Menapak Tilas Bale dan Ronaldo Untuk Memaksimalkan Paul Pogba
Ada tiga nama yang membuat fans Manchester United
(MU) bergairah menatap Liga Inggris musim 2016/2017.
Tiga nama itu adalah Jose Mourinho, Zlatan
Ibrahimovic dan Paul Pogba.
Dari ketiga nama diatas, rasanya ekspektasi kepada
nama ketiga adalah yang terbesar.
Selain karena didatangkan dengan harga yang
memecahkan rekor pembelian termahal dunia, Paul Pogba juga memang dirasa punya
kualitas teknis yang diharapkan mampu mengangkat performa MU, persis seperti
dirinya menjadi bagian penting sukses Juventus menguasai Serie A Italia.
Sayangnya sampai 8 laga berlalu dimana Pogba turun
bermain, belum banyak kontribusi yang diberikan pemain timnas Prancis itu.
Harga mahal Pogba sejauh ini baru dikompensasi dengan
sebiji gol tanpa assist.
Kontribusinya terbilang sangat minim untuk ukuran
pemain yang dihargai paling mahal saat ini.
Jika rujukannya pada performa dua pemain termahal
sebelumnya, Cristiano Ronaldo dan Gareth Bale yang kebetulan sama-sama
berseragam Real Madrid, performa Pogba berbeda signifikan.
Meski tidak memenangkan trofi juara di musim
pertamanya bersama El Real, Ronaldo sukses menjadi sumber gol bagi timnya.
Dalam 8 laga awal bersama Real Madrid, Ronaldo
berhasil mencetak 9 gol.
Gareth Bale sendiri langsung unjuk gigi dengan
mempersembahkan gelar juara Copa Del Rey dan Liga Champions bagi El Real di
musim perdananya.
Meski hanya bisa mencetak 3 gol dalam 8 laga awal
bersama Madrid, Bale menebusnya dengan selalu mencetak gol di partai final yang
dimenangkan Madrid.
Apa yang salah dengan Paul Pogba?
Apakah dirinya terlau cepat menyandang status pemain
termahal dunia?
Well, dua
penampilan terakhir Paul Pogba bersama MU seharusnya menjawab pertanyaan
tersebut.
Pogba berada pada sistem permainan yang membuatnya
tidak mampu melepaskan kemampuan terbaik.
Dalam formasi 4-2-3-1 yang diterapkan Mourinho di MU,
Pogba diposisikan sebagai salahsatu dari dua gelandang bertahan yang berdiri di
depan bek tengah.
Mourinho bermaksud menjadikan Pogba sebagai inisiator
serangan dari lini tengah sekaligus menjadi tembok pertama yang menangkal
serangan lawan.
Masalahnya, strategi tersebut membuat fokus Pogba
terbagi antara membantu penyerangan atau melapisi sisi pertahanan.
“Saya mesti merebut bola dan menjalankan tugas
bertahan yang memaksa saya bermain seperti Pirlo” keluh Pogba.
Postur fisik Pogba memang ideal untuk melakukan
perebutan bola tetapi harus diakui Pogba tidak memiliki kejeniusan seperti
Pirlo dalam melepaskan umpan-umpan ajaib dari lini tengah.
Pogba mampu menginisiasi penyerangan dari lini tengah
lewat kemampuan dribelnya membawa bola dari tengah ke depan.
Umpan-umpan kunci Pogba lebih mudah terlihat saat
dirinya sudah berada di dekat kotak penalty lawan.
Repotnya, peran gelandang bertahan yang dilakoninya
di MU membuat Pogba terasa jauh dari kotak penalty lawan.
Fellaini yang jadi tandem Pogba tidak mampu
memberikan rasa aman untuk Pogba maju ke depan membantu serangan.
Situasi kemudian berubah ketika ganti Ander Herrera
yang menjadi tandem Pogba.
Herrera mampu dengan baik menjalankan peran sebagai ball winner saat MU meladeni Leicester City sehingga Pogba
leluasa untuk maju merangsek kedepan mendekati kotak penalty lawan.
Hasilnya Pogba mencatatkan gol perdananya musim ini.
