Juventus Membuat Serie A Italia Seperti Bundesliga
Jangan terburu-buru menyebutkan Bundesliga Jerman
sebagai liga sepakbola domestic yang paling tidak menantang dan cenderung
monoton di Eropa.
Serie A berpotensi atau bahkan sudah menjadi monoton
seiring hegemoni Juventus yang tidak kunjung berakhir.
Si Nyonya Tua sudah menguasai Liga Italia selama lima
musim beruntun dan sepertinya masih akan terus seperti itu di musim Serie A
yang baru.
Hal serupa juga sedang terjadi di Bundesliga.
Bayern Muenchen sudah empat musim beruntun merajai Liga
Jerman dan sepertinya juga masih akan menjaga status sebagai penguasa Liga
Jerman.
Kondisi yang terjadi di Bundesliga dan Serie A jelas
berbeda dengan situasi di La Liga dan Premier League.
Meski La Liga cenderung didominasi Real Madrid dan
Barcelona sebagai dua kekuatan utama, tetapi kejadian dominasi sebuah klub
sampai empat musim bahkan lebih tidak terjadi di tanah Spanyol.
Dalam lima tahun kebelakang, hanya dua musim terakhir
terjadi klub menjuarai La Liga beruntun
yaitu saat Barcelona menjuarai La Liga musim lalu dan musim sebelumnya.
Sisanya, Real Madrid dan bahkan Atletico Madrid
bergantian menjadi juara.
Lima musim terakhir di Liga Inggris bahkan belum
sekalipun memunculkan klub yang bisa melakukan back to back mempertahankan
titel juara liga.
Apa yang terjadi saat ini di Serie A Italia terbilang
ironis jika dibandingkan dengan situasi di Bundesliga Jerman.
Dominasi Bayern Muenchen di Jerman sesungguhnya bukan
hal yang asing sehingga munculnya nama FC Hollywood sebagai juara Bundesliga selama 4 musim beruntun bukan
sebuah kejadian luar biasa.
Bundesliga memang bukan kompetisi yang seketat Liga
Italia.
Hanya ada Muenchen yang punya kekuatan diatas
rata-rata dalam kompetisi.
Adapun klub-klub lain harus membuat “kejutan” untuk
bisa melangkahi Muenchen seperti yang pernah dilakukan Borussia Dortmund,
Wolfsburg dan Stuttgart.
Maka ketika Juventus menguasai Serie A Italia selama
lima musim beruntun dan masih jadi kandidat kuat untuk memenangkan gelar keenam
secara beruntun, Liga Italia tampak seperti Bundesliga.
Orang mungkin bisa memahami hegemoni Muenchen di
Bundesliga karena ketiadaan klub-klub yang berpotensi kuat mengganjal Muenchen.
Dortmund, Wolfsburg dan Stuttgart adalah tipikal klub
pengganggu, bukan pengganjal.
Muenchen bahkan lebih pantas berada di Liga Champions
dan berkompetisi di La Liga atau Premier League.
Tetapi di Italia, Juventus sebenarnya tidak
kekurangan rival yang bukan sekedar berpotensi mengganggu tetapi juga siap
mengganjal ambisi Si Nyonya Tua.
Duo Milan, AC Milan dan Inter Milan adalah rival
tradisional Juventus yang seburuk apapun kondisinya selalu punya potensi
mengganjal Buffon dkk.
Di luar kedua klub itu, Juventus juga dihadapkan pada
tantangan AS Roma dan Napoli, dua tim yang dalam beberapa musim terakhir
mengganti peran duo Milan sebagai competitor utama Juventus menuju Scudetto.
Cukup?
Belum berhenti dengan empat klub diatas, Serie A juga
masih punya Fiorentina dan Lazio yang sewaktu-waktu siap menjelma jadi kuda
hitam yang menghambat perjalanan Juventus.
Dengan kondisi Serie A yang sesungguhnya dihuni
tim-tim yang kompetitif, pemandangan Juventus juara sampai 5 musim beruntun
adalah sebuah ironi.
Serie A berpotensi menjadi monoton seperti Bundesliga
jika rival-rival Juventus tidak segera menemukan kondisi terbaik mereka untuk
bertarung mengejar Scudetto.
Apalagi jika melihat bagaimana persiapan tim-tim
jelang Serie A bergulir.
Perhatikan bagaimana Juventus memperkuat diri dengan
mendatangkan Gonzalo Higuain, Dani Alves, Miralem Pjanic, Medhi Benatia dan
Marko Pjaca.
Juve boleh saja kehilangan Morata dan Pogba tetapi
mereka mendapatkan pengganti yang tidak kalah menjanjikan kualitasnya.
Di sisi lain, keberhasilan Juve menggaet Higuain
serta Pjanic dari Napoli dan AS Roma secara tidak langsung menggerus kekuatan
rival mereka, hmmm…cerdas.
Napoli sendiri mendatangkan Arkadiusz Milik dan
Giacherini untuk melengkapi skuad yang sudah berisikan Marek Hamsik, Lorenzo
Insigne, Pepe Reina dan Dries Mertens.
Adapun Roma memastikan kehadiran Wojciech
Szczesny dan Thomas Vermaelen untuk memperkuat lini pertahanan mereka
sembari mempermanenkan Mohammed Salah dan Stephan El Sharawy.
Bagaimana dengan duo Milan?
Baik AC Milan dan Inter Milan akan memulai Serie A
bersama pelatih baru sehingga sulit dipungkiri bahwa proses adaptasi tim dengan
konsep Montella dan De Boer masih akan berlangsung diawal-awal musim.
Dengan komposisi yang berisikan Mauro Icardi, Stevan
Jovetic, Ever Banega, Miranda, Samir Handanovic dan Ivan Perisic, Inter Milan
punya peluang menyodok ke pertarungan perebutan Scudetto.
Pun dengan materi Milan yang berisikan Romagnoli,
Donnaruma, Sciglio, Carlos Bacca dan Montolivo.
Persoalannya adalah mampukah tim-tim rival
memperlihatkan mental juara seperti yang dimiliki Juventus?
Materi pemain diantara tim-tim papan atas ini boleh
jadi tidak terlalu jauh perbedaan kualitasnya tetapi konsistensi Juventus
adalah yang terbaik.
Kisah perjalanan tim-tim papan atas musim lalu adalah
gambarannya.
Inter Milan merebut status juara paruh musim namun
kemudian berantakan saat pergantian tahun ketika Juve makin sulit ditaklukkan.
Kejadian serupa terjadi saat Napoli dan AS Roma
mencoba menguntit terus Si Nyonya Tua.
Terlihat akan bertarung sampai akhir musim, Napoli
dan Roma kehabisan tenaga jelang musim berakhir dan harus merelakan Juve
melenggang mengangkat trofi Scudetto.
Tidak usah pertanyakan bagaimana dengan Milan.
Tim terbaik Italia di Eropa ini bahkan tidak mampu untuk
sekedar lolos ke Liga Europa.
Juve kini bersiap mengejar gelar Scudetto beruntun
yang keenam.
Jika rival-rival Si Nyonya Tua tidak segera berbenah
terutama dalam hal menjaga konsistensi selama satu musim, maka Juventus bisa
beneran menjadikan Serie A Italia semonoton Bundesliga dengan Bayern
Muenchennya.
Tulisan ini juga dimuat pada Harian Top Skor edisi Senin 22 Agustus 2016
Twitter @rizkimaheng
Tulisan ini juga dimuat pada Harian Top Skor edisi Senin 22 Agustus 2016
Twitter @rizkimaheng
Komentar
Posting Komentar