Ulas Taktik - Skema 4-2-3-1 MU Tidak Berjalan Sesuai Rencana
Tidak ada yang membayangkan Manchester United (MU)
dibawah asuhan Jose Mourinho akan mengalami tiga kekalahan beruntun dalam kurun
waktu satu minggu.
Apalagi jika melihat skuad MU di setiap lini
belakang, tengah dan depan berisikan pemain-pemain baru pilihan Mourinho yang
langsung jadi starter.
Eric Bailly langsung jadi penghuni tetap barisan
belakang dan memaksa Daley Blind dan Chris Smailing bergantian mendampingi
mantan pemain Villareal itu.
Adapun Paul Pogba langsung menyegel posisi di lini
tengah meski Anders Herrera bermain cukup baik di lini tengah bersama Fellaini.
Kemudian di lini depan MU tidak ada yang bisa
mencegah Zlatan Ibrahimovic mematenkan statusnya sebagai penyerang utama
pilihan Mourinho musim ini.
Ketiga pemain baru tersebut (empat dengan Henrikh
Mkhitaryan) adalah pemain-pemain pilihan Mourinho, bukan pemain yang terpaksa
diterima The Special One.
Artinya kehadiran mereka di Old Trafford memang
merupakan bagian dari strategi permainan yang akan diusung Jose Mourinho
bersama MU.
Pertanyaannya, mengapa kemudian MU sampai kalah 3
kali beruntun dalam kurun waktu seminggu?
Kekalahan dari Man City bisa dianggap sebagai buah
rotasi pemain yang gagal dari Mourinho.
Keputusannya memainkan Jesse Lingard dan Henrikh
Mkhitaryan untuk mengisi posisi Martial dan Juan Mata diakuinya tidak berjalan
dengan baik.
Kedua pemain ini langsung digantikan setelah turun
minum dan permainan MU pun membaik meski sudah terlambat.
Perubahan komposisi pemain kembali diperlihatkan
Mourinho kala bertandang ke Rotterdam menghadapi Feyenoord di laga perdana
Europa League.
Matteo Darmian mengisi posisi Valencia, Rojo mengisi
posisi Shaw dan Smailing menggantikan Blind untuk berduet dengan Bailly.
Di lini tengah, Herrera dan Schneiderlin menggantikan
duet Pogba Fellaini sebagai double pivot.
Pogba sendiri didorong kedepan menjadi salahsatu dari
trio gelandang serang bersama Martial dan Juan Mata di belakang Rashford yang
mengisi posisi Ibra sebagai penyerang tunggal.
Hasilnya? MU tetap kalah 0-1
Usai kekalahan tersebut, Mourinho menilai perubahan
komposisi pemain jadi kunci dua kekalahan beruntun saat itu.
“kami akan kembali ke tim biasanya tanpa banyak
perubahan” ujar The Special One merujuk pada laga selanjutnya melawan Watford.
Benar saja, MU menurunkan komposisi yang tidak banyak
berubah dari komposisi yang memenangkan 3 laga awal.
Di lini belakang hanya menegaskan posisi Smailing
sebagai duet baru untuk Bailly.
Lini tengah kembali dihuni duet Fellaini dan Pogba di
belakang trio gelandang serang Rooney, Rashford, Martial mensupport Ibra
sebagai penyerang tunggal (perubahan hanya terjadi pada posisi Rashford yang
menggantikan Juan Mata).
Hasilnya? Meski sudah kembali pada komposisi awal, MU
kalah lagi bahkan dengan skor telak 1-3.
Apa yang salah dengan strategi Mourinho?
Dengan formasi 4-2-3-1, konsep permainan yang diusung
Mourinho bersama MU sebenarnya menjanjikan performa gemilang.
Masih berdirinya David De Gea di bawah mistar gawang
sudah jadi satu poin plus skema ini.
Kiper ini adalah alasan mengapa kinerja Moyes dan
Louis Van Gaal tidak sampai buruk-buruk amat.
Kinerjanya tetap cemerlang meski performa MU tidak
begitu bagus beberapa musim terakhir.
Di depan David De Gea, komposisi Valencia, Bailly,
Smailing/Blind dan Shaw sesuai konsep yang diinginkan The Special One.
