Ketika De Boer Tidak Belajar Untuk Menghadapi Ujian Sekolah
Melihat kinerja Frank De Boer bersama Inter Milan
musim ini mengingatkan saya kembali akan nasehat orangtua sewaktu saya dulu
masih menempuh pendidikan.
Sejak SD, SMP, SMU bahkan sampai Perguruan Tinggi,
orangtua saya selalu mengingatkan untuk belajar sebelum menghadapi ujian.
Nasehat tersebut terbukti banyak membantu saya
melewati fase-fase ujian yang penting untuk lulus SD, SMP, SMU sampai meraih kelulusan
dari bangku perguruan tinggi.
Belajar sebelum ujian benar-benar membantu saya lebih
siap menjalani ujian dengan baik.
Saya pernah merasakan sendiri nilai anjlok gara-gara tidak
belajar dengan cukup saat naik ke kelas 3 SMU, padahal sebelumnya saya
berstatus Juara Umum alias memiliki nilai tertinggi untuk semua siswa yang naik
ke kelas 2 setahun sebelumnya.
Nah, apa hubungannya dengan kinerja Frank De Boer
saat ini di Inter Milan?
Buruknya performa Inter Milan musim ini ditenggarai
karena timing pemilihan Frank De Boer untuk menukangi Inter yang tidak tepat.
De Boer dipilih menggantikan Roberto Mancini hanya 3
minggu sebelum Serie A mulai bergulir.
Dengan waktu yang sedemikian mepet, Frank De Boer
tidak sempat mengenal dan mempelajari tim lebih jauh.
Efek negatifnya, konsep permainan yang membuat Frank
De Boer mampu membawa Ajax Amsterdam juara Eredivisie Liga Belanda selama 4
musim beruntun dari 2010 sampai 2014 tidak bisa diterapkan dengan baik oleh
Mauro Icardi dkk.
Frank De Boer seperti siswa yang tidak diberikan
waktu untuk belajar sebelum menghadapi ujian.
Apalagi jika melihat level kompetisi Serie A Italia yang
lebih ketat dibandingkan dengan Eredivisie Belanda, waktu untuk belajar
beradaptasi seharusnya dijalani De Boer dengan baik.
“ Ketika anda punya lebih banyak waktu untuk bersiap
menyambut musim baru, anda akan menemukan batasan tim dan bersiap untuk Liga”
ujar De Boer, menyadari minimnya kesempatan yang diperoleh untuk mengenal dan
beradaptasi dengan tim barunya.
Konsekuensi dari keputusan manajemen Inter Milan
untuk merekrut Frank De Boer ketika kick off Serie A sudah di depan mata kini
menuai hasil negatif.
Sampai laga ke 9, Inter Milan tertahan di posisi 14
klasemen sementara dengan jumlah poin 11 atau hanya berjarak 5 angka dari zona
degradasi.
Untuk skuad yang berisikan profil pemain seperti
Mauro Icardi, Ever Banega, Samir Handanovic, Ivan Perisic, Joao Mario dan
Stevan Jovetic, posisi 14 klasemen sementara berpotensi jadi bahan bully fans lawan.
Statistik Mauro Icardi dkk juga sangat buruk.
Mereka baru memasukkan 11 gol dan sudah kebobolan 12
gol alias minus 1 gol.
Inter memulai kompetisi dengan sangat buruk lewat
raihan 4 laga tanpa kemenangan yang diwarnai 3 kekalahan beruntun dan hanya 1
laga imbang.
Sebelum laga melawan Torino 26 Oktober 2016 (tulisan
ini dibuat sebelum laga tersebut), Inter sudah menjalani 2 laga beruntun tanpa
kemenangan meski sebelumnya sempat bangkit saat menaklukkan Juventus dan
Pescara.
Tanda-tanda Inter tidak stabil?
Ya, ketidakstabilan Inter di tangan orang yang belum
banyak mengenal tim karena ditunjuk pada saat Serie A sudah akan kick off
terlihat jelas.
Dalam 4 laga di kandang sendiri Inter hanya sanggup sekali meraih
kemenangan dan sisanya kalah sekali serta dua kali ditahan imbang tamunya.
Uniknya, pada 5 laga tandang Inter sudah meraih 2 kemenangan tetapi sebaliknya sudah kalah 3 kali.
Profil Frank De Boer sebagai pengganti Roberto
Mancini sesungguhnya tidak main-main.
Kehebatannya membawa Ajax menguasai Liga Belanda
sejak 2010 – 2014 adalah sebuah pencapaian fenomenal bersejarah yang baru
terjadi di Liga Belanda.
De Boer adalah Manager pertama yang pernah
mencatatkan prestasi tersebut baik di Liga Belanda maupun bagi Ajax sendiri,
artinya mantan pemain timnas Belanda ini bukan pelatih abal-abal.
Ketertarikan Liverpool pada dirinya adalah bukti
bahwa pria ini setidaknya dipandang selevel dengan Juergen Klopp.
Namun semua catatan hebat itu tidak berbekas pada
kualitas penampilan Inter Milan.
Persentase kemenangan De Boer pun menurun drastis
dari 60.3% saat menukangi Ajax menjadi 33.3% saat menangani Inter kini.
De Boer kini seperti seorang siswa cerdas yang
menjalani ujian tanpa persiapan cukup.
Bisa ditebak, hasil ujiannya (sejauh ini) tidak
sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
“Apa yang seharusnya kami coba di laga pramusim kini
kami coba di laga kompetitif dan kami menemukan masalah-masalah yang seharusnya
kami temui saat pramusim” kata De Boer
“Saya ingin Inter yang bermain menyerang tapi butuh
waktu untuk menerapkan itu. Tidak mudah melakukannya saat liga sudah berjalan”
lanjut De Boer.
Inter bersama De Boer kini dituntut untuk segera
berbenah di tengah kompetisi yang sudah berjalan jika tidak ingin terus
mendapatkan hasil buruk.
Bagaimanapun, problem Inter saat ini tidak lepas dari
keputusan manajemen Inter menunjuk pelatih baru saat musim baru liga sudah akan
bergulir.
Manajemen Inter sudah menempatkan seorang “siswa
cerdas” bernama De Boer pada ujian yang belum sempat dipersiapkannya dengan
baik.
Well, saya yang waktu itu juara umum kenaikan kelas 2
SMU tetap bisa naik kelas 3 SMU meski nilai saya tidak sebagus biasanya karena
tidak bersiap dengan baik menghadapi ujian kenaikan kelas.
Inter mungkin tidak akan sampai terdegradasi tapi
jika De Boer tidak segera beradaptasi maka Interisti bisa memulai untuk
melupakan mimpi meraih Scudetto bahkan mimpi ke Liga Champions.
Komentar
Posting Komentar