Kalah Lagi Di Final Liga Champions, Juventus Masih Spesialis Runner Up

Real Madrid meraih La Duo Decima mereka di ajang kompetisi tertinggi antar klub Eropa usai menundukkan Juventus 4-1 pada laga final yang berlangsung di Millenium Stadium Cardiff Wales, 3 Juni 2017.
Selain menjadi tim pertama di era Liga Champions yang mampu mempertahankan gelar juara, klub raksasa Spanyol itu juga memantapkan status sebagai raja Eropa dengan raihan 12 trofi juara Liga Champions meninggalkan pesain terdekatnya AC Milan yang baru mengoleksi 7 trofi juara.
Real Madrid memang pantas disebut sebagai raja Eropa karena kesuksesan mereka yang begitu luar biasa di ajang Liga Champions.
Presiden El Real, Florentino Perez tentu bangga dengan pencapaian Cristiano Ronaldo dkk yang mampu memenangkan 3 gelar Liga Champions dalam kurun waktu 4 musim saja!
Bahkan jika ditarik kebelakang dengan mengambil periode dimana era Liga Champions menggantikan periode Piala Champions, Real Madrid sudah 6 kali menjejakkan kaki ke partai puncak dan selalu menjadi juara seperti tercatat pada uefa.com (4/6/2017).
Artinya, Real Madrid sejak awal memiliki persentase sukses di final Liga Champions sebesar 100%.
Hal ini berbanding terbalik dengan Juventus, lawan yang ditaklukkan Madrid di partai puncak.
Jika Real Madrid adalah tim tersukses di partai final Liga Champions, maka Juventus adalah tim paling sial di partai puncak.
Bagaimana tidak, juventus.com (4/6/2017) mencatat Si Nyonya Tua sudah 9 kali berlaga di partai final dan hanya 2 kali mengakhiri laga sebagai pemenang.
Lebih jauh  ke belakang, sejak terakhir menjuarai Liga Champions musim 1995/1996 usai menundukkan Ajax Amsterdam, Juventus sesungguhnya cukup sering melaju ke partai final yaitu sebanyak 5 kali.
Sialnya, dalam 5 laga tersebut Juventus selalu saja takluk.
Jika anda berpikir bahwa kegagalan Juventus di 2 partai final Liga Champions dalam 3 musim terakhir adalah sebuah tragedi maka jangan lupakan bahwa raja Serie A  Italia ini bahkan pernah merasakan kalah 2 musim beruntun di partai final Liga Champions musim 1996/1997dan 1997/1998.
Kekalahan Juventus 1-4 atas Real Madrid semakin menegaskan Juventus sebagai tim spesialis runner up di ajang ini.
Ibarat sebuah sinetron, sosok Alvaro Morata adalah benang merah dramanya.
Penyerang timnas Spanyol ini masih berseragam Real Madrid kala Sergio Ramos dkk memenangkan trofi Liga Champions musim 2013/2014 dengan menundukkan Atletico Madrid.
Semusim kemudian Morata berada dalam skuad Juventus saat Si Nyonya Tua ditaklukkan Barcelona dalam final Liga Champions musim 2014/2015.
Kini saat kembali berseragam Real Madrid, Morata justru kembali memenangkan trofi Liga Champions dan kali ini dengan cara menundukkan Juventus.
Peruntungan seseorang bisa berubah hanya karena keberadaannya disebuah klub.
Berada di kubu Juventus berarti siap-siap ikut merasakan tradisi kekalahan Juventus di partai final Liga Champions.
Tanyakan hal ini pada seorang Dani Alves yang untuk kali pertama gagal di final Liga Champions setelah sebelumnya 3 kali mentas di final bersama Barcelona dan selalu keluar lapangan sebagai seorang juara.
Jumlah 7 kegagalan Si Nyonya Tua di partai puncak adalah yang terbanyak pernah dialami sebuah klub.
Millenium Stadium Cardiff Wales menjadi saksi bahwa Juventus adalah tim paling sial dan Real Madrid adalah tim paling sukses di partai final Liga Champions.

Saking buruknya, tim sekelas Borussia Dortmund dan Hamburg pun bisa menjadi juara Piala / Liga Champions karena mendapati lawan bernama Juventus di partai final.

Komentar