Ulas Taktik - Hansamu Dan Manahati Membuat Kekuatan Timnas Komplit


Indonesia mendapatkan modal kemenangan berharga 2-1 atas Vietnam pada Leg 1 Semifinal AFF Cup 2016 yang berlangsung di Stadion Pakansari Cibinong 3 Desember 2016.
Kemenangan Indonesia tidak lepas dari keberhasilan Riedl meracik susunan pemain terutama dalam menentukan komposisi lini pertahanan yang ditinggal Fachrudin dan Yanto Basna, dua bek tengah yang selalu jadi pilihan Riedl di fase penyisihan grup.
Tidak seperti saat melawan Siangpura, Riedl kembali mengedepankan formasi 4-4-2 alih-alih mempertahankan formasi 4-2-3-1 yang dipandang sukses mengakomodasi Bayu, Evan dan Lilipaly, tiga gelandang andalan timnas saat ini.

Di bawah mistar gawang, Riedl tetap menurunkan Kurnia Meiga meski desakan agar memainkan Andritany terus bermunculan.
Walaupun sudah kebobolan 7 gol, Kurnia Meiga tampaknya dipandang bukan sebagai sumber permasalahan di lini pertahanan.
Di depan Kurnia Meiga, Riedl “terpaksa” menurunkan duet bek tengah baru seturut akumulasi kartu Facrudin dan Yanto Basna.
Dari tiga bek tengah yang tersisa (Gunawan, Manahati dan Hansamu Yama), Riedl memutuskan untuk menduetkan Hansamu Yama dan Manahati Lestusen.
Sebuah kombinasi bek bertubuh tinggi dan bek yang kokoh secara fisik dimana keduanya diharapkan bisa menghalau bola-bola atas yang datang ke kotak penalti dan mengimbangi kecepatan pemain-pemain  Vietnam.
Di lini tengah, Bayu dan Lilipaly diduetkan kembali dengan pembagian tugas menyerang pada Lilipaly dan Bayu mengemban peran sebagai gelandang yang lebih banyak berkonsentrasi pada fungsi bertahan.
Di sector sayap yang menjadi salahsatu kekuatan timnas asuhan Riedl, Andik dan Rizki Pora menjadi pemain pilihan utama yang kembali diturunkan.
Di belakang keduanya tedapat Benny Wahyudi dan Abduh Lestaluhu pada posisi bek sayap yang akan berkolaborasi menyisir sector sayap kanan dan kiri.
Pilihan Riedl pada posisi penyerang bisa dipastikan jatuh pada sang kapten Boaz Salossa.
Pertanyaannya adalah siapa yang mendampingi Striker Persipura itu di depan?
Riedl memutuskan Ferdinan Sinaga lah yang mendampingi sang kapten.
Kolaborasi apik Ferdinan dan Boaz pada laga Indonesia vs Singapura di pertengahan babak kedua tampaknya menarik perhatian Riedl.

