Menyaksikan "Civil War" Ala Liga Inggris
Mengapa film-film yang menyatukan para Superhero ke
dalam satu film begitu mudah menyedot jumlah penonton yang banyak?
Sederhana saja, karena manusia cenderung tidak puas
dengan hanya memiliki satu.
Jika seseorang bisa mendapatkan lebih dari satu maka mengapa
puas dengan satu saja.
Toh, iklan sebuah Mie Instan pun bisa-bisanya
mengatakan “Dua Lebih Baik” sebagai penegasan bahwa lebih dari satu itu
berkonotasi memuaskan.
Mohon jangan
arahkan pikiran anda ke pembahasan Poligami karena tulisan ini tidak sedang
membahas itu.
Begitulah, ketika dalam sebuah film Civil War anda
bisa sekaligus menonton aksi Spiderman, Iron Man, Captain America, Ant Man dan
yang lain bertemu dalam satu film maka kepuasan adalah jaminannya.
Konsep menyatukan beberapa daya tarik tontonan
kedalam satu wadah ini yang sadar atau tidak sadar dilakukan Liga Inggris.
Keberadaan bintang-bintang sepakbola dunia disana
menjadi daya tarik tontonan setiap pekan.
Hal ini dipadu dengan tingkat persaingan di Liga
Inggris yang ketat dan memacu adrenalin penonton.
Liga Inggris bukan sebuah liga domestic yang dimulai dengan
90% prediksi juara sudah bisa ditebak seperti halnya orang akan menunjuk Bayer
Muenchen di Bundesliga Jerman, PSG di Ligue 1 Prancis atau duo Real Madrid dan
Barcelona di La Liga Spanyol serta
Juventus di Serie A Italia sebagai calon kuat juara.
Anda tidak bisa serta merta menjagokan Chelsea,
Manchester United (MU), Man City, Arsenal atau Liverpool saat musim kompetisi
akan bergulir.
Liga Inggris punya banyak klub yang berpotensi
membuat nama-nama klub diatas gagal mentas menjadi juara.
Keberadaan Tottenham Hotspurs dan Leicester City di
papan atas dalam perebutan gelar juara Liga Inggris musim lalu menunjukkan
bahwa Liga Inggris menawarkan kompetisi yang lebih ketat.
Inilah pula yang jadi daya tarik kompetisi ini meski
pemain terbaik dunia seperti Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo (CR7) tidak
merumput disini.
Sebuah konsultan riset bisnis dan olahraga Sport +
Mark pernah mengeluarkan data pada tahun 2011 yang menegaskan bahwa Liga
Inggris adalah liga sepakbola paling digemari di dunia.
Tidak main-main, lebih dari 3 milyar orang menyaksikan
Liga Inggris dari rumah dan 700 juta lebih menonton secara tersebar dari bar dan
kafe di seluruh dunia.
Angka 5 tahun lalu itu dipastikan tidak akan
berkurang dan bahkan mungkin bertambah di musim depan.
Apalagi jika menimbang bahwa musim baru Liga Inggris
dipastikan akan berjalan lebih ketat dan
seru.
Bukan….bukan karena Zlatan Ibrahimovic akhirnya mau bermain
di Liga Inggris usai menjajal Liga Italia dan Liga Spanyol.
Ibarat film Civil War, Ibra hanyalah seorang Falcon
yang berada dibalik bayang-bayang Captain America, dia tokoh penting tapi bukan
tokoh utama.
Liga Inggris musim depan dipastikan berjalan ketat
karena kehadiran pakar-pakar taktik sepakbola disana.
Jika anda termasuk penonton Civil War yang
terkagum-kagum atau mungkin sampai baper dengan adegan pertempuran di
bandara udara antara team Iron Man yang dihuni Vision, Black Panther, War Machine,
Spiderman dan Black Widow melawan team Captain America yang berisi Ant Man,
Hawkeye, Winter Soldier dan Scarlet Witch, tentu anda tidak akan kalah girang
mendapati bahwa sekumpulan Manager papan atas kini bakal beradu kemampuan di
Liga Inggris musim depan.
