Prediksi 2017 - Chelsea Tidak Terkejar Menuju Tangga Juara

Sengit, ketat dan seru.
Inilah gambaran persaingan Liga Inggris musim ini.
Keberadaan sejumlah manager papan atas seperti Pep Guardiola, Antonio Conte, Jurgen Klopp, Jose Mourinho, Arsene Wenger dan tidak lupa memasukkan nama Mauricio Pochettino dalam satu liga domestik memang jadi jaminan ketatnya kompetisi.
Serunya lagi, sejumlah manager papan atas itu menakhodai tim-tim yang memang dihuni deretan skuad berkualitas juara sehingga persaingan antara Man City, Chelsea, Liverpool, MU, Arsenal dan Tottenham Hotspurs yang pada musim-musim sebelumnya sudah berlangsung ketat semakin meningkat level kompetitifnya.
Saking ketatnya, sulit memprediksi siapa yang akan mengangkat trofi juara Liga Inggris di akhir musim nanti.

Man City yang sempat menjalani 8 kemenangan beruntun di awal liga kini justru terdampar di peringkat 4 klasemen sementara sampai pekan ke 20.
Padahal dengan performa meyakinkan di awal musim, banyak yang menduga magis Pep bersama Barcelona yang begitu perkasa di La Liga Spanyol sudah menular pada skuad The Citizen.
Sebaliknya, Chelsea yang sempat merasakan 3 laga tanpa kemenangan pada pekan-pekan awal termasuk saat ditaklukkan rivalnya Liverpool dan Arsenal malah bangkit menjadi tim dengan rentetan kemenangan beruntun terpanjang musim ini saat 13 laga dilewati dengan kemenangan.
Meski kemudian takluk 0-2 dari Spurs dan gagal menyamai rekor 14 kemenangan beruntun Arsenal pada musim 2001/2002, Chelsea masih nyaman di puncak klasemen dengan keunggulan 5 poin dari Liverpool di posisi kedua.
Adapun Liverpool sendiri memang tidak menjalani rentetan kemenangan beruntun sepanjang Chelsea, namun anak asuh Klopp mampu terus menguntit Chelsea di posisi kedua berkat dua kali periode 4 kemenangan beruntun dari pekan ke 4 sampai pekan 7  dan dari pekan ke 16 sampai pekan 19.
Bagaimana dengan Arsenal?
Olivier Giroud dkk sempat merasakan 6 kemenangan beruntun dari pekan ke 2 sampai kompetisi memasuki pekan ke 8.
Dengan catatan impresif seperti itu, Arsenal justru berada di posisi kelima klasemen karena inkonsistensi performa kala ditahan imbang dalam dua laga beruntun melawan  MU dan Spurs serta takluk dua kali beruntun dari Everton dan Man City.
Bicara soal konsistensi, tim dari kota London yang lain, Tottenham Hotspurs  malah sedang menjalani periode 5 kemenangan beruntun termasuk saat menghentikan 13 kemenangan beruntun Chelsea.
Alasan Spurs masih tertahan di posisi 3 klasemen adalah karena kegagalan mereka meraih poin penuh saat ditahan imbang dalam 4 laga beruntun dari pekan 8 sampai pekan 11.
Serupa dengan Spurs, MU yang kini tengah menjalani periode 6 kemenangan beruntun masih tertahan di peringkat  6 klasemen gara-gara sempat merasakan dua kekalahan beruntun dari Man City dan Watford dan menjalani periode buruk 4 laga beruntun tanpa kemenangan.
Gambaran singkat diatas memperlihatkan bahwa setiap tim kandidat juara punya kemampuan menorehkan rentetan kemenangan beruntun yang menunjukkan bahwa setiap manager papan atas bersama tim mereka punya potensi untuk menjadi yang terbaik di akhir musim.
“Kejuaraan dunia bagi para manager” begitu Arsene Wenger mengilustrasikan ketatnya persaingan Liga Inggris musim ini.
Dengan persaingan sedemikian ketat seperti ini, siapa yang akan menjadi pemenang pada akhir musim?

