Spanyol di Piala Dunia 2014, Akhir Era Keemasan Sistem Tiki Taka

Hasil gambar untuk iker casillas piala dunia 2014
Kejutan besar mengenai performa buruk juara bertahan di ajang Piala Dunia kembali berlanjut.
Setelah piala dunia 2010 di Afrika Selatan menjadi saksi kegagalan Italia (juara piala dunia 2006) lolos dari fase grup maka piala dunia 2014 di Brazil menjadi saksi untuk kejutan yang sama saat juara bertahan piala dunia gagal lolos dari fase grup.

Kegagalan Spanyol merupakan kejutan terbesar piala dunia.
Kadarnya sangat berbeda dengan kegagalan Italia di piala dunia 2010.
Kegagalan Italia di piala dunia 2010 adalah kelanjutan performa buruk mereka di piala eropa 2008 bersama Roberto Donadoni dan puncaknya adalah saat mereka tidak mampu lolos dari fase grup piala dunia 2010 meskipun pelatih bertangan emas sekelas Marcello Lippi turun tangan kembali memimpin team.
Regenerasi pemain yang kurang baik menjadi alasan terbesar untuk kegagalan tersebut.

Lalu ketika sekarang kejadian yang sama menimpa Spanyol, apa yang salah pada tim ini?
Performa mereka di turnamen internasional sedang bagus-bagusnya.
Spanyol adalah juara piala eropa 2008, juara piala dunia 2010 dan juara piala eropa 2012.
Di level junior, para pemain pelapis mereka menjuarai piala eropa U 21 selama dua kali berturut-turut pada 2011 dan 2013.
Posisi pelatih pun tidak banyak berpengaruh pada prestasi tim ketika Luiz Aragones menyerahkan tongkat kepemimpinan kepada Vicente Del Bosque, bahkan Del Bosque mencatatkan prestasi yang lebih mentereng.
Para punggawa Spanyol adalah pemain-pemain andalan di klub masing-masing dengan raihan prestasi yang maksimal.
Iker Casillas, Sergio Ramos dan Xabi Alonso adalah pemain inti Real Madrid yang baru saja memenangi Liga Champion.
Diego Costa adalah penyerang tajam baru dari ranah Spanyol yang baru saja meraih juara liga Spanyol bersama Atletico Madrid.
Iniesta, Pique dan Pedro masih menjadi andalan di Barcelona yang musim ini untuk pertama kalinya merasakan musim tanpa gelar.
Tunggu...tanpa gelar?
Yah, Barcelona musim ini menjalani musim tanpa gelar.
Sistem tiki taka untuk pertama kalinya gagal memberikan gelar bagi Barcelona.
Inikah alasan terbesar mengapa Spanyol gagal menunjukkan performa terbaiknya di Brazil?
Ingat, tiki taka adalah sistem permainan Spanyol yang dikembangkan dari sistem permainan Barcelona.

Tiki taka Barcelona sejatinya sudah mulai memperlihatkan kelemahannya saat seorang Jose Mourinho mempertontonkan sistem anti tiki taka pertama kalinya dalam laga semifinal liga champion Inter Milan vs Barcelona di tahun 2010.
Mourinho membangun sistem permainan ketat dan cenderung ultra defensif untuk mematikan sistem tiki taka Barcelona.
" Mourinho menempatkan bus bertingkat di depan gawangnya" demikian komentar para pengamat bola saat menyaksikan laga tersebut, tentu Barcelona termasuk yang berpendapat sama.
Mourinho tidak kalah cerdas menjawab tudingan tersebut.
"silahkan mereka bermain dengan bola dan memenangi penguasaan bola, kami hanya ingin menang" ujar the special one.
Sejarah mencatat, Barcelona gagal ke final dan Inter Milan terus melaju memenangi trofi liga champions 2010.

Pada piala dunia di tahun yang sama, Spanyol dengan tiki taka nya masih berjaya dengan memenangi piala dunia.
Tapi ingatlah bahwa Belanda yang menjadi lawan mereka di final mempertontonkan strategi anti tiki taka.
Strategi tersebut sangat manjur memaksa Spanyol melalui perpanjangan waktu untuk bisa meraih gelar juara.
Bahkan pada beberapa momen pertandingan bisa saja Belanda yang menjadi juara jika saja Arjen Robben mampu lebih dingin mengeksekusi duel satu lawan satu dengan Iker Casillas.
Pada momen ini sesungguhnya dunia sudah mulai membaca kelemahan sistem tiki taka.

Piala eropa 2012 boleh jadi adalah panggung terakhir kesuksesan tiki taka Spanyol karena setelahnya Spanyol gagal di piala konfederasi 2013 dan hancur lebur di piala dunia 2014.
Bagaimana dengan Barcelona yang menjadi asal mula tiki taka?
Musim 2013/2014 ini mereka mengakhirinya tanpa gelar.
Musim sebelumnya Barcelona masih mampu mengamankan trofi liga Spanyol, namun perhatikan bagaimana Bayer Muenchen menghajar mereka habis-habisan di laga semifinal liga champion dengan agregat 7-0..wow!!
Semusim sebelumnya tanda-tanda kejatuhan sistem ini sudah terbaca.
Liga champions 2012 mengulang kembali pelajaran bagaimana menaklukkan tim yang bermain dengan sistem tiki taka.
Chelsea adalah pelakunya dan Barcelona lagi-lagi menjadi contoh kegagalan sistem tiki taka.
Chelsea menapak tilas jejak anti tiki taka Inter Milan saat mempencundangi Barcelona di laga semifinal.

Dan kini Spanyol gagal total di piala dunia 2014.
Tidak ada yang salah dengan regenerasi pemain mereka.

Casillas yang mulai dimakan usia sudah menemukan pengganti dalam diri David De Gea.
Di depan kiper, Sergio Ramos dan Gerrard Pique masih berada dalam usia emas.
Saat Xavi Hernandez sudah tidak mampu mengimbangi Iniesta, Spanyol masih mempunyai Fabregas dan Juan Mata.
Saat Pedro berada dalam usia matang, di sisi sayap ini Spanyol masih memiliki David Silva.
Lini depan Spanyol pun dihuni jajaran penyerang kelas dunia seperti Diego Costa, Fernando Llorente, Torres dan sudah menunggu dibelakang mereka sejumlah pemain muda seperti Alvaro Morata dan Adrian Lopez.
Dari sisi pelatih pun Spanyol tinggal memilih sejumlah pelatih bertangan dingin berkebangsaan Spanyol yang sudah terbukti sukses di level klub seperti Rafael Benitez dan Pep Guardiola.

So, sekarang sudah jelas bahwa sistem tiki taka yang selama ini jadi senjata andalan Spanyol kini berubah menjadi titik lemah mereka.
Kegagalan ini tidak serta merta mewajibkan Spanyol untuk mengubah total sistem permainan mereka tetapi menjadi bahan pelajaran bagus untuk memperbaiki dan mengembangkan sistem tiki taka.
Dalam hal ini Spanyol bisa belajar dari Belanda yang meninggalkan formasi klasik total footbal 4-3-3 dan memodifikasinya dalam the new total football dalam formasi 5-3-2.
Berani Spanyol?




Komentar

  1. Artikelnya keren bung, tapi sayangnya spanyol sudah tidak bisa melaju lagi...hehehhe

    BalasHapus
  2. sekarang jadi menarik menunggu reaksi Spanyol untuk bangkit dari kehancuran di piala dunia 2014..kita akan lihat buah perbaikannya di piala eropa 2016 Prancis

    BalasHapus

Posting Komentar