Ya, Liga Inggris tidak hanya menawarkan deretan
bintang sepakbola dan pertarungan sengit menuju tangga juara tetapi kini juga
menawarkan perang strategi dari sejumlah Manager papan atas sepakbola dunia.
Bagaimana anda menyebut sebuah kompetisi yang mempertemukan
Arsene Wenger, Pep Guardiola, Antonio Conte, Juergen Klopp dan Jose Mourinho di
dalam satu liga domestic? (jangan lupa masukkan nama Mauricio Pochettino dan
Claudio Ranieri)
Liga Champions?
Bukan, karena tidak ada kepastian bahwa Manager-Manager
papan atas itu akan berduel satu sama lain di kompetisi antar klub Eropa
tersebut.
Tetapi di Liga Inggris, setiap Manager itu dipastikan
tidak hanya saling beradu taktik menuju tangga juara tetapi juga akan saling
menjatuhkan karena minimal akan bertemu dan bertarung 2 kali dalam satu musim
kompetisi.
Ini belum mempertimbangkan kemungkinan mereka bertemu
juga di Piala Liga dan Piala FA.
Ya, inilah Civil War versi Liga Inggris ketika
orang-orang hebat ini disatukan dalam satu kompetisi dan mau tak mau harus
saling bertarung.
Simak catatan masing-masing manager papan atas
tersebut.
Arsene Wenger – pemenang dua kali double winner FA
Cup dan Liga Inggris bersama Arsenal
Pep Guardiola – pelatih tersukses Barcelona dengan
raihan juara La Liga, Liga Champions dan menjuarai Bundesliga bersama Bayer
Muenchen.
Antonio Conte – Hattrick Scudetto bersama Juventus,
salahsatunya diraih tanpa pernah kalah..wow
Juergen Klopp – Dua kali melewati hegemoni Muenchen
dengan membawa Borussia Dortmund juara Liga Jerman dan meloloskan klub itu ke
final Liga Champions 2012/2013.
Pada kesempatan pertama menangani Liverpool langsung
membawa The Reds ke final Piala Liga dan Europa League (padahal Klopp belum
menangani semusim penuh)
Jose Mourinho – juara di Liga Inggris, Liga Italia
dan Liga Spanyol (tiga liga populer di Eropa) dan dua kali memenangkan Liga
Champiosn…ckckck.. He is really The
Special One
Kapan lagi anda mendapati manager-manager hebat ini
berada di dalam satu liga domestic?
Bayangkan serunya pertemuan Arsenal dan Man City
nanti.
Pertemuan Arsene Wenger dan Pep Guardiola yang sama-sama
mempunyai filosofi permainan menyerang dengan mengedepankan penguasaan bola
bakal jadi tontonan menarik.
Bagaimanapun, Arsenal kerap dipandang sebagai tim
yang paling mendekati gaya permainan tiki taka saat Barcelona masih ditangani
Pep.
Atau simak duel yang akan mempertemukan Antonio Conte
dan Jose Mourinho.
Drama sudah pasti akan tersaji ketika Conte yang
menangani Chelsea akan berhadapan dengan Jose Mourinho, mantan Manager The
Blues yang masih punya ikatan psikologis kuat di hati fans Chelsea.
Di luar drama, adu strategi bakal jadi tontonan seru.
Bukan rahasia lagi ketika Conte mencuat saat membawa
Juventus meraih gelar Scudetto, orang-orang sering menyebutnya sebagai Jose
Mourinho baru di Serie A, merujuk pada kiprah The Special One saat menangani
Inter Milan.
Kedua pelatih punya karakter keras dan disiplin
kepada tim asuhannya.
Keduanya juga tidak segan-segan memainkan sepakbola
yang mementingkan hasil akhir.
Maka ketika keduanya nanti beradu taktik diatas
lapangan hijau, pencinta sepakbola mana yang begitu bodoh untuk tidak
menyaksikan laga Chelsea vs MU?