Dengan formasi 4-4-2, Riedl menegaskan niat Indonesia untuk mengejar kemenangan lewat penempatan 2 penyerang yang diapit dua gelandang sayap agresif.
Strategi tersebut berjalan dengan baik.
Berkali-kali Indonesia melakukan serangan dari sayap lewat kecepatan Andik dan Rizki Pora.
Khusus untuk Rizki Pora, pergerakannya di sayap kirip timnas Merah Putih sangat eksplosif dan terus menebar ancaman ke pertahanan lawan.
Serunya lagi, Abduh Lestaluhu yang jadi rekannya di sisi itu tidak kalah ciamiknya mempertontonkan pergerakan bagus di sector sayap.
Jadilah sisi kanan pertahanan Vietnam berkali-kali dieksplotasi oleh Rizki dan Abduh.
Gol kedua Indonesia adalah buah kejelian sector sayap kiri memberikan umpan panjang ke Lilipaly yang dengan cerdik memanfaatkan kelengahan bek Vietnam untuk menerobos masuk ke kotak penalti dan berujung pada pelanggaran berhadiah penalti yang diselesaikan dengan baik oleh Boaz Salossa.
Di sector sayap kanan, Andik Vermansyah bersama Benny Wahyudi juga terus menjadi ancaman bagi pertahanan Vietnam.
Meski tidak segarang sector sayap kiri, kombinasi Andik dan Benny tetap patut mendapatkan pujian.
Secara keseluruhan, Indonesia bermain dengan pressing tinggi untuk mengimbangi pressing tinggi yang juga diterapkan Vietnam.
Alhasil kedua tim terlihat saling jual beli serangan yang diwarnai beberapa kali kontak fisik yang agresif.
Seru!!
Indonesia sendiri tidak terlalu banyak memainkan bola dari kaki ke kaki dan cenderung lebih mengedepankan bermain direct  lewat umpan-umpan langsung yang menusuk ke depan baik dari lini tengah dan lebih sering lagi lewat pergerakan di sayap.
Penguasaan bola Indonesia yang hanya 42% berbanding 58% milik Vietnam mengkonfirmasi hal tersebut.
Jumlah umpan yang dilepaskan Boaz Salossa dkk juga hanya 174 berbanding 250 umpan yang dilepaskan pemain-pemain Vietnam.
Riedl benar-benar memanfaatkan kecepatan sayap-sayap tim Merah Putih dan mengeksploitasi kegemaran Boaz Salossa pada bola-bola daerah yang mengadu kecepatan penyerang dengan bek lawan.
Adapun Ferdinan diposisikan sebagai striker yang bertugas menyambut umpan-umpan silang dari sayap sehingga ketika Ferdinan ditarik keluar pun penggantinya adalah Lerby Leandry, penyerang yang memiliki tipe serupa untuk menyambut bola-bola atas di kotak penalti Vietnam.
Di sisi pertahanan, Indonesia menunjukkan bahwa Riedl sudah belajar bagaimana caranya mengatasi problem besar timnas Garuda yang terus kebobolan dalam 3 laga penyisihan grup.
Boaz dkk mempraktekkan pertahanan kolektif dengan memulai transisi bertahan sejak kehilangan bola.
Pemain-pemain Indonesia langsung memberikan pressing sejak dari area permainan Vietnam setiap kali kehilangan bola.
Mulai dari penyerang, pemain sayap sampai gelandang memerankan fungsi bertahan sebelum serangan Vietnam benar-benar memasuki area pertahanan dan kotak penalti Indonesia.
Pertahanan kolektif ini membuat lini belakang Indonesia terlindungi dengan baik disamping kinerja lini pertahanan tim Merah Putih kali ini bekerja dengan sangat baik, terutama duet bek tengah Hansamu dan Manahati.
Terlepas dari penalti kontroversial untuk Vietnam yang membobol gawang Kurnia Meiga, lini pertahanan Indonesia bermain lebih baik saat dikomandoi duet Hansamu dan Manahati.
Keduanya mampu bekerjasama dalam menggalang pertahanan dan dapat saling menutupi dalam beberapa momen menahan serangan Vietnam.
Khusus untuk Hansamu Yama, kemampuannya memenangkan beberapa kali duel udara membuktikan kapasitasnya sebagai salahsatu bek jempolan lulusan timnas U 19 yang jadi buah bibir itu.
Satu gol yang dicetaknya memanfaatkan umpan sepak pojok adalah buah dari kemampuannya dalam memenangkan duel udara.
Adapun Manahati mampu memaksimalkan fisik kekarnya untuk berduel dengan penyerang-penyerang Vietnam.
Kemampuan intersep mantan kapten timnas U 23 ini adalah salah satu poin plus di lini  pertahanan Indonesia pada laga melawan Vietnam.
Dengan tubuh yang tidak terlalu tinggi untuk ukuran bek (hanya 168cm), Manahati mengingatkan saya akan seorang Fabio Cannavaro, bek sekaligus kapten timnas Italia saat negara itu menjuarai Piala Dunia 2006.
Tubuh tidak tinggi namun memiliki badan kekar, kemampuan berduel dengan penyerang lawan, kecepatan dan lompatan yang tinggi untuk menutup kekurangan pada tinggi badan.
Bersama Hansamu yang memiliki tinggi 181 cm, Manahati membentuk duet bek tengah yang saling melengkapi.
Dengan performa yang ditunjukkan, rasanya duet bek tengah baru ini layak untuk tetap dimainkan saat Indonesia melakoni semifinal Leg kedua di Vietnam.
“Para pemain belakang bermain sangat bagus. Dua bek tengah di laga ini membuat saya pusing karena saya kini memiliki pilihan empat bek tengah. Ini akan menjadi diskusi pelatih” Riedl mengungkapkan kepuasannya atas kinerja lini pertahanan sekaligus mengapresiasi kinerja duet Hansamu dan Manahati.
Performa bagus dua bek tengah juga membuat seorang Kurnia Meiga tidak lagi menjadi pesakitan.
Kurnia tampil dengan baik terutama ketika melakukan sebuah penyelamatan fantastis di 10 menit terakhir babak kedua.
Kiper utama pilihan Riedl ini tampak lebih klop menggalang pertahanan dengan duet Hansamu dan Manahati di depannya.
Singkat kata, masalah pertahanan di tubuh timnas Merah Putih tampaknya sudah menemukan solusinya.
Pertahanan kolektif serta duet bek tengah baru terlihat memberikan rasa nyaman bagi timnas saat melakoni fungsi bertahan.
Jika benar masalah di lini pertahanan sudah teratasi dan lini penyerangan sejauh ini terus konsisten mencetak 2 gol tiap laga, maka timnas kini bisa dipandang sudah memiliki kekuatan komplit.
Kuat di pertahanan dan tajam di penyerangan.
Dengan kondisi seperti ini bolehlah kita berharap banyak pada anak asuh Riedl untuk membuat kejutan di AFF Cup 2016 ini.

Ayo Indonesia Bisa!!!

Komentar