Ulas Taktik - Riedl Ingin Bernostalgia Dengan Timnas AFF Cup 2010
Indonesia kembali ke panggung laga internasional
dengan manis.
Setelah setahun lebih kena sanksi FIFA dan tidak
boleh berlaga di laga internasional resmi, timnas Indonesia melakoni laga comeback dengan kemenangan 3-0 atas
Malaysia.
Menang telak atas musuh bebuyutan (meski hanya dalam
laga ujicoba) pada momen laga awal setelah sekian lama dikucilkan dari
sepakbola internasional memang menjadi satu hal yang sangat pantas disyukuri.
Namun terlepas dari euforia kegembiraan tersebut,
timnas sejujurnya belum menampilkan permainan yang menjanjikan.
Indikatornya sangat jelas.
Tiga buah gol yang dihasilkan Boaz Salossa (2 gol)
dan Irfan Bachdim (1 gol) di babak pertama tidak satu pun berawal dari skema
serangan yang terorganisir.
Dua gol pertama lahir akibat blunder dan kelengahan
pertahanan Malaysia yang membuat Boaz dan Irfan mendapat ruang untuk berhadapan
dengan kiper Malaysia di kotak penalty Harimau Malaya itu.
Adapun gol ketiga bisa dianggap sebagai sebuah “lucky
blow” atas tembakan Zulham Zamrun yang bergulir liar di kotak penalty dan
Malaysia yang dengan manisnya mampir dihadapan Boaz untuk dituntaskan menjadi
gol.
“kelengahan pemain lawan adalah bagian dari permainan
dan harus bisa dimanfaatkan” kata Boaz soal gol-gol Indonesia.
Masalahnya, pada keseluruhan laga Indonesia tidak
menunjukkan permainan yang menjanjikan.
Jarang sekali kita mendapati pemandangan serangan
Indonesia disusun secara sistematis dari area pertahanan dan bergerak lewat
umpan-umpan yang menggerakkan bola sampai ke area pertahanan lawan.
Pemandangan kick
n rush justru sering terlihat.
Ketika pemain Indonesia memegang bola, tidak perlu
menunggu lama untuk melihat bola itu sudah diarahkan ke depan meski dilapangan
kondisinya bukan mengarah pada situasi serangan balik.
Amat disayangkan karena sejatinya Indonesia punya
seorang Evan Dimas yang pada laga tersebut berusaha tidak bermain direct seperti rekan-rekannya.
Beruntung Malaysia juga tidak tampil baik pada laga
tersebut.
Namun jika tidak segera dibenahi, karakter permainan
seperti ini akan dengan mudah dipatahkan oleh tim yang memilki organisasi
permainan lebih baik seperti Thailand.
Kekurangan pada permainan timnas sesungguhnya sangat
bisa dimaklumi.
“kami hanya berlatih sekitar 40 menit di Solo untuk
laga ini” Alfred Riedl mengemukakan kondisi persiapan tim sebelum laga.
Ya, dengan persiapan yang sangat singkat dan membawa “aturan
pembatasan perekrutan pemain ke timnas”, Riedl mensyukuri bahwa timnas tetap
mampu meraih kemenangan.
Riedl memang “ditantang” menyusun komposisi timnas
setelah klub-klub membatasi jumlah pemain yang boleh ditarik ke timnas.
Pantas saja jika Riedl pernah menyebutkan bahwa
persiapan timnas untuk AFF Cup 2010 adalah persiapan terbaik yang pernah
dijalaninya bersama timnas (Riedl gagal saat menangani timnas di AFF Cup 2014).
Riedl sendiri tampak ingin bernostalgia dengan
performa tokcer timnas di AFF Cup 2010.
Bermain dengan pola 4-4-2, Riedl tidak ingin
bereksperimen dengan pola lain seperti 4-2-3-1 yang terbukti gagal di AFF Cup
2014.
Nostalgia itu tampak dari pemilihan starter Riedl
pada pola 4-4-2 yang diusung timnas kini.
Jika pada AFF Cup 2010 Irfan Bachdim ditandemkan
dengan Christian Gonzales, maka kali ini Irfan ditandemkan dengan Boaz Salossa.
Lihat kesamaannya?
Ya, tandem Irfan pada pola 4-4-2 adalah penyerang
yang punya preferensi kaki kiri yang kuat (Boaz dan Gonzales sama-sama lebih
sering mengandalkan kaki kiri).
Di sisi sayap, Riedl mengandalkan Andik Vermansyah
untuk bernostalgia dengan sosok Oktovianus Maniani.
Kebetulan pula keduanya identik dengan tubuh kecil
mungil namun memiliki kecepatan.
Pada sisi sayap satunya, eksplositas Arif Suyono pada
AFF Cup 2010 kali ini diwakilkan Riedl pada sosok Zulham Zamrun, tipikal pemain
sayap yang bisa ikut menyerang sampai ke kotak penalty.
Jika masih ada yang kurang dari nostalgia Riedl, itu
ada pada lini pertahanan.
Basnan dan Fahrudin belum menunjukkan performa
seperti duet Hamka Hamzah dan Maman Abdurrahman.
Pun demikian dengan sosok Benny Wahyudi dan Abdul
Rahman disisi sayap.
Performa keduanya belum sebaik Zulkifli dan Muhammad
Nasuha.
Mengingat ini baru laga ujicoba perdana, Riedl masih
punya mwaktu untuk membenahi organisasi permainan timnas dalam pola 4-4-2.
Jika Riedl bisa membangkitkan nostalgia timnas AFF
Cup 2010 kedalam tim ini maka Riedl punya peluang berbicara banyak pada
(mungkin) kesempatan terakhirnya menangani timnas Merah Putih.
Sementara itu, anggap saja kemenangan 3-0 atas
Malaysia dalam laga ujicoba sebagai syukuran atas kembalinya Indonesia ke laga
internasional.
Tidak lebih.
Komentar
Posting Komentar