Prediksi 2017 - Jangan Bosan Melihat Juventus Scudetto Lagi

Jika anda seorang penggemar netral F1 dan melihat betapa dominannya sang legenda Michael Schumacher dengan menjuarai F1 selama 5 musim beruntun sejak tahun 2000 sampai 2004, maka anda pasti berbahagia dengan kemunculan kompetitor seperti Fernando Alonso, Lewis Hamilton dan Sebastian Vettel yang membuat daftar juara F1 tidak melulu diisi nama Schumi.
Atau jika anda juga penggemar netral balap motor 500cc atau Moto GP, maka kemunculan Jorge Lorenzo dan Marc Marquez pasti sangat disyukuri karena mencegah The Doctor Valentino Rossi terus merajai ajang balap motor bergengsi itu tanpa henti sejak 2001 sampai 2005.
Dalam olahraga sepakbola, Borussia Dortmund dan Juergen Klopp rasanya pantas disanjung karena mampu menghentikan dominasi Bayer Muenchen di Bundesliga.
Pun dengan keberhasilan Atletico menjuarai La Liga musim 2013/2014 yang menghentikan hegemoni duo Barcelona dan Real Madrid (meski kini tampaknya hegemoni itu kembali lagi).
Dalam kompetisi olahraga, dominasi juara sampai bertahun-tahun boleh jadi merupakan kebanggaan bagi fans sang juara tetapi menjadi sebuah pemandangan membosankan bagi penggemar netral bahkan bisa jadi bagi fans yang memang mendukung tim lain.
Pernah dengar istilah “asal bukan MU?”
Ya, hebatnya MU asuhan Sir Alex Ferguson yang mendominasi Liga Inggris sampai-sampai memunculkan istilah itu.
Siapa saja boleh juara asalkan jangan MU lagi.
Istilah ini tampaknya juga sudah merasuki pencinta Serie A Italia jika melihat hegemoni Juventus yang sudah 5 musim berturut-turut memenangi titel Scudetto.
Sejak bersama Antonio Conte (3 Scudetto) dan beralih ke Massimiliano Allegri (2 Scudetto), belum ada klub yang mampu menghentikan dominasi Si Nyonya Tua.
Mulai dari Napoli, AS Roma, Fiorentina, AC Milan dan Inter Milan tidak mampu menahan laju dominasi Juventus di Serie A.
Berita buruknya, dominasi itu tampaknya masih akan terus berlanjut.

Pemandangan Serie A Italia saat ini seperti mengulang episode yang sudah-sudah.
Juventus dikejar dan dipepet oleh tim rival namun pada akhirnya Si Nyonya Tua lah yang tetap melaju sampai garis finis Scudetto dan mengangkat trofi juara.
Meski kali ini Juve tidak hanya dikejar dua klub seperti biasanya tetapi oleh Roma, Napoli, Lazio dan Milan sekaligus, anak asuh Allegri tetap dapat melenggang sebagai pemuncak klasemen sampai akhir tahun 2016.
Juventus kini memiliki keunggulan 4 poin dari rival terdekat AS Roma di peringkat dua.
Parahnya, Juve bahkan masih menyimpan satu laga sisa lebih banyak yang artinya Juve bisa saja unggul 7 poin jika memenangi satu laga sisa tersebut.
Alamak, susah nian menahan laju Juventus ini!
Si Nyonya Tua memang tidak berpuas diri dengan raihan 5 scudetto beruntun yang sudah mereka capai.
Kedatangan Miralem Pjanic, Dani Alves, Medhi Benatia dan Gonzalo Higuain memperlihatkan ambisi Juventus untuk terus merajai Italia.
Lini pertahanan tangguh yang jadi salahsatu kekuatan Juventus dengan trio BBC nya masih unjuk gigi dengan menjadikan Juve saat ini sebagai tim dengan jumlah kebobolan terendah sampai 17 laga (Juve baru kebobolan 14 gol).
Di lini tengah, kepergian Pogba tidak sampai diratapi berkat kehadiran Pjanic.
Apalagi di lini depan.
Masuknya bomber sekelas Gonzalo Higuain mampu menggetarkan barisan pertahanan lawan.
Sang bomber sudah mencetak 10 gol bagi klub barunya.
“Di atas kertas Juventus musim ini adalah tim yang sangat kuat dan punya kesempatan juara lebih besar ketimbang musim sebelumnya”  kata Gianluigi Buffon.

Indikasi Juventus bakal terus melaju menjuarai Serie A Italia musim ini semakin terkonfirmasi dengan hasil-hasil laga pertama Juve kala beradu dengan rival-rival pemburu Scudetto.
Melawan AS Roma, Napoli dan Lazio, Juventus meraih kemenangan.
Satu-satunya kekalahan dari rival dialami kala Juve ditaklukkan Milan 0-1 dalam sebuah laga yang menurut Allegri seharusnya dimenangkan Higuain dkk.
Meski demikian secara keseluruhan Juventus memang lebih baik daripada rival-rival pemburu Scudetto.
Bersama Napoli, Juve baru merasakan 3 kekalahan dan ini adalah jumlah kekalahan paling minim dari seluruh penghuni 5 besar klasemen.
Bedanya Napoli sudah merasakan 5 hasil seri alias 5 kali gagal memetik poin penuh.
AS Roma, Lazio dan Milan yang telah menelan 4 kekalahan sudah merasakan kegagalan memetik poin penuh akibat ditahan imbang sebanyak 2 kali (AS Roma), 4 kali (Lazio) dan 3 kali (Milan).
Artinya Juventus yang tidak pernah ditahan imbang lawan-lawannya sangat konsisten meraih poin demi poin.
Konsistensi seperti ini yang sejak dulu selalu tidak dapat ditiru oleh lawan-lawan Juve yang kerap kehabisan bensin kala mengimbangi laju kencang Si Nyonya Tua.
Meski sudah kalah 3 kali, Juventus juga tidak pernah kehilangan poin dalam dua laga beruntun dan selalu berhasil bangkit dari kekalahan dengan meraih kemenangan.
Saat takluk pertama kali musim ini dari Inter, Juve bangkit dengan memenangi 4 laga beruntun sesudahnya.
Usai kalah dari Milan, Juve kembali bangkit dan meraih 3 poin penuh dari 4 laga berikutnya, termasuk didalamnya dengan menaklukkan Napoli.
Terakhir, setelah “terpeleset” kalah di kandang Genoa, seperti biasa Juve dapat bangkit dengan memenangi 3 laga beruntun sesudahnya dimana 2 laga yang dimenangi berstatus big match melawan AS Roma dan Torino dalam derby Turin.
Lewat kinerja yang terjaga seperti ini, jangan bosan melihat Juventus kembali meraih titel Scudetto untuk yang keenam kali secara beruntun.


Komentar