Bertahan Di AC Milan Akan Lebih Baik Untuk Donnaruma

Sudah lama rasanya fans AC Milan tidak memiliki seorang public enemy sejak mereka menghujat mantan penyerang kesayangan mereka Andriy Shevchenko yang mencium logo Chelsea saat merayakan gol dalam laga Community Shield 2006 melawan Liverpool.
Shevchenko yang pindah ke Chelsea pada awal musim 2006/2007 sebelumnya berstatus penyerang andalan Milan yang berjasa memenangkan trofi Liga Champions 2003.
Bersama Milan pula Shevchenko memenangkan Ballon ‘D Or 2004 saat penghargaan pemain terbaik itu masih terpisah dengan penghargaan pemain terbaik dunia FIFA.
Meski kesal dengan sikap Shevchenko yang seakan-akan melupakan dengan mudah kebersamaan selama periode 1999 – 2006 berbalut seragam merah hitam, toh fans Milan tetap menyambut hangat kedatangan kembali penyerang kesayangan mereka itu saat dipinjamkan Chelsea pada musim 2008/2009.
Kini fans AC Milan sepertinya akan kompak menyebut nama Gianluigi Donnaruma sebagai public enemy mereka hari ini.
Kabar sang kiper muda menolak penawaran kontrak baru dari manajemen AC Milan memicu amarah fans yang terlanjur memandang kiper muda potensial itu sebagai representasi sukses Milan untuk terus melahirkan bintang-bintang baru asli Italia.
Donnaruma yang mentas pertama kali di tim senior Milan saat masih ditangani Sinisa Mihajlovic ibarat hujan di tengah musim kering.
Kehadirannya sontak membuka mata bahwa Italia punya banyak anak-anak muda yang siap menjadi tulang punggung timnas di masa depan.
Donnaruma sudah sah ditempatkan sebagai calon penerus Buffon di timnas seturut kehadirannya di timnas sebagai cadangan sang kapten.

Di AC Milan sendiri, anak muda ini menyimpan cita-cita untuk terus bertahan dan menjadi kapten masa depan Milan.
“ Saya membayangkan saat saya berusia 38 tahun, semoga saya masih menjadi kiper utama dan bisa memakai ban kapten Milan” ujar Donnaruma pada Oktober 2016 lalu.
Donnaruma memang semestinya bertahan di AC Milan, klub yang memberikan kepercayaan baginya untuk tumbuh dan berkembang.
Anak muda ini mesti berterimakasih atas apa yang diberikan Milan padanya.
Bayangkan jika seorang Sinisa Mihajlovic, pelatih Milan musim 2015/2016 masih mempercayai Diego Lopes atau Christian Abbiati?
Maka hari ini tidak akan ada diskusi dan heboh mengenai Donnaruma karena pemuda tersebut masih akan berkutat di tim junior.
Donnaruma harus mencermati hal ini karena sebagai seorang pemain muda yang dia butuhkan adalah kesempatan untuk terus bermain dan mengasah skill serta menambah pengalaman.
“Donnaruma sebaiknya bertahan di Milan untuk berterimakasih pada Milan, untuk tumbuh dank arena Milan juga sudah menawari kontrak yang besar” saran Sinisa Mihajlovic.
Jika benar Donnaruma akan hengkang ke klub-klub besar Eropa maka persaingan menembus posisi kiper utama tidak akan semudah di Milan.
Bersama AC Milan Donnaruma sudah mendapatkan kepercayaan tersebut dan itu menjadi kuncinya untuk terus mendapatkan menit bermain di usia muda.
Jangan lupakan juga bahwa tahun depan adalah tahun Piala Dunia dimana intensitas bermain seorang pemain bisa menjadi factor penting bagi seorang pelatih memilih skuad yang akan berlaga di turnamen sepakbola terbesar di dunia itu.

Anggap saja misalnya Donnaruma hengkang ke Real Madrid, di ruang ganti Santiago Bernabeu sudah menunggu seorang Keylor Navaz yang sudah memenangkan hati fans Madrid lewat raihan dua gelar Liga Champions berturut-turut.
Seorang Zidane sampai meminta Madrid berhenti  mengejar David De Gea tentu karena sudah sangat nyaman dengan kiper Kosta Rika itu.
Bagaimana jika Donnaruma ke Juventus?
Silahkan saja jika tidak keberatan menjadi pelapis Buffon di sepanjang musim 2017/2018 karena kapten Juve dan timnas itu tentu tidak ingin banyak istirahat pada musim terakhirnya di Juventus.
Dengan gambaran kondisi tersebut, memang akan lebih bijak jika Donnaruma memutuskan bertahan saja di Milan.

Soal fans Milan marah dengan kabar penolakan yang lalu biarkan saja berlalu, fans Milan akan dengan hangat menyambut kembali seperti yang pernah dialami seorang Shevchenko.

Komentar