Komentar
Posting Komentar