Inggris Ingin Sukses? Tirulah Jerman dan Spanyol

Hasil gambar untuk timnas inggris
Untuk pertamakalinya sejak piala dunia 1958 di Swedia, Inggris gagal melewati fase grup piala dunia.
Jika merujuk pada sejarah terakhir kegagalan Inggris lolos dari fase grup piala dunia, maka kegagalan kali ini bukanlah hal yang mengejutkan.
Ada kesamaan yang kental pada dua kegagalan tersebut yaitu kedua tim yang gagal sama-sama membawa banyak  pemain muda dalam tim yang berlaga di ajang seakbar piala dunia.
Namun kejutan yang muncul dari kegagalan kali ini adalah bahwa timnas Inggris sesungguhnya bermaterikan pemain-pemain dengan kualitas kebintangan yang menjanjikan.
Kemunculan sejumlah bintang-bintang muda di ranah persepakbolaan Inggris menumbuhkan optimisme di tengah isu regenerasi tim yang tidak berjalan dengan baik.

Memang dalam hal regenerasi pemain, Inggris termasuk yang kurang berhasil jika dibandingkan dengan Jerman atau Spanyol.
Keberhasilan Jerman menelurkan sejumlah pemain hebat untuk mentas di panggung internasional bersama timnas adalah buah dari pembelajaran setelah kegagalan yang memalukan bagi Jerman di Euro 2004.
Menjadi runner up piala dunia 2002 di Korea Jepang disadari oleh pelaku sepakbola di Jerman sebagai akhir dari masa kejayaan Oliver Kahn cs.
Panggung Euro 2004 di Portugal menjustifikasi penilaian ini, hanya Michael Ballack dan Miroslav Klose yang tersisa dari generasi ini.
Saat Jerman menjadi tuan rumah piala dunia 2006, Jerman memetik hasil regenerasi yang diusung oleh Juergen Klinsmann meskipun mereka hanya mampu meraih tempat ketiga.
Optimisme muncul bersamaan munculnya nama-nama seperti Lukas Podolski, Bastian Schweinsteiger, Per Mertesacker dan makin matangnya Miroslav Klose bersama kapten baru mereka Phillip Lahm.
Klimaks nyaris muncul saat generasi baru ini mentas di partai puncak Euro 2008 sebelum ditaklukkan (juga) oleh generasi baru Spanyol yang dimotori Iniesta, David Villa dan Fabregas.
Kehebatan regenerasi pemain di Jerman unjuk gigi lagi saat piala dunia 2010 dan Euro 2012.
Bermodalkan wajah-wajah baru bernama Sami Khedira, Mesut Oezil dan Thomas Muller, Jerman mampu melaju secara meyakinkan ke semifinal di dua ajang bergengsi itu.
Meski belum mampu memberikan trofi, regenerasi Jerman tampak menjanjikan.

Spanyol adalah contoh lain bagaimana keberanian melakukan perubahan untuk sebuah regenerasi membuahkan hasil manis.
Saat Spanyol gagal di piala dunia 2006, Aragones memikirkan satu perubahan radikal yang memunculkan polemik di persepakbolaan Spanyol.
Mencoret Raul Gonzales dari skuad timnas Spanyol!!
Sontak keputusan ini mengundang tanya mengingat Raul adalah kapten Spanyol, Pangeran kesayangan publik Spanyol dan pencetak gol terbanyak Spanyol saat itu.
Jawaban Luis Aragones sangat mengena:
"berapa kali Raul ikut piala dunia? 3 kali (1998, 2002, 2006). Berapa kali Raul ikut piala eropa? 2 kali (2000, 2004) Berapa gelar yang diraih Spanyol? tidak ada. Jadi kenapa saya harus memasukkan dia ke tim???"
Berbekal keyakinan untuk sebuah perubahan, si Opa membawa nama-nama baru dan lama yang jarang mendapat kesempatan seperti David Villa, Fernando Torres dan Sergio Ramos.
Hasilnya tokcer, Spanyol menjuarai Euro 2008, tiki taka menjadi buah bibir.
Saat tongkat kepelatihan berganti ke Vicente Del Bosque, regenerasi tidak berhenti, tiki taka disempurnakan.
Hasilnya sungguh luar biasa.
Bermodalkan materi pemain juara Euro 2008 ditambah wajah-wajah baru seperti Busquet, Pique, Jordi Alba, David Silva dan Juan Mata, Spanyol merajai piala dunia 2010 dan mempertahankan gelar di Euro 2012.
Kalau saat ini Spanyol gagal total di piala dunia 2014 Brazil, Spanyol tidak lantas harus bergalau ria.
Tidak percaya?
Boleh jadi kali ini Iker Casillas begitu mudah dibobol lawan, 7 gol dalam dua pertandingan bersarang di gawangnya!!
Tetapi lihatlah di bangku cadangan ada seorang kiper muda fantastis yang menjadi pilihan utama di klub sebesar Manchester United, David De Gea. Ini calon penerus Santo Iker.
Tengoklah saat Xabi Alonso sudah tidak seenergik 4 tahun yang lalu dan disaat itu seorang gelandang tangguh yang baru saja meraih juara liga Spanyol sudah bersiap melanjutkan tugas dari bangku cadangan, gelandang energik Atletico Madrid, Koke.
Di pos penyerangan, keputusan memainkan Diego Costa yang baru sembuh dari cedera memang keliru.
Costa tidak pernah mampu menebar ancaman ke gawang lawan apalagi mencetak gol.
Dalam hal ini Del Bosque sejatinya masih memiliki barisan penyerang yang sedang berada di usia puncak karir seperti Alvaro Negredo, Fernando Llorente, Roberto Soldado serta pemain muda nan menjanjikan Alvaro Morata.
So..Spanyol adalah contoh keberhasilan sebuah perubahan dan sebuah proses regenerasi.

