Alessio Romagnoli, Kepingan Terakhir Kebangkitan AC Milan

Hasil gambar untuk alessio romagnoli ac milan
Kedatangan Alessio Romagnoli ke kota Milan memastikan AC Milan dalam posisi sangat siap menyambut musim kompetisi 2015/2016.
Ya, Romagnoli boleh jadi merupakan kepingan terakhir yang dibutuhkan AC Milan untuk bangkit kembali menjadi tim yang disegani di Italia dan Eropa.
Dua musim beruntun terpuruk di papan tengah Serie A dan tidak tampil di kompetisi Eropa merupakan kemunduran drastis bagi klub yang mengklaim sebagai pemilik "DNA Eropa" (merujuk pada pencapaian 7 trofi Liga Champions atau terbanyak kedua setelah Real Madrid), sekaligus mentasbihkan AC Milan sebagai klub Italia tersukses di Liga Champions, status yang tidak bisa diklaim Juventus dan Inter Milan.
Kehadiran Alessio Romagnoli di Milanello juga membuka nostalgia mengenai Alessandro Nesta, sosok di lini pertahanan Milan yang berperan besar dalam periode keemasan Milan bersama Ancelotti dan pencapaian Scudetto terakhir bersama Allegri.
Bukan kebetulan jika bersama Ancelotti dan Allegri, Milan menancapkan kejayaan lewat komposisi skuad yang memadai dari lini depan, tengah sampai belakang.
Coba ingat kembali bagaimana cerita saat Nesta hadir di San Siro.
 Hasil gambar untuk alessandro nesta
Kedatangan Nesta dari Lazio ke AC Milan pada 2002 dianggap menjadi kepingan terakhir yang dibutuhkan Milan saat itu untuk bangkit bersama Ancelotti.
Saat itu AC Milan sudah memiliki komposisi penyerang nan handal dalam diri Andriy Shevchenko, Filippo Inzaghi dan Jon Dahl Tomasson.
Situasinya mirip dengan era Allegri yang memiliki sosok Robinho, Pato, Cassano dan Ibrahimovic di lini depan.
AC Milan era Ancelotti juga menumpuk sejumlah gelandang berkelas untuk memastikan mereka menguasai lapangan tengah.
Jika saat itu Ancelotti memiliki Rui Costa, Clarence Seedorf, Andrea Pirlo, Ambrosini dan seorang breaker seperti Gattuso maka Allegri masih memiliki Seedorf dan Pirlo ditambah Van Bommel dan Kevin Prince Boateng.
Persoalan muncul saat Ancelotti belum menemukan duet bek tengah yang tangguh meski saat itu sudah ada nama Roque Junior, Martin Laursen, Costacurta dan Maldini.
Kedatangan Nesta menjadi pelengkap kepingan terakhir kebangkitan Milan bersama Ancelotti.
Duet Nesta dan Maldini di jantung pertahanan menjadi tembok kokoh yang berbuah 2 gelar Liga Champions 2003 dan 2007, Scudetto 2004 dan Piala Dunia Antar Klub 2007.
Hal serupa terjadi saat Allegri hadir pertama kali di San Siro.
Allegri menemukan lini pertahanan yang rapuh seiring ketidakmampuan Daniele Bonera dan Nicola Legrottaglie berduet dengan Alessandro Nesta yang kehilangan tandem sekelas Paolo Maldni (pensiun tahun 2009).
Kehadiran Thiago Silva saat itu kemudian menjadi pelengkap kepingan terakhir AC Milan untuk bangkit.
Sejarah kemudian berbicara saat Nesta bersama tandem barunya Thiago Silva berhasil mengantar Milan meraih Scudetto 2011 di musim debut Allegri.

Dua situasi saat Ancelotti dan Allegri mulai menangani Milan mencuatkan benang merah bahwa kepingan terakhir kebangkitan AC Milan sesungguhnya terletak di lini pertahanan.
Sejarah sukses AC Milan sendiri menjadi saksi bahwa periode emas AC Milan dalam 30 tahun terakhir terjadi saat mereka memiliki sosok Franco Baresi, Paolo Maldini, Alessandro Nesta dan Thiago Silva sebagai penanda Scudetto terakhir yang berhasil diraih Milan.
Faktanya, kepergian Thiago Silva dan Alessandro Nesta pada 2012 menjadi awal malapetaka kejatuhan AC Milan.
Milan kehilangan keping pelengkap sukses dan sejak saat itu AC Milan tidak pernah memenangkan trofi juara lagi.
Hal serupa tidak terjadi saat Baresi pensiun karena setelahnya Maldini maju menjadi kepingan sukses bersama Nesta dan kemudian berlanjut ke Thiago Silva.
Setelahnya? tidak ada nama yang menggetarkan lini penyerangan lawan di jantung pertahanan Milan.
Maka, kehadiran Romagnoli (yang kebetulan dijuluki The Next Alessandro Nesta) mencuatkan optimisme bahwa kepingan terakhir untuk sukses itu sudah ditemukan.

Situasi yang ditemui Miha sesungguhnya identik dengan yang dialami Ancelotti dan Allegri.
Miha mendapati AC Milan saat ini memiliki komposisi penyerang yang menjanjikan dalam diri Carlos Bacca, Luiz Adriano dan Jeremy Menez.
Di lini tengah Miha dibekali sejumlah gelandang berkelas seperti Bonaventura, Bertolacci, Keisuke Honda, Montolivo dan seorang breaker seperti De Jong....tidak kalah dengan gelandang di era Ancelotti dan Allegri.
Persoalan yang dihadapi Miha sama yaitu tidak ada sosok di jantung pertahanan yang benar-benar meyakinkan.
Meski sudah memiliki Phillipe Mexes, Gabriel Paletta dan Cristian Zapata, Mihajlovic masih belum yakin dengan komposisi lini pertahanan ini.
Dan Miha memandang Romagnoli sebagai satu-satunya solusi terbaik untuk meningkatkan kualitas lini pertahanan Milan.

Mihajlovic merasakan sendiri bagaimana dampak positif 30 penampilan Romagnoli di Sampdoria musim lalu saat dipinjam dari AS Roma berhasil membawa Sampdoria bertengger di posisi 7 klasemen, lebih tinggi dari pencapaian AC Milan musim lalu di posisi 10.
Bersama Romagnoli, Mihajlovic menempatkan Sampdoria sebagai tim dengan pertahanan terbaik kelima di Serie A musim lalu lewat catatan kebobolan hanya 42 gol berbanding 50 gol yang bersarang ke gawang Rossoneri.
Catatan kebobolan Sampdoria bahkan lebih baik dari team seperti Fiorentina dan Napoli yang berada di atasnya. 
Jadi sangat wajar jika Romagnoli menjadi incaran utama Sinisa Mihajlovic sejak resmi menjabat sebagai pelatih baru Milan.
Romagnoli dipandang sebagai kepingan terakhir yang dibutuhkan Milan untuk bangkit.
Dan kepingan terakhir itu sudah ditemukan.
AC Milan kini sudah sangat siap menyongsong musim kompetisi yang baru sebagai momen untuk kembali menjadi tim yang disegani di Italia dan Eropa.

Tulisan ini juga dimuat di Harian Top Skor edisi Kamis 13 Agustus 2015

Komentar