Luis Milla Layak Dipertahankan
Bagaimana nasib Luis Milla usai gagal mempersembahkan
medali emas sepakbola Sea Games 2017? Pelatih asal Spanyol itu sedari awal
ditargetkan untuk menuntaskan puasa medali emas Indonesia di cabang sepakbola
Sea Games yang terakhir diraih tahun 1991 alias 26 tahun lalu. Sebelumnya,
kegagalan Milla meloloskan Evan Dimas dkk ke Piala Asia U 23 masih bisa
diterima mengingat babak kualifikasi itu adalah kesempatan kompetitif resmi
pertama Milla bersama timnas U 22. Mengganti Milla disaat Sea Games sudah
didepan mata juga dianggap terlalu beresiko.
Kini dengan Milla gagal lagi pada kesempatan
kompetitif kedua bernama Sea Games yang sebenarnya juga menjadi salahsatu
target utamanya, masihkah pelatih asal Spanyol ini layak dipertahankan di kursi
timnas Indonesia?
Milla sendiri memandang tim asuhannya sudah
menampilkan permainan yang baik meski kalah dari Malaysia di semifinal.
"Saya harap pendukung timnas melihat permainan sepakbola yang baik dalam
pertandingan melawan Malaysia. Pemain berjuang meraih kemenangan dan saya harap
semua menikmati permainan kami. Para pemain bermain bagus meski waktu istirahat
sedikit " ujar Milla seperti dikutip dari laman resmi PSSI.
Kegagalan Milla tidak seharusnya menjadi dasar
pemecatan pelatih yang terikat kontrak sampai akhir Desember 2018 itu. PSSI
harus berpikir jernih ditengah kekecewaan yang melanda atas kegagalan Evan
Dimas dkk.
Sangat sedikit pelatih timnas di negara mana pun yang
langsung memberikan trofi juara pada kesempatan pertama melatih negaranya.
Vicente Del Bosque dan Marcelo Lippi adalah dua nama langka yang langsung
membawa Spanyol dan Italia juara Piala Dunia 2010 dan 2006 pada kesempatan
pertama.
Jejak rekam Milla melatih timnas Spanyol level U 19
dan U 21 memperlihatkan pria berumur 51 tahun ini layak untuk dipertahankan
menangani Evan Dimas dkk.
Luis Milla memang tidak langsung memberikan gelar
juara pada kesempatan perdananya memegang tim Matador Muda. Saat pertamakali
menangani timnas Spanyol, mantan pemain Real Madrid itu dipercaya menukangi tim
U-19 Spanyol.
Pada debut turnamen resmi Piala Eropa U 19 di Ukraina
tahun 2009 , Milla gagal meloloskan timnya dari fase grup. Kinerja Milla lantas
membaik pada Piala Eropa U-19 setahun berikutnya di Prancis. Berbekal bintang
semodel Thiago Alcantara dan Sergio Canales, Milla membawa Matador U 19 melaju
sampai partai final sebelum takluk dari ruan rumah Prancis. Pencapaian yang
membuatnya dipercaya naik pangkat menangani tim Spanyol U 21.
Piala Eropa U 21 tahun 2011 yang berlangsung di
Denmark menjadi puncak kinerja Milla. Tim asuhannya yang saat itu diperkuat
nama-nama beken seperti Juan Mata, Ander Herrera, David De Gea menjadi juara
setelah menaklukkan Swiss 2-0.
Belajar dari rekam jejak tersebut, sesungguhnya Milla
sedang dalam proses membentuk timnas Indonesia yang baik. Perlahan tapi pasti
kerangka timnas masa depan Indonesia sudah mulai terbentuk ditangannya.
Hal ini seperti mengulangi apa yang dilakukannya pada
tim Matador Muda. Milla terus membawa beberapa nama yang sama sejak menangani
tim Spanyol U 19 sampai pada level U 21. Thiago Alcantara dan Martin Montoya
adalah dua nama yang selalu masuk dalam skuad pilihan Milla. Pun demikian
dengan David De Gea pada Piala Eropa U 19 tahun 2009 dan Piala Eropa U 21 tahun
2011.
Milla juga menuntun Juan Mata, Javi Martinez dan Ander
Herrera memainkan penampilan terbaiknya saat Matador Muda mengangkat trofi
juara Piala Eropa U 21 tahun 2011.
Catatan-catatan ini seharusnya jadi pertimbangan PSSI
sebelum memutuskan nasib Milla usai kegagalan di Sea Games. Mengganti pelatih
tidak selalu menjadi jalan terbaik untuk memperbaiki kinerja tim.
Faktanya, performa anak asuh Milla dalam dua
kesempatan kompetitif di Kualifikasi Piala Asia U 23 dan Sea Games 2017 bisa
dikatakan memberikan harapan. Sejak kalah telak 0-3 dari Malaysia pada laga
perdana Kualifikasi Piala Asia U 23, performa Evan Dimas dkk terus membaik.
Delapan laga sesudah kekalahan tersebut ditandai Garuda Muda dengan hasil 4
menang, 3 seri dan 1 kalah.
Dalam hasil-hasil tersebut anak asuh Luis Milla
menyarangkan 13 gol dan hanya kemasukan 2 gol. Jelas ini adalah catatan
statistik yang bagus. Secara permainan pun racikan Milla sudah semakin
terlihat. Dengan tambahan waktu, Milla tinggal memperbaiki kualitas
penyelesaian akhir dari lini serang timnas dan memastikan punggawa Merah Putih
mampu mengontrol emosi pada tiap laga.
PSSI harus mulai belajar menerima bahwa kesuksesan
selalu membutuhkan proses. Tengoklah perjalanan timnas Jerman bersama Joachim
Loew. Mantan asisten Jurgen Klinsmann di Piala Dunia 2006 itu mengambil alih
kursi kepelatihan Der Panser dan gagal juara di Piala Eropa 2008, Piala Dunia
2010, Piala Eropa 2012 namun tidak pernah diusik dengan isu pemecatan.
Kinerja Philip Lahm dkk yang selalu menampilkan
permainan memukau meski kemudian gagal juara cukup jadi alasan untuk
mempertahankan Loew di kursi kepelatihan. Keputusan yang berbuah manis karena
pada turnamen keempatnya di Piala Dunia 2014, Loew membawa Jerman juara Piala
Dunia di Brazil.
Nah PSSI, cerita timnas Jerman bersama Joachim Loew
ini adalah sebuah benchmark.
Mari teruskan proses membangun timnas hebat bersama Luis Milla. Biarkan pria
Spanyol ini bekerja sampai akhir kontraknya, lalu disanalah saat yang tepat
untuk menilai hasil kinerjanya.
Komentar
Posting Komentar