Kembali ke timnas Inggris.
Keputusan Hodgson membawa sejumlah pemain muda sebenarnya mendapat pujian dari pengamat bola di Inggris.
Hodgson dianggap menawarkan angin segar perubahan di tubuh timnas Inggris.
Sayangnya niat bagus ini tidak dipraktekkan dengan baik.
Perhatikan starting eleven Inggris saat meladeni Italia dan Uruguay.
Lini belakang Inggris bolehlah dikatakan mengalami penyegaran dengan duet terbaru mereka dalam diri Gary Cahill dan Phil Jagielka yang diapit Glen Johnson dan Leighton Baines di kanan dan kiri.
Pertanyaannya, kemana Phil Jones dan Chris Smailing yang digadang-gadang sebagai bek tengah masa depan Inggris ?
Luke Shaw pun tidak mempunyai waktu cukup untuk unjuk kemampuan dengan statusnya sebagai salah satu bek kiri terbaik di Inggris yang sedang dalam pantauan Manchester United.
Di lini tengah lebih parah.
Steven Gerrard sesungguhnya sudah melewati puncak penampilannya kala berhasil membawa Liverpool "nyaris" menjadi juara liga Inggris sebelum digagalkan oleh blundernya saat meladeni Chelsea.
Sebagai seorang pemimpin, Gerrard bersama Lampard adalah pilihan terbaik, tetapi untuk urusan kebutuhan meningkatkan performa tim, Hodgson tampak belum berani memberikan waktu kepada Jack Wilkshere, Ross Barkley dan Adam Lallana untuk unjuk kualitas.
Padahal tiga gelandang ini adalah calon penerus Lampard dan Gerrard  yang sudah mendekati akhir masa bakti di timnas.
Untuk lini penyerangan, Hodgson kali ini boleh menepuk dada dengan memberikan kesempatan kepada striker muda yang sedang on fire, Daniel Sturridge, Danny Welbeck dan Raheem Sterling berdampingan dengan pemain yang sudah matang Wayne Rooney.
Masalahnya hanya terletak pada pengaturan posisi keempatnya terutama menyangkut apakah Rooney lebih efektif berada di belakang striker atau menyisir serangan dari sayap.

Kegagalan Inggris seharusnya bisa menjadi batu loncatan untuk sebuah perubahan besar di tim ini.
Bila Jerman mampu bangkit dari kegagalan di Euro 2004 dan kini tampak menjanjikan dengan tim muda penuh bakat, Inggris pun mempunyai peluang untuk itu.
Jika kegagalan Spanyol di piala dunia 2006 mampu memicu perubahan besar dan berbuah pada  kejayaan empat tahun di dunia sepakbola (2008 - 2012), maka Inggris juga punya peluang untuk itu.
Joe Hart, kiper timnas Inggris bukan kiper kelas bawah, dia salah satu yang terbaik di dunia.
Gary Cahill boleh jadi belum sekokoh John Terry tetapi dia sudah mencicipi panasnya final liga champion dan meraih juara.
Jack Wilkshere dan Ross Barkley bisa menjadi the next Xavi Hernandez dan Andres Iniesta versi britania Inggris.
Wayne Rooney dan Daniel Sturridge juga termasuk jajaran penyerang top di eropa. Jangan lupakan pula nama Theo Wallcott dan Danny Wellbeck sebagai talenta muda yang menjanjikan.
Roy Hodgson? cobalah mencari pelatih Inggris selain Bobby Robson dan Terry Venables yang mempunyai kiprah di luar Inggris.
Roy Hodgson adalah pelatih asal Inggris yang pernah meraih juara liga Denmark, menukangi timnas Swiss dan Finlandia serta dua kali meraih runner up di UEFA Cup bersama raksasa Italia Inter Milan dan tim medioker sekelas Fulham.
Ini curriculum vitae yang terhitung sangat bagus untuk ukuran pelatih asal Inggris.
Nah, dengan modal seperti ini, jelas bahwa Inggris punya segalanya untuk melakukan perubahan besar dan mungkin saja sudah akan menuai hasil saat gelaran Euro 2016 di Prancis nanti.
Kalau hal itu terjadi, yakinlah bahwa saat itu skuad Inggris sudah banyak berubah daripada yang kita lihat saat ini....artinya perubahan itu sudah terjadi.

Komentar