Performa Pogba semakin nyetel dengan Herrera saat
MU ditahan imbang Stoke City.
Meski gagal menang, Pogba beberapa kali berhasil
hadir di depan bahkan masuk ke kotak penalty lawan dan memberikan ancaman.
Jika bukan performa gemilang kiper lawan dan satu
sundulannya yang membentur mistar gawang, Pogba boleh jadi akan mencatatkan gol
keduanya.
Wajar jika kemudian Mourinho melabeli performa MU
kala ditahan imbang Stoke City sebagai penampilan terbaik MU sejauh ini.
Pogba menampilkan permainan yang lebih hidup dan baik
saat dirinya berkesempatan lebih intens bergerak mendekati kotak penalty lawan
Yap, mendekatkan jarak Pogba ke gawang lawan
sebenarnya menjadi satu persyaratan untuk memancing “kebuasan” Pogba sebagai
goal getter.
Mourinho perlu menapak tilas bagaimana Gareth Bale
dan Cristiano Ronaldo “menjadi buas” kala didorong bermain lebih kedepan bahkan
sampai masuk ke kotak penalty lawan untuk membantu skema penyerangan.
Meski bukan pemain yang disetting awal sebagai
pendulang gol, Pogba sesungguhnya punya potensi menapaktilasi perjalanan Gareth
Bale dan Ronaldo sampai menjadi predator ulung di depan gawang lawan.
Gareth Bale contohnya.
Bintang sepakbola Wales ini mungkin tidak akan
menjadi bintang sepakbola dan bermain bagi Real Madrid jika tidak didorong
kedepan menjadi penyerang sayap saat bermain untuk Tottenham Hotspur.
Bale bahkan tadinya adalah pemain yang berposisi
sebagai bek sayap kiri lalu kemudian naik menjadi gelandang sayap kiri sampai
akhirnya menjelma menjadi penyerang sayap yang juga bisa bermain sebagai
penyerang lubang.
Potensi Bale sebagai pemain Spurs yang memiliki
kecepatan dan tendangan jarak jauh akurat mampu dibaca oleh Harry Redknapp
ketika itu untuk didorong lebih dekat ke gawang.
Hal yang sama juga pernah terjadi pada Ronaldo.
Datang ke MU sebagai remaja muda yang digadang-gadang
sebagai penerus David Beckham di posisi gelandang kanan, Ronaldo bukan saja
menjelma menjadi gelandang kanan hebat tetapi kemudian bertransformasi sebagai
penyerang sayap legendaris.
Adalah Sir Alex Ferguson yang terus mendorong Ronaldo
agar semakin dekat ke gawang lawan (Sir Alex bahkan pernah memainkan Ronaldo
sebagai seorang striker atau penyerang tengah).
Sir Alex memandang dribel yahud dan kecepatan Ronaldo
adalah modal berharga untuk menteror gawang lawan.
Nah, dengan potensi Paul Pogba yang juga memiliki
kemampuan dribel yahud dan kecepatan plus tendangan jarak jauh yang mematikan,
Mourinho perlu mempertimbangkan untuk mendorong Pogba lebih dekat ke gawang.
Dalam formasi 4-2-3-1, Pogba bisa didorong menjadi
salahsatu dari tiga gelandang serang di belakang Ibra.
Jika Mourinho terlanjur sayang dengan Juan Mata, maka
Pogba bisa tetap didorong kedepan dan mengubah formasi menjadi 4-1-4-1 dimana
Pogba berduet dengan Juan Mata sebagai gelandang serang di belakang striker.
Menimbang performa Pogba yang tampak lebih mengkilap
jika dibiarkan bebas beraksi lebih dekat ke gawang lawan, Mourinho patut
mempertimbangkan opsi untuk mendorong posisi pemain termahal di dunia ini lebih
maju ke depan.
Bale dan Ronaldo berubah menjadi lebih buas di
sekitar kotak penalti lawan.
Pogba pun punya “sifat buas” yang menunggu untuk
meledak di dekat kotak penalti lawan.
Pogba hanya perlu menapaktilas perjalanan Bale dan
Ronaldo.
Gareth Bale memiliki kecepatan lari dan akurasi tembakan yang hebat
BalasHapus