Prediksi Final Liga Champions - Punya Tim A dan B, Real Madrid Juara
Final Liga Champions musim 2016/2017 mempertemukan
dua klub terbaik di Serie A Italia dan La Liga Spanyol saat ini.
Juventus yang baru saja memenangkan Scudetto ke 6
beruntun akan beradu dengan Real Madrid, juara La Liga Spanyol musim ini.
Juventus adalah klub pemegang titel Scudetto
terbanyak di Italia sedangkan Real Madrid adalah tim yang paling banyak
menjuarai La Liga Spanyol.
Dari catatan di liga masing-masing, ini adalah final
idaman ketika klub penguasa Italia bertemu raja Spanyol.
Perjalanan kedua tim menuju partai puncak yang akan
dihelat di Milennium Stadium Cardiff musim ini pun menunjukkan potensi laga
yang seru.
Juventus adalah tim dengan pertahanan terbaik di Liga
Champions musim ini.
Gawang yang dikawal Gianluigi Buffon baru kebobolan 3
kali sejak fase grup sampai final.
Saking hebatnya pertahanan Juve, trio penyerang ganas
milik Barcelona yang berisikan Messi Neymar Suarez tidak mampu membobol jala
gawang Si Nyonya Tua dalam dua laga perempat final.
Bagaimana dengan Real Madrid?
Madrid adalah tim dengan lini penyerangan dahsyat dan
sudah mencetak 32 gol di Liga Champions musim ini dimana 10 gol datang dari
seorang Cristiano Ronaldo.
Ini boleh jadi akan menjadi laga Buffon vs Ronaldo.
Potensi laga bakal berjalan ketat juga tergambarkan
dari catatan statistic pertemuan kedua tim.
Situs uefa.com
mencatat kedua tim sudah bertemu 18 kali dan kedua tim sama-sama meraih 8
kemenangan dan sisa laga lain berakhir imbang, wow!
Pantas kiranya jika banyak yang mengatakan sulit
untuk memprediksi siapa pemenang laga final nanti.
Kedua tim dipandang punya potensi sama besar untuk
memenangkan laga.
“Sangat sulit untuk membuat prediksi” ujar Edgar
Davids, mantan punggawa Juve pada Football
Italia.
Benarkah demikian?
Mari kita bahas kekuatan inti kedua tim.
Di lini pertahanan, Juve memiliki pemain kunci
sekelas Buffon, Chiellini, Bonucci dan Dani Alves.
Kedatangan Dani Alves yang berpengalaman memenangkan
Liga Champions bersama Barcelona menyempurnakan trio BBC (Buffon, Chiellini dan
Bonucci).
Lini pertahanan Madrid sendiri tidak mengalami banyak
perubahan dengan komposisi yang sudah memenangkan Liga Champions musim lalu.
Madrid masih menampilkan kiper tangguh minim prestise
Keylor Navaz dibelakang duet Sergio Ramos dan Raphael Varane.
Jika Juve punya bek sayap sekelas Dani Alves maka
pada sisi berseberangan, Alles akan menghadapi lawan tangguh dalam diri
Marcelo, salah satu bek kiri terbaik dunia saat ini.
Jangan lupakan juga fakta bahwa Ramos dapat menjelma
menjadi mesin gol Madrid dari lini belakang lewat optimalisasi peluang
bola-bola mati.
Di lini tengah Si Nyonya Tua, duo Sami Khedira dan
Miralem Pjanic membuat Juventini bisa dengan mudah melupakan sosok kunci
sekelas Arturo Vidal, Paul Pogba dan Andrea Pirlo.
Komposisi lini tengah Juve akan beradu dengan trio
Casemiro, Kroos dan Modric milik El Real.
Casemiro adalah Makalele
Puzzle yang kerap jadi kunci keberhasilan Madrid bersama skuad penuh bintangnya.
Saat berjaya memenangkan Liga Champions, Real Madrid
selalu punya model pemain yang memenangkan bola di lini tengah dan memutus
serangan lawan.
Dulu Madrid punya Makalele kemudia Xabi Alonso dan
kini ada Casemiro disana didampingi Modric dan Kroos.
Pada lini serang, penerapan pola 4-2-3-1 membuat pergerakan
Juventus sangat cair di lini ini.
Trio gelandang serang yang dihuni Mario Mandzukic,
Paulo Dybala dan Juan Cuadrado melapis penyerang tunggal sekelas Gonzalo
Higuain.
Praktis Juventus sejatinya bermain dengan 4 penyerang
dalam pola ini, apalagi Mandzukic dan Dybala sesungguhnya berposisi asli
sebagai seorang penyerang.
Kuartet Juventus di lini depan beradu tajam dengan
trio lini serang Madrid yang berisikan Karim Benzema, Ronaldo dan Isco di
belakang keduanya.
10 gol Ronaldo di Liga Champions adalah gambaran
betapa tajamnya lini serang Madrid.
Keberadaan Benzema, Ronaldo dan Isco dalam formasi
4-3-1-2 juga menunjukkan kejeniusan Zidane dalam meramu pola terbaik bagi anak
asuhnya.
