Xavi, Gerrard dan Pirlo..Perpisahan Tiga Maestro Lini Tengah di Piala Dunia 2014

Tersingkirnya Italia dari fase grup Piala Dunia 2014 memunculkan satu fakta menarik yaitu tim nasional dari tiga liga elit di eropa bahkan mungkin dunia tidak mampu melaju lolos dari fase grup.
Tiga liga yang menjadi acuan kualitas dalam sepakbola..Liga Italia, Liga Spanyol dan Liga Inggris.

Dimulai dari Spanyol.
Berada satu grup dengan Belanda, Spanyol tadinya diprediksi akan melaju bersama Belanda dari fase grup.
Namun kenyataan berkata lain, Spanyol tidak berdaya menghadapi Belanda dan Chili.
Sisa-sisa kehormatan Spanyol baru terlihat saat menekuk Australia pada laga terakhir yang sudah tidak menentukan.

Inggris menjadi tim kedua dari liga elit eropa yang angkat koper.
Berada di grup maut bersama Italia,Uruguay dan Kosta Rika, Inggris sesungguhnya masih menyimpan optimisme untuk lolos dari fage grup, minimal sebagai runner up.
Kenyataannya? Kosta Rika yang menjadi juara grupnya!!
Kepantasan Kosta Rika menjadi juara grup makin kuat karena dari tiga tim mantan juara dunia di grup maut ini, tidak ada satupun yang mampu mengalahkan Kosta Rika.

Italia adalah tim terakhir yang menyusul rombongan liga elit eropa pulang kampung lebih awal.
Kekalahan kontra Uruguay dipicu kejutan pada pertandingan sebelumnya saat ditaklukkan Kostra Rika.
Kekalahan dari Kosta Rika mendorong Italia pada duel hidup mati dengan Uruguay....dan Uruguay tampaknya jauh lebih siap untuk memenanginya.

Tersingkirnya tiga tim nasional dari negara pemilik Liga Italia, Liga Spanyol dan Liga Inggris ini juga menjadi akhir dari penampilan internasional dari tiga maestro lini tengah yang sudah wara wiri mentas di panggung sepakbola dunia.
Jika melihat umur dari ketiga gelandang ini yang sudah berkisar di umur 34 tahun lebih maka boleh jadi event Piala Dunia Brazil menjadi panggung terakhir yang menampilkan aksi-aksi menawan mereka.
Mereka adalah Xavi Hernandez, Steven Gerrard dan Andrea Pirlo.

Kita mulai dari Xavi Hernandez.
Hasil gambar untuk xavi hernandez
Kiprahnya bersama Spanyol berbuah trofi Piala Eropa 2008 dan 2012 serta Piala Dunia 2010.
Prestasi yang mungkin sangat sulit untuk diulangi gelandang manapun...bahkan maestro lapangan tengah sekelas Zinedine Zidane pun tidak mampu mencapai prestasi secemerlang Xavi.
Bersama Andres Iniesta yang lebih muda, Xavi membentuk duo lini tengah yang dinamis.
Kehebatan keduanya sampai memunculkan julukan "Xaviesta".
Keduanya cemerlang di tim nasional dan hebat di klub.
Ketiadaan Xavi sebagai starter di laga-laga Spanyol dalam fase grup Piala Dunia 2014 terbukti membuat Iniesta tidak optimal.
Xavi adalah maestro lapangan tengah Spanyol.
Spanyol akan sangat merindukannya walaupun dibelakang Xavi sudah menunggu Fabregas, David Silva dan Juan Mata.

Dari Inggris, maestro lini tengah yang memasuki usia senja di timnas adalah sang kapten Steven Gerrard.
Hasil gambar untuk steven gerrard
Gerrard adalah satu dari empat gelandang hebat Inggris dalam satu generasi emas yang dijuluki fantastic four yang terdiri dari David Beckham, Frank Lampard, Joe Cole dan Steven Gerrard sendiri.
Penampilan keempatnya secara bersamaan hanya terjadi pada Piala Dunia 2006 di Jerman.
Kala itu, keempatnya hanya sanggup mengantar Inggris melaju sampai perempat final.
Saat Bekcham sudah pensiun, Joe Cole terus mengalami penurunan performa dan Lampard makin sering berada di bangku cadangan, hanya Gerrard yang masih bertahan sebagai pilihan utama di atas lapangan.
Sayang memang, dalam dua kali kesempatan memimpin timnas Inggris di piala dunia 2010 dan 2014 sebagai kapten , Gerrard tidak mampu memberikan prestasi hebat.
Kegagalan Inggris boleh jadi akan mendorong revolusi besar-besaran di tubuh timnas Inggris, apalagi jika melihat deretan gelandang muda yang sudah siap menggantikan Gerrard.
Inggris kini bersiap meninggalkan era Gerrard dan menyambut era Barkley, Henderson dan Wilkshere.
    
Yang terakhir dan ini dia yang paling sulit dicari penggantinya, Andrea Pirlo.
Hasil gambar untuk andrea pirlo
Peran Pirlo dalam mengantarkan Italia meraih piala dunia 2006 adalah yang paling dikenang publik Italia selain peran besarnya mengantar Italia ke final piala eropa 2012.
Bermain sebagai deep playmaker, keberadaan Pirlo sangat istimewa di Italia.
Jika Spanyol mendapatkan pengganti Xavi pada diri Fabregas, Silva dan Juan Mata serta Inggris melihat penerus Gerrard pada sosok Barkley, Wilkshere dan Jordan Henderson maka Italia sampai saat ini belum yakin sudah menemukan pengganti Pirlo.
Banyak gelandang bagus di Italia, tetapi belum ada yang mampu menjalankan peran deep play maker sebaik Pirlo.
Bahkan AC Milan selepas ditinggal Pirlo belum mampu menemukan sosok deep playmaker yang mengantarkan AC Milan meraih liga Champions 2003 dan 2007 itu.
Ricardo Montolivo yang digadang-gadang sebagai the next Pirlo pun belum menunjukkan kapasitasnya untuk menjadi penerus Pirlo.
Alhasil, jika Buffon sudah memiliki pelapis sekelas Mattia Perrin, Salvatore Sirigu dan Federico Marchetti di bawah mistar gawang maka di lini tengah Italia masih mencari pemain yang pantas meneruskan peran Pirlo.
Peluang itu ada pada Montolivo dan Marco Veratti.
Dan waktu yang akan menunjukkan kepantasan keduanya meneruskan aksi-aksi Pirlo.

So...piala dunia 2014 menjadi panggung perpisahan yang pahit bagi tiga gelandang elegan dan berkelas ini.
Tim yang dibelanya tidak mampu lolos dari fase grup,
Meski demikian, kegagalan ini tidak menghapus semua kualitas yang pernah mereka pertontonkan kepada penggemar sepakbola di seluruh dunia.
Terimakasih Pirlo, Xavi dan Gerrard.

Komentar

  1. Bro, ijin artikelnya keren sekali....hehehehe maaf neeh ijin Copas ya.....skalian ngeshare....

    BalasHapus
    Balasan
    1. silakan mas bro...sesama pecinta bola monggo aja..:)

      Hapus
  2. Yang pernah juara dunia cuma Pirlo dan Xavi..Gerrard belum pernah, tapi itu tidak mengurangi respek terhadap kualitas skill mereka..respect for the..:)

    BalasHapus

Posting Komentar