Well, Liga Inggris musim ini adalah momen dimana beberapa manager papan atas bertemu dalam satu liga domestik.
Keberadaan manager-manager papan atas ini jadi kunci karena jika melihat dari sisi kualitas skuad yang dimiliki masing-masing manager, bisa dikatakan skuad yang ada sama-sama sarat kualitas dan punya potensi menjadi juara.
Ada Sergio Aguero dan Kevin De Bruyne di Man City sementara disaat bersamaan MU punya Paul Pogba dan Ibrahimovic.
Liverpool punya Firmino dan Coutinho sementara Chelsea memilki Diego Costa dan Eden Hazard.
Spurs?
Mereka punya Harry Kane dan Delle Ali seperti Arsenal memiliki Oezil dan Sanchez dalam skuad mereka.
Semuanya adalah nama-nama yang punya kualitas dan potensi membawa tim mereka menjadi juara.
Dengan kesamaan kualitas skuad ini maka peran manager sebagai peracik taktik menjadi sangat vital dalam menentukan keberhasilan tim meraih titel juara Liga Inggris di akhir musim nanti.
Bicara peran manager sebagai peracik taktik, nama Conte bersama Chelsea patut dikedepankan sebagai kandidat terkuat juara Liga Inggris musim ini.
Rentetan 13 kemenangan beruntun Chelsea adalah pertunjukan kemampuan Conte meracik strategi tim.
Usai kalah beruntun dari Liverpool dan Arsenal, Conte yang pada awal musim lebih sering menerapkan pola 4-2-3-1, 4-3-3 dan 4-1-4-1 melakukan perubahan besar dengan menerapkan pola 3-4-3.
Dengan pola tersebut Chelsea menemukan keseimbangan yang mereka cari dan menjadi tim yang sangat tangguh dalam bertahan sekaligus tajam saat menyerang.
Dalam periode 13 kemenangan beruntun, Chelsea menyarangkan 32 gol dan hanya kebobolan  7 gol.
Hebatnya lagi, lini pertahanan Chelsea mencatat 10 clean sheet. Wow!!
Kejeniusan Conte menemukan strategi yang tepat seperti mengulang kunci sukses saat mengantarkan Juventus meraih Scudetto Serie A Italia.
Saat pertama kali menukangi Juve, Conte menerapkan pola 4-4-2 yang kemudian berkembang ke pola 4-2-4 sampai ke varian lain seperti 4-3-1-2.
Melihat pola tersebut tidak berjalan dengan baik, Conte mengambil langkah revolusioner dengan menerapkan pola 3 pemain bertahan dalam formasi 3-5-2.
Dengan pola baru itu Si Nyonya Tua diantarkan oleh Conte merajai Liga Italia kembali.
Pola itu bahkan menjadi rujukan bagi Massimiliano Allegri yang tidak ingin gegabah mengganti formasi yang sudah terbukti lebih sesuai bagi skuad Juve.

Nah, keberhasilan menemukan pola terbaik ini yang gagal dilakukan manager lain.
Man City boleh saja digdaya pada 8 pekan awal tetapi ketika City mulai terseok-seok, Guardiola seperti belum menemukan obat yang pas.
Konyolnya, Pep sempat menjajal pola 3-4-3 saat meladeni Chelsea yang sedang ganas-ganasnya dengan pola itu.
Hasilnya? City dibantai 1-3 di kandang sendiri.
Lain lagi dengan Klopp dan Wenger.
Meski cukup kompetitif sejauh ini namun seringnya Liverpool dan Arsenal merasakan naik turun performa jadi indikasi bahwa strategi keduanya belum benar-benar tokcer.
Bayangkan saja bagaimana Liverpool ditahan imbang tim calon degradasi Sunderland setelah beberapa hari sebelumnya The Reds secara perkasanmenundukkan Man City.
Hal ini seperti mengulangi kejadian pekan pertama  saat Liverpool dengan gagah berani menundukkan Arsenal 4-3 di Emirates Stadium lalu dengan “konyolnya” takluk 0-2 pada pekan selanjutnya dari tim sekelas Burnley.
Arsenal pun demikian.
Ditahan imbang Middlesbrough di Emirates Stadium dan nyaris kalah saat melawat ke Bournemouth jadi sinyal bahwa The Gunners masih punya bakat inkonsistensi.
Soal konsistensi, jika melihat perfoma terkini maka Spurs dan MU adalah jagoannya.
Spurs tengah menjalani periode 5 kemenangan beruntun sedangkan catatan 6 kemenangan beruntun MU sejauh ini melengkapi performa Ibra dkk yang belum kalah dalam 11 laga.
Masalahnya, performa bagus ini baru muncul jelang paruh musim pertama berakhir sementara Chelsea sudah kadung berlari jauh didepan dengan rentetan 13 kemenangan beruntun.
MU di posisi 6 saat ini berjarak 10 poin dari puncak klasemen sedangkan Spurs di posisi 3 berselisih 7 poin dari Chelsea di posisi pertama.
Artinya MU butuh 3 kali menang dan 1 imbang serta Spurs butuh 2 kali menang dan 1 imbang untuk sekedar menyamai poin Chelsea di puncak klasemen.
Tentu dalam periode itu Chelsea pun punya potensi untuk terus mendulang poin dan membuat The Blues semakin sulit dikejar.
Jika diibaratkan perlombaan Moto GP, Chelsea berhasil melewati lap-lap awal dengan baik dan melaju di posisi pertama.
Adapun pebalap lain boleh jadi telah menemukan kesesuaian dengan motor yang ditungganginya namun sudah sulit untuk mengejar pebalap yang ada di depannya.
Paling banter tim-tim di belakang Chelsea hanya akan membayangi di belakang tanpa pernah bisa menyalip KECUALI jika Chelsea terpeleset dan jatuh menjelang lap terakhir.
Namun melihat bagaimana seorang Conte telah menemukan pola 3-4-3 yang paling sesuai untuk skuad Chelsea, rasanya sulit untuk mengejar dan menahan Chelsea mengangkat trofi juara di akhir musim. nanti.


Komentar