Setelah sempat kental dengan formasi 4-3-3, Zidane
memodifikasi pola 1 penyerang tengah dan 2 penyerang sayap itu menjadi 2
penyerang tengah dan seorang penyerang lubang sekaligus playmaker dalam formasi
4-3-1-2.
Kondisi Bale yang secara fisik tidak mampu tampil
optimal karena gangguan cedera membuat Zidane beralih memaksimalkan potensi
Isco sebagai penyerang lubang.
Dengan formasi yang dikenalnya dengan baik saat
berkarir di Italia itu, Zidane menjadikan Madrid tampil lebih fleksibel dan
tidak melulu mengandalkan kecepatan penyerang sayap.
Ronaldo yang memang sudah tidak secepat dulu lagi pun
menemukan ketajamannya tanpa harus bersusah payah lagi menggiring bola dengan
kecepatan tinggi dari sisi sayap dan menusuk ke dalam.
Kapten Portugal itu lebih efektif
karena berada lebih dekat dengan kotak penalti lawan.
Kecerdasan Zidane meramu pola
4-3-1-2 meninggalkan pola 4-3-3 sama jeniusnya dengan momen Allegri membuat
Juventus kini akrab dengan pola 4-2-3-1 ketimbang pola 3-5-2.
Kemampuan kedua tim beradaptasi
dengan baik pada perubahan formasi juga menunjukkan kualitas wakil Italia dan
Spanyol ini.
Sampai disini, kedua tim memang
tampak berimbang.
Kemampuan Allegri dan Zidane di
belakang layar mengatur strategi dan komposisi skuad inti Juve maupun Madrid
memang membuat pemenang laga final sulit diprediksi.
Namun lain ceritanya jika sudah
memasuki pembahasan terkait pemain pelapis.
Inilah factor yang berpotensi jadi
kunci pemenang laga final nanti.
Real Madrid memiliki kualitas bangku
cadangan lebih baik terutama di lini tengah dan lini depan.
Pada lini pertahanan, kualitas
pelapis kedua tim relatif berimbang.
Juve memiliki Benatia, Barzagli,
Asamoah dan Lichtsteiner sebagai pemain pelapis vital.
Adapun lini pertahanan Madrid berisikan
Pepe, Nacho, Danilo dan Coentrao di bangku cadangan.
Perbedaan kualitas mulai terlihat
di lini tengah.
Si Nyonya Tua punya Marchisio, Sturaro
dan Rincon.
Situs Juventus.com mencatat ketiganya hanya berkonstribusi 1
gol di Liga Italia musim ini.
Bandingkan dengan kontribusi 12 gol
di La Liga dari pelapis Madrid di lini tengah yang berisikan Kovacic, Asensio
dan James Rodriguez.
Ketimpangan di bangku cadangan
makin terlihat saat membandingkan komposisi pelapis di lini serang.
Siapa pemain yang bisa diharapkan
Allegri saat Higuain mandul di lini depan?
Satu-satunya cara yang bisa
dilakukan Allegri adalah merotasi Mandzukic atau Dybala kembali ke posisi
aslinya sebagai penyerang tengah mengisi peran Higuain.
Keputusan yang tentunya akan
berimbas pada kualitas trio gelandang serang di belakang penyerang tunggal
karena tidak banyak nama bagus yang bisa diharapkan mengisi posisi yang dihuni
Mandzukic dan Dybala.
Tidak heran jika Allegri sampai
meminta Dani Alves yang aslinya berposisi sebagai bek sayap untuk memerankan
posisi tersebut kala Juventus berhadapan dengan AS Monaco di fase semifinal.
Kondisi ini tidak akan ditemui oleh
Zidane.
Pria Prancis itu memiliki Lucas
Vasquez, Gareth Bale (jika kondisi fisiknya bagus) dan Alvaro Morata.
Realmadrid.com
mencatat total 24 gol di La Liga dari ketiga pemain ini menunjukkan potensi ketajaman
seperti apa yang bisa dihadirkan untuk membobol gawang Buffon.
Tambahkan juga catatan Asensio dan
James Rodriguez di lini tengah bisa dioptimalkan sebagai penyerang sayap jika
Zidane ingin bermain dengan tiga penyerang.
Komposisi pelapis di lini tengah
dan depan Madrid tampak lebih berkualitas dan memberikan banyak pilihan bagi
Zidane tanpa mengurangi potensi daya ledaknya.
Munculnya istilah tim A dan tim B
bagi Real Madrid musim ini memperlihatkan bagaimana Madrid seperti mempunyai
dua tim berisikan pemain inti dan pemain pelapis yang nyaris sama berbahayanya.
Kedalaman skuad inilah yang menjadi
kunci kekuatan Madrid dan tidak dimiliki Juventus.
Inilah factor kunci yang akan
mengantarkan Real Madrid menjadi juara Liga Champions untuk yang ke 12 kalinya.
Komentar
Posting Komentar