Juventus Membuat Serie A Italia Seperti Bundesliga

Hasil gambar untuk juventus scudetto 2016
Jangan terburu-buru menyebutkan Bundesliga Jerman sebagai liga sepakbola domestic yang paling tidak menantang dan cenderung monoton di Eropa.
Serie A berpotensi atau bahkan sudah menjadi monoton seiring hegemoni Juventus yang tidak kunjung berakhir.
Si Nyonya Tua sudah menguasai Liga Italia selama lima musim beruntun dan sepertinya masih akan terus seperti itu di musim Serie A yang baru.
Hal serupa juga sedang terjadi di Bundesliga.
Bayern Muenchen sudah empat musim beruntun merajai Liga Jerman dan sepertinya juga masih akan menjaga status sebagai penguasa Liga Jerman.
Kondisi yang terjadi di Bundesliga dan Serie A jelas berbeda dengan situasi di La Liga dan Premier League.
Meski La Liga cenderung didominasi Real Madrid dan Barcelona sebagai dua kekuatan utama, tetapi kejadian dominasi sebuah klub sampai empat musim bahkan lebih tidak terjadi di tanah Spanyol.
Dalam lima tahun kebelakang, hanya dua musim terakhir terjadi  klub menjuarai La Liga beruntun yaitu saat Barcelona menjuarai La Liga musim lalu dan musim sebelumnya.
Sisanya, Real Madrid dan bahkan Atletico Madrid bergantian menjadi juara.
Lima musim terakhir di Liga Inggris bahkan belum sekalipun memunculkan klub yang bisa melakukan back to back mempertahankan titel juara liga.
Apa yang terjadi saat ini di Serie A Italia terbilang ironis jika dibandingkan dengan situasi di Bundesliga Jerman.
Dominasi Bayern Muenchen di Jerman sesungguhnya bukan hal yang asing sehingga munculnya nama FC Hollywood sebagai juara  Bundesliga selama 4 musim beruntun bukan sebuah kejadian luar biasa.
Bundesliga memang bukan kompetisi yang seketat Liga Italia.
Hanya ada Muenchen yang punya kekuatan diatas rata-rata dalam kompetisi.
Adapun klub-klub lain harus membuat “kejutan” untuk bisa melangkahi Muenchen seperti yang pernah dilakukan Borussia Dortmund, Wolfsburg dan Stuttgart.
Maka ketika Juventus menguasai Serie A Italia selama lima musim beruntun dan masih jadi kandidat kuat untuk memenangkan gelar keenam secara beruntun, Liga Italia tampak seperti Bundesliga.

Orang mungkin bisa memahami hegemoni Muenchen di Bundesliga karena ketiadaan klub-klub yang berpotensi kuat mengganjal Muenchen.
Dortmund, Wolfsburg dan Stuttgart adalah tipikal klub pengganggu, bukan pengganjal.
Muenchen bahkan lebih pantas berada di Liga Champions dan berkompetisi di La Liga atau Premier League.
Tetapi di Italia, Juventus sebenarnya tidak kekurangan rival yang bukan sekedar berpotensi mengganggu tetapi juga siap mengganjal ambisi Si Nyonya Tua.
Duo Milan, AC Milan dan Inter Milan adalah rival tradisional Juventus yang seburuk apapun kondisinya selalu punya potensi mengganjal Buffon dkk.
Hasil gambar untuk buffon juventus
Di luar kedua klub itu, Juventus juga dihadapkan pada tantangan AS Roma dan Napoli, dua tim yang dalam beberapa musim terakhir mengganti peran duo Milan sebagai competitor utama Juventus menuju Scudetto.
Cukup?
Belum berhenti dengan empat klub diatas, Serie A juga masih punya Fiorentina dan Lazio yang sewaktu-waktu siap menjelma jadi kuda hitam yang menghambat perjalanan Juventus.

Dengan kondisi Serie A yang sesungguhnya dihuni tim-tim yang kompetitif, pemandangan Juventus juara sampai 5 musim beruntun adalah sebuah ironi.
Serie A berpotensi menjadi monoton seperti Bundesliga jika rival-rival Juventus tidak segera menemukan kondisi terbaik mereka untuk bertarung mengejar Scudetto.
Apalagi jika melihat bagaimana persiapan tim-tim jelang Serie A bergulir.
Perhatikan bagaimana Juventus memperkuat diri dengan mendatangkan Gonzalo Higuain, Dani Alves, Miralem Pjanic, Medhi Benatia dan Marko Pjaca.
Juve boleh saja kehilangan Morata dan Pogba tetapi mereka mendapatkan pengganti yang tidak kalah menjanjikan kualitasnya.
Di sisi lain, keberhasilan Juve menggaet Higuain serta Pjanic dari Napoli dan AS Roma secara tidak langsung menggerus kekuatan rival mereka, hmmm…cerdas.
Napoli sendiri mendatangkan Arkadiusz Milik dan Giacherini untuk melengkapi skuad yang sudah berisikan Marek Hamsik, Lorenzo Insigne, Pepe Reina dan Dries Mertens.
Adapun Roma memastikan kehadiran Wojciech Szczesny dan Thomas Vermaelen untuk memperkuat lini pertahanan mereka sembari mempermanenkan Mohammed Salah dan Stephan El Sharawy.
Bagaimana dengan duo Milan?
Baik AC Milan dan Inter Milan akan memulai Serie A bersama pelatih baru sehingga sulit dipungkiri bahwa proses adaptasi tim dengan konsep Montella dan De Boer masih akan berlangsung diawal-awal musim.
Dengan komposisi yang berisikan Mauro Icardi, Stevan Jovetic, Ever Banega, Miranda, Samir Handanovic dan Ivan Perisic, Inter Milan punya peluang menyodok ke pertarungan perebutan Scudetto.
Pun dengan materi Milan yang berisikan Romagnoli, Donnaruma, Sciglio, Carlos Bacca dan Montolivo.
Persoalannya adalah mampukah tim-tim rival memperlihatkan mental juara seperti yang dimiliki Juventus?
Materi pemain diantara tim-tim papan atas ini boleh jadi tidak terlalu jauh perbedaan kualitasnya tetapi konsistensi Juventus adalah yang terbaik.
Kisah perjalanan tim-tim papan atas musim lalu adalah gambarannya.

Inter Milan merebut status juara paruh musim namun kemudian berantakan saat pergantian tahun ketika Juve makin sulit ditaklukkan.
Kejadian serupa terjadi saat Napoli dan AS Roma mencoba menguntit terus Si Nyonya Tua.
Terlihat akan bertarung sampai akhir musim, Napoli dan Roma kehabisan tenaga jelang musim berakhir dan harus merelakan Juve melenggang mengangkat trofi Scudetto.
Tidak usah pertanyakan bagaimana dengan Milan.
Tim terbaik Italia di Eropa ini bahkan tidak mampu untuk sekedar lolos ke Liga Europa.
Juve kini bersiap mengejar gelar Scudetto beruntun yang keenam.

Jika rival-rival Si Nyonya Tua tidak segera berbenah terutama dalam hal menjaga konsistensi selama satu musim, maka Juventus bisa beneran menjadikan Serie A Italia semonoton Bundesliga dengan Bayern Muenchennya.
Tulisan ini juga dimuat pada Harian Top Skor edisi Senin 22 Agustus 2016
Twitter @rizkimaheng

Komentar