Jangan lupakan pula bahwa Liga Inggris dipastikan
masih akan menyajikan duel klasikWenger melawan Mourinho yang penuh ketegangan.
Atau jika memasukkan nama Pochettino dan Ranieri, dua
manager yang bersinar musim lalu, Liga Inggris jelas menjadi ajang pertarungan
yang sesungguhnya bagi manager sepakbola papan atas.
Pun jika melihat potensi keseruan laga-laga yang
melibatkan Liverpool dengan Juergen Klopp.
Ditengah hingar bingar keberadaaan Pep Guardiola dan
Jose Mourinho kembali dalam satu liga domestic, Klopp adalah sosok ketiga yang
punya potensi menyeruak mencuri perhatian.
Bagaimanapun Juergen Klopp bersama Borussia Dortmund
sudah membuktikan, terutama kepada Pep Guardiola bahwa tanah Jerman tidak mudah
untuk dikuasai.
Racikan Klopp pernah mengagalkan Guardiola bersama
Muenchen memenangkan trofi Piala Jerman.
Jangan lupakan juga bahwa Borussia Dortmund yang
diasuh Klopp lah yang mengandaskan langkah Jose Mourinho bersama Real Madrid di
semifinal Liga Champions musim 2012/2013.
Liga Inggris jelas sudah menaikkan daya tarik mereka
dengan keberadaan manager-manager papan atas di kompetisi ini.
Saking besarnya daya tarik keberadaan manager-manager
itu, kedatangan sosok sekelas Jorge Sampaoli dan Juande Ramos ke La Liga Spanyol seperti
tidak terdengar gaung beritanya.
Padahal nama Sampaoli dan Ramos bisa dikategorikan sebagai
nama manager yang punya prestasi untuk dikaitkan dengan klub elit.
Sampaoli mengantar Cile juara Copa America 2015 dan
itu sempat membuatnya jadi calon manager Chelsea.
Apalagi dengan sosok Ramos, mantan Manager Real
Madrid dan Tottenham Hotspurs yang membawa Sevilla juara UEFA Cup (sekarang
Europa League) dua musim beruntun 2005/2006 dan 2006/2007.
Berita kedatangan mereka ke La Liga tidak seheboh
kala Conte, Guardiola dan Mourinho memastikan tempat di bangku cadangan klub
Liga Inggris.
Jika mau lebay,
El Classico yang selama ini diagung-agungkan La Liga sebagai salahsatu tontonan
sepakbola yang konon paling menyedot perhatian setelah final Liga Champions patut berhati-hati menyimak potensi derby
Manchester menjadi tontonan dunia yang lebih menarik.
Ya, pertemuan kembali Pep Guardiola di kubu biru
Manchester dengan Mourinho di kubu merah Manchester adalah lakon yang paling
dinantikan di Liga Inggris musim depan.
Dalam Civil War, ini ibarat klimaks saat penonton
menunggu duel satu lawan satu antara Iron Man vs Captain America.
Pep Guardiola dan Jose Mourinho adalah puncak euforia
dari keberadaan manager-manager papan atas dunia di Liga Inggris.
Apalagi dengan menambahkan bumbu bahwa keduanya akan
terlibat dalam duel prestisius antar klub sekota di Manchester.
Sekedar mengingatkan saja, laga El Classico yang
mementaskan racikan Pep di Barcelona dan Mourinho di Real Madrid selalu
menghadirkan ketegangan dan keseruan layaknya sebuah final Piala Dunia atau
partai puncak Liga Champions.
Liga Inggris sungguh beruntung mendapati keduanya
berada di dalam satu kompetisi negara tersebut.
Keduanya melengkapi manager-manager papan atas lain
yang berada disana.
Bersiaplah menyaksikan Civil War ala Liga Inggris.
Twitter @rizkimaheng
Twitter @rizkimaheng
Komentar
Posting Komentar