Bailly adalan tipikal bek “beringas” yang siap adu
fisik untuk mengamankan pertahanan dipadu dengan Smailing/ Blind yang lebih
taktikal di lini pertahanan.
Keduanya diapit Valencia dan Shaw yang dipandang
punya kemampuan untuk maju membantu penyerangan.
Di lini tengah, duet Fellaini dan Pogba adalah duet
yang diinginkan Mourinho karena Pria Portugal itu mengkombinasikan kemampuan
bertahan Fellaini dan kemampuan Pogba membangun serangan.
Dengan keduanya punya kekuatan fisik, Mou
mengharapkan lini tengah yang kuat namun mumpuni untuk menginisiasi serangan
dari tengah.
Apalagi Fellaini dan Pogba juga bisa sesekali maju
sampai ke dalam kotak penalty untuk menuntaskan serangan dari lini kedua.
Duet gelandang yang komplit ini seharusnya bisa
membuat trio gelandang serang di depannya bekerja dengan tenang.
Kecepatan Martial/Rashford atau eksplositas Juan Mata
adalah senjata Mourinho disisi sayap.
Tepat di belakang Ibra, sang Kapten Wayne Rooney
disiapkan menjadi second striker sesuai janji Mou bahwa Rooney tidak akan bermain
terlalu jauh lagi dari kotak penalty.
Kombinasi tembok sekokoh Ibra untuk memantulkan bola
kepada bomber sekelas Rooney di belakangnya yang diapit sayap-sayap tajam
adalah gambaran ideal untuk komposisi penyerangan MU.
Begitulah, pola 4-2-3-1 Mourinho sejatinya mengusung
konsep pertahanan yang baik sekaligus ketajaman dalam penyerangan.
Formasi 4-2-3-1 Mourinho adalah formasi yang
dipersiapkan agar MU kuat dalam bertahan dengan keberadaan duet Bailly
Smailing/Blind serta Fellaini di lini tengah namun tetap kreatif dan tajam
dalam situasi menyerang dengan keberadaan Valencia dan Shaw di sayap melapis
Martial dan Juan Mata/Rashford serta tajam di lini tengah dengan keberadaan
Pogba dan Rooney di lini kedua mensupport striker sekelas Ibrahimovic.
Namun rencana tinggal rencana.
Konsep permainan MU tidak berjalan dengan lancar
karena kesalahan-kesalahan individu.
Blind, Lingard dan Mkhitaryan jadi tersangka pada
kekalahan perdana dari City.
Lini tengah MU yang dihuni Herrera dan Schneiderlin
jadi tersangka berikutnya usai “mengawali” gol kemenangan Feyenoord.
Pada kekalahan ketiga dari Watford, Luke Shaw jadi
tersangka di mata Mourinho.
"Pemain Watford menerima bola dan Luke
Shaw seharusnya melakukan pressing bukan menunggu” kata Mourinho menyoroti gol
kedua Watford.
The Special One sendiri menganggap skema
4-2-3-1 yang diusung beserta konsep yang dinginkannya masih layak untuk terus
dimainkan.
Toh, skema itu pula yang membuat MU mengawali 3 pekan awal Liga Inggris
dengan sapu bersih kemenangan plus catatan dua kali clean sheet.
"Itu bukanlah berhubungan dengan taktik melainkan sebuah sikap mental. Sebuah kesalahan individu di luar rencana kami dan latihan kami” tegas Mourinho merujuk pada kesalahan individu Shaw.
"Itu bukanlah berhubungan dengan taktik melainkan sebuah sikap mental. Sebuah kesalahan individu di luar rencana kami dan latihan kami” tegas Mourinho merujuk pada kesalahan individu Shaw.
Pernyataan diatas bisa dianggap sebagai bentuk
kepercayaan diri Mourinho bahwa selama tidak ada kesalahan individu dalam skema
permainan yang diusungnya maka taktik pilihannya sudah tepat.
Menarik ditunggu apakah skema yang sama masih
akan digunakan Mourinho pada laga-laga berikutnya, dengan harapan tidak ada
lagi kesalahan-kesalahan individu dari pemain MU seperti halnya keluhan
Mourinho pada kinerja wasit.
Komentar
